Mohon tunggu...
Agnes Meiliesa Dwi Ananda
Agnes Meiliesa Dwi Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UNEJ

Akun ini akan menuliskan konten-konten yang relevan dengan ilmu sosial dan ilmu politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sistem Moneter Internasional: Kerangka Kerja Kompleks dan Evolusi Sejarahnya Menuju Krisis Finansial Asia 1997

29 Maret 2024   13:24 Diperbarui: 29 Maret 2024   13:25 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Krisis Finansial Asia 1997, yang juga dikenal sebagai Krisis Mata Uang Asia, adalah salah satu peristiwa paling mencolok dalam sejarah Sistem Moneter Internasional yang menyoroti sejumlah kerentanan dan kompleksitas dalam sistem tersebut. Krisis ini berawal di Thailand pada Juli 1997 ketika baht Thailand mengalami penurunan nilai yang signifikan, memicu serangkaian peristiwa yang berdampak luas di sebagian besar negara Asia Timur.

          Penyebab utama dari krisis ini meliputi sejumlah faktor yang saling terkait. Salah satunya adalah kelebihan likuiditas, di mana banyak negara Asia telah menerima aliran dana besar dalam bentuk investasi asing, terutama dari investor global yang mencari keuntungan tinggi di pasar yang berkembang pesat. Di samping itu, kredit yang tidak terkendali dan spekulasi berlebihan di pasar keuangan juga menjadi faktor utama yang memperburuk situasi.

          Sistem nilai tukar yang dipegkan (pegged exchange rate) yang banyak digunakan oleh negara-negara Asia juga menjadi kerentanan signifikan. Ketika baht Thailand melemah, negara-negara lain dalam kawasan ini, seperti Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia, mengalami tekanan serupa pada mata uang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada sistem nilai tukar yang tetap dapat memperkuat tekanan ekonomi dalam situasi krisis.

          Dampak dari krisis ini sangat merusak dan terasa secara luas. Mata uang negara-negara Asia jatuh nilai, pasar saham kolaps, sektor perbankan mengalami krisis kepercayaan, dan terjadi resesi ekonomi yang dalam di sebagian besar negara terkena dampak. Krisis ini juga menyoroti ketidakmampuan IMF untuk secara efektif menangani krisis keuangan regional. Meskipun IMF memberikan sejumlah paket bantuan keuangan kepada negara-negara yang terkena dampak, kebijakan pemulihan yang diterapkan sering kali dianggap kontroversial dan tidak efektif.

          Namun, meskipun krisis ini membawa dampak yang sangat buruk, juga menghasilkan serangkaian reformasi ekonomi yang mendalam di banyak negara yang terkena dampak. Reformasi ini meliputi restrukturisasi sektor keuangan untuk memperbaiki kesehatan perbankan, peningkatan regulasi dan pengawasan pasar keuangan, serta upaya diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tertentu yang rentan terhadap krisis.

          Secara keseluruhan, Krisis Finansial Asia 1997 menyoroti kompleksitas dan kerentanan dalam sistem moneter internasional. Hal ini menegaskan perlunya kerja sama global dan reformasi yang berkelanjutan dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah krisis serupa di masa depan. Krisis ini juga menjadi pelajaran penting bagi negara-negara lain tentang pentingnya memiliki kebijakan ekonomi yang kuat dan diversifikasi yang tepat untuk mengurangi risiko krisis finansial yang mematikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun