Di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian, keberadaan instrumen ekonomi yang tangguh sangat diperlukan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi salah satu instrumen vital yang mampu melindungi perekonomian dari guncangan global. Di era modern, ekonomi suatu negara semakin terhubung dengan perkembangan ekonomi dunia, baik melalui perdagangan, investasi, maupun kebijakan internasional. Ketidakstabilan di satu negara, atau sektor tertentu, bisa berdampak luas, sehingga kemampuan APBN sebagai Shock Absorber (penyerap guncangan) menjadi semakin penting.
Pengertian APBN dan Fungsinya?
APBN merupakan dokumen keuangan negara yang mencakup seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran pemerintah selama satu tahun fiskal. Tujuan utama dari APBN adalah untuk mendukung pelaksanaan fungsi negara, seperti pembangunan infrastruktur, penyediaan layanan publik, serta memastikan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Dalam konteks ketidakpastian global, APBN berfungsi sebagai alat kebijakan fiskal yang digunakan untuk menstabilkan perekonomian melalui pengelolaan penerimaan negara, alokasi belanja, serta pembiayaan defisit yang terencana.
Fungsi utama APBN adalah untuk:
Stabilisasi Ekonomi: APBN dapat menstabilkan perekonomian melalui kebijakan fiskal ekspansif atau kontraktif, tergantung pada kondisi perekonomian. Ketika ekonomi lesu, pemerintah dapat meningkatkan belanja negara atau memberikan insentif pajak guna merangsang konsumsi dan investasi.
Distribusi Pendapatan:Â APBN berperan dalam mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi melalui kebijakan redistribusi pendapatan, seperti program bantuan sosial, subsidi, dan pembangunan di daerah tertinggal.
Alokasi Sumber Daya:Â Melalui APBN, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya yang terbatas ke sektor-sektor yang dianggap prioritas, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Namun, dalam situasi ketidakpastian global yang seringkali diwarnai oleh gejolak harga komoditas, perubahan kebijakan perdagangan Internasional, hingga krisis keuangan global, APBN memiliki peran tambahan sebagai "Shock Absorber".
Apa Itu Shock Absorber dalam APBN?
APBN sebagai Shock Absorber merujuk pada peran anggaran negara dalam menstabilkan perekonomian ketika terjadi guncangan, baik dari dalam negeri maupun dari luar. Guncangan ini bisa berupa krisis finansial, resesi global, perubahan kebijakan perdagangan internasional, atau bahkan bencana alam yang mengganggu aktivitas ekonomi. Ketika ekonomi sedang dalam tekanan, APBN bertindak sebagai bantalan yang meredam dampak negatif, misalnya menambah stimulus fiskal melalui peningkatan belanja negara atau pengurangan pajak guna menjaga daya beli masyarakat serta mempertahankan tingkat konsumsi domestik. Sebaliknya, jika terdapat tekanan inflasi global akibat lonjakan harga komoditas, pemerintah dapat mengatur belanja negara dengan lebih ketat, meningkatkan cadangan devisa, atau memberikan subsidi untuk menjaga stabilitas harga.
Menghadapi Ketidakpastian Global
Sejak beberapa dekade terakhir, ketidakpastian global telah menjadi fenomena yang terus berulang. Beberapa contoh guncangan global termasuk krisis keuangan 2008, perang dagang antara Amerika Serikat dan China, fluktuasi harga minyak dunia, hingga pandemi COVID-19. Setiap kali terjadi krisis global, dampaknya dirasakan oleh hampir semua negara, termasuk Indonesia.
Dalam situasi seperti ini, APBN memainkan peran yang sangat penting dalam melindungi stabilitas ekonomi. Pada masa pandemi COVID-19, misalnya, APBN Indonesia digunakan untuk mendanai berbagai program seperti bantuan sosial, insentif bagi pelaku usaha, dan pembiayaan sektor kesehatan. Kebijakan ini membantu menjaga daya beli masyarakat, memastikan roda ekonomi tetap berputar, serta mengurangi beban pada sektor-sektor yang paling terdampak oleh krisis.
Selain itu, kasus pada Krisis Geopolitik dan Invasi Rusia-Ukraina. Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Indonesia menghadapi dampak tambahan termasuk penurunan nilai tukar rupiah, penurunan pasar modal domestik, kehilangan pendapatan akibat penurunan ekspor, dan kenaikan harga minyak. Dalam situasi ini, APBN terus menjalankan fungsinya sebagai peredam guncangan ekonomi dengan meningkatkan belanja negara untuk penanganan dampak pandemi dan krisis geopolitik. Hal ini termasuk peningkatan pos pembiayaan untuk menutupi peningkatan kebutuhan belanja.
APBN dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi
Ada beberapa mekanisme utama di mana APBN dapat digunakan sebagai alat penyerap guncangan ekonomi:
- Stimulus Fiskal
Ketika perekonomian melemah, pemerintah dapat mengeluarkan stimulus fiskal, seperti meningkatkan belanja negara di sektor-sektor strategis atau memberikan insentif pajak. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan permintaan agregat, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan mendorong konsumsi serta investasi.
- Penguatan Jaring Pengaman Sosial
Salah satu peran penting APBN adalah memperkuat jaring pengaman sosial, seperti bantuan sosial, subsidi, dan program-program lainnya yang ditujukan untuk melindungi masyarakat yang paling rentan. Di saat krisis, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan pekerja sektor informal seringkali menjadi yang paling terdampak. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang pro-poor menjadi kunci dalam menjaga kesejahteraan masyarakat.
- Subsidi dan Pengendalian Harga
Dalam kondisi krisis, terutama ketika harga komoditas naik drastis, pemerintah sering kali menggunakan APBN untuk memberikan subsidi atau mengendalikan harga barang-barang pokok. Hal ini penting untuk memastikan daya beli masyarakat tidak tergerus, sehingga stabilitas ekonomi dan sosial tetap terjaga.
- Penyelamatan Sektor Keuangan
Saat sektor keuangan, seperti perbankan, mengalami tekanan, pemerintah dapat menggunakan APBN untuk memberikan bantuan likuiditas atau menasionalisasi lembaga keuangan yang mengalami krisis. Kebijakan ini bertujuan mencegah keruntuhan sektor keuangan yang bisa berujung pada krisis yang lebih besar.
Tantangan dalam Mengelola APBN sebagai Shock Absorber
Meskipun APBN memiliki peran vital dalam menjaga stabilitas ekonomi, pelaksanaannya tidak bebas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan ruang fiskal, terutama ketika pendapatan negara tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan pengeluaran. Defisit anggaran yang tinggi bisa menimbulkan masalah lain, seperti peningkatan utang publik.
Selain itu, efektivitas APBN sebagai Shock Absorber sangat tergantung pada kecepatan respons dan ketepatan sasaran dari kebijakan yang diambil. Jika kebijakan stimulus atau bantuan tidak tepat waktu atau tidak ditargetkan dengan baik, dampaknya terhadap perekonomian bisa minimal, atau bahkan menambah beban fiskal di masa depan, diantaranya:
a. Keterbatasan Sumber Daya
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya fiskal. Pemerintah harus mempertimbangkan kapasitas fiskal yang ada sebelum menerapkan kebijakan fiskal ekspansif, Jika penerimaan negara dari pajak dan sumber lain terbatas, sementara belanja negara terus meningkat, maka risiko defisit anggaran yang besar dan utang yang tidak terkendali akan menjadi ancaman bagi stabilitas ekonomi jangka Panjang.
b. Ketergantungan pada Sumber Daya Eksternal
Seperti utang luar negeri atau investasi asing juga menjadi tantangan bagi APBN dalam perannya sebagai Shock Absorber. Ketidakpastian global, seperti perubahan kebijakan suku bunga Internasional, dapat memengaruhi biaya pinjaman pemerintah dan aliran modal masuk. Jika kondisi global tidak mendukung, pemerintah bisa kesulitan mencari sumber pembiayaan yang stabil dan murah untuk menopang kebijakan fiskal.
c. Koordinasi Kebijakan yang Kompleks
Peran APBN sebagai Shock Absorber tidak berdiri sendiri. Pemerintah perlu melakukan koordinasi yang baik dengan kebijakan moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia, serta memastikan bahwa kebijakan-kebijakan lain seperti perdagangan dan industri sejalan dengan tujuan fiskal. Koordinasi yang buruk antara kebijakan fiskal dan moneter dapat memperburuk situasi ekonomi, seperti meningkatnya inflasi atau melemahnya nilai tukar.
d. Efektivitas Implementasi di Lapangan
Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah efektivitas implementasi kebijakan di lapangan. Meskipun kebijakan APBN sudah dirancang dengan baik, jika pelaksanan di lapangan tidak tepat sasaran atau penuh dengan inefisiensi, maka dampak positif yang diharapkan tidak akan tecapai.Â
Korupsi, birokrasi yang lambat, serta ketidakmampuan dalam pengawasan dan evaluasi menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan APBN sebagai Shock Absorber.
Kesimpulan
Dalam era globalisasi, di mana ketidakpastian ekonomi global menjadi bagian dari dinamika ekonomi yang harus dihadapi setiap negara, peran APBN sebagai Shock Absorber menjadi semakin relevan. Melalui kebijakan fiskal yang adaptif, APBN mampu meredam guncangan ekonomi, melindungi masyarakat yang rentan, dan menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Dengan pengelolaan yang baik, APBN tidak hanya menjadi alat untuk mendanai pembangunan, tetapi juga sebagai tameng yang melindungi perekonomian dari guncangan yang tak terduga. Di tengah ketidakpastian global, keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional sangat bergantung pada seberapa efektif APBN digunakan sebagai Shock Absorber yang fleksibel dan responsif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H