Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 15 Maret 2022 terhadap kondisi internal desa tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan yaitu: keterbatasan sumber daya manusia seperti rendahnya jiwa wirausaha, kemampuan untuk beradaptasi pada masa pandemi Covid-19 dan kurang berani mengambil resiko.Â
Selain itu, permasalahan utama Dewa Wisata Jipangan adalah kurangnya adaptasi dan pemanfaatan teknologi untuk memanfaatkan pemasaran yang tidak terbatas ruang dan waktu. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah permintaan pasar akibat batasan ruang sebagai salah satu bentuk pencegahan Covid-19. Tidak hanya itu, terjadi pula penurunan jumlah pengerajin yang semula 40 menjadi 25 pengerajin dengan beralih profesi menjadi petani.Â
Dengan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki pula mengakibatkan tidak adanya perencanaan pemasaran dan dokumentasi kegiatan yang belum tertata dengan baik. Menurut Pinata & Diarta (2009) dalam mengembangkan sebuah kawasan pedesaaan menjadi kawasan pariwisata yang memiliki daya tarik dengan dua tahap yaitu perencanaan dan penguatan sistem sosial.Â
Adapun solusi yang bisa dilakukan yaitu berupa sosialisasi program kegiatan berupa workshop tentang pemanfaatkan pemasaran berbasis konvensional untuk membantu meningkatkan pemahaman pengelola desa wisata dan pihak yang terkait dalam pengembangan Kipas Bambu Desa Wisata Jipangan.
Pemanfaatan teknologi pemasaran akan mendorong keberlangsungan ekonomi bagi UMKM yang memiliki potensi alam yang baik. Dengan begitu mampu menjangkau pasar yang lebih luas sehingga makin banyak masyarakat yang mengetahui mengenai produk kipas bambu yang ditawarkan.Â
Daftar Pustaka
Pitana, I Gde & Diarta, I Ketut Surya. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta. Andi Publishing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H