Mohon tunggu...
Agneswati Elisabeth Sinaga
Agneswati Elisabeth Sinaga Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hai! Aku Agnes, kalo kata mamah sih cantik :)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pulang yang Menyakitkan

26 September 2022   09:12 Diperbarui: 26 September 2022   09:23 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semester ganjil sudah hampir berakhir dan aku akan melaksanakan UAS atau Ujian Akhir Semester ganjil. Kala itu aku berumur 13 tahun tepatnya ketika aku kelas 1 SMP. "Jika kakak bisa ngerjain UAS nya, liburan Natal tahun ini kita pulang kampung ya",ujar Papah kepadaku. 

Mendengar hal itu aku sangat girang karena setelah 2 tahun tak mudik akhirnya kami mudik kembali.  Aku mempersiapkan diri untuk UAS dengan menjaga kesehatan dan belajar materi dari kisi-kisi yang diberikan guru. 

Akhirnya tibalah hari pertama UAS. Dengan detak jantung yang berdegup kencang, aku mengerjakan tiap butir soal dengan perlahan dan teliti. Aku menjalani UAS selama 5 hari dan aku dapat melewatinya. 

Aku pulang dengan hati yang sangat gembira karena libur akan tiba. Setibanya di rumah ternyata orang tuaku belum pulang bekerja. Aku pun membersihkan diri lalu istirahat.

Petang pun tiba, aku bangun dari tidurku dan menemui orang tuaku yang baru pulang bekerja. "Ujian ku sudah selesai, aku bisa ngerjain semua soal" ucapku dengan girang."Wah hebat anak mamah!" ucap mamahku. "Hebat banget kakak, bangga papah." ucap papahku.

"Apakah kita jadi liburan ke Medan?" tanyaku kepada orang tuaku. "Jadi dong, papah sudah memesan tiket pesawat buat kita semua." ucap papah. Mendengar hal itu aku sangat senang, seperti anak pada umumnya yang mendengar hal gembira aku loncat-loncat di depan orang tuaku.

15 Desember 2017, pembagian raport semester ganjil. Papah yang mengambil raportku ke sekolah. Setelah pembagian raport dan papah melihat nilai-nilaiku, beliau berkata "Wah kakak hebat, nilai-nilai kakak bagus banget tingkatkan terus ya kak." 

Aku tersenyum dan berkata, "Iya pah makasih,by the way pah kita berangkat ke Medan tanggal berapa?" Papah berkata bahwa kami akan berangkat pada Natal tepatnya 25 Desember 2017. Papah memilih tanggal tersebut agar aku dapat tampil di gereja pada saat malam natal. Kata papah supaya latiahanku  selama beberapa bulan ini tidak sia-sia. 

Malam natal pun tiba, Aku bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Mamah meriasiku dengan beberapa polesan make up milik mamah. Aku di beri bando bunga berwarna pink yang mengelilingi kepalaku. Setelah semuanya siap aku dan keluargaku pun berangkat ke gereja.Aku melaksanakan ibadah malam Natal sampai selesai. 

Sepulangnya dari gereja aku dan keluargaku menyiapkan baju kami masing-masing yang akan di bawa besok. Tak lama setelah selesai menyiapkan baju, tanteku yaitu adik mamahku beserta suami dan anaknya datang ke rumah. 

Mereka ingin menitipkan oleh-oleh untuk nenekku yaitu mamah dari mamaku dan tanteku yang biasa ku sebut opung. Mereka juga bermalam di rumahku. 

Hari yang ku tunggu tunggu pun tiba,25 Desember 2017 aku dan keluargaku bersiap siap untuk pergi ke bandara Husein Sastranegara. Kami bersalaman dengan tanteku dan suaminya beserta anak-anaknya. 

Setibanya di bandara, kami pun check in dan pemeriksaan lalu boarding. Sebelum pesawat take off,aku berdoa kepada Tuhan agar selamat sampai Medan. 

2 jam 20 menit perjalanan yang kami tempuh dari Bandung hingga Medan. Aku dan keluargaku di jemput oleh adik mamahku yang ku sebut Tulang. Kami beristirahat semalam di rumah adik papahku yaitu Namboruku yang berada di Medan. 

Esok pagi kami berangkat dari Medan menuju Samosir, rumah orangtua papahku atau rumah opungku. Kami tiba di rumah opung ketika hari sudah larut malam. Meskipun sudah larut opung tidak tidur melainkan tetap menunggu kehadiran kami. 

Aku turun dari mobil lalu aku melihat orang yang sangat ku rindukan, ya dia nenekku yang ku sebut opung boru. Aku menyalamnya dan memeluknya melepas rindu selama 20 bulan. Pada bulan Februari 2017 opungku datang ke Bandung mengunjungi rumahku. Tak lupa aku menyalam kakekku yaitu opung doli. 

Aku dan keluargaku membersihkan diri dan mengganti baju kami. Papah dan mamahku mengobrol dengan opung doli dan opung boru, sedangkan aku,abangku,dan kedua adikku mengobrol dengan sepupu sepupuku yang datang juga ke rumah opungku. Kantuk pun tiba, akhirnya kami semua tidur. 

Selama aku di sana aku sulit untuk makan karena aku terlalu asik bermain bersama sepupu sepupuku. Sehingga membuat opung boru memarahiku terus. Opung boru selalu marah pada cucunya yang sulit disuruh makan. Meskipun dimarahi oleh opung boru, tetapi hal itu lah yang sangat ku rindukan darinya yaitu bawelnya akan kesehatan cucunya. 

Aku bercerita cerita bersama opung boru di kursi depan rumah opung. "Bagaimana sekolahmu nes? Apakah berjalan dengan lancar?" tanya opung kepadaku. "Lancar pung, aku punya banyak teman jadi bisa belajar bareng," ungkapku kepada opung. Aku dan opung boru memiliki hubungan yang cukup dekat karena aku cucu perempuan pertama dari anak laki-lakinya. 

Kami sering tanya kabar dan mengobrol tentang kegiatan sehari-hari lewat ponsel. Tak jarang juga kami bercanda bersama meskipun hanya lewat ponsel. Aku sering jahil kepada opung boru sehingga terkadang membuat opung boru jengkel dengan sikapku. Tetapi ia tetap memaklumkan sikapku karena ia menganggap aku hanya anak kecil yang ingin bermain dengannya. 

Setiap pagi opung boru memasak bersama 2 menantunya termasuk mamahku. Opung boru sering memberi roti kepadaku yang ia sembunyikan di kamarnya. Aku tidak tahu alasan opung yang selalu menyembunyikan roti di kamarnya. 

Aku dan keluargaku beserta keluarga sepupuku berkunjung ke beberapa wisata yang ada di Samosir. Tetapi aku sedih karena opung tidak pernah ikut bersama kami. 

Opung tidak bisa ikut bersama kami karena badannya yang sudah tidak kuat perjalanan jauh. Meskipun demikian aku tetap dapat menikmati liburanku di Samosir yang biasa orang sebut Negeri Indah Keping Surga. 

Aku dan keluargaku berlibur di kampung halaman orangtuaku selama 10 hari. Tak lupa juga kami berkunjung ke rumah opungku dari mamah atau orangtua mamahku. Tak terasa liburanku berakhir.Aku bersalaman dengan opung boru dan memeluknya dengan erat. Aku bersalaman juga dengan opung doli dan sepupu sepupuku. 

Tepat pada tanggal 4 Januari 2018 aku dan keluargaku kembali ke Bandung. Esoknya aku kembali bersekolah dengan semangat baru. Aku memberikan oleh-oleh kepada teman satu kelasku dan wali kelasku. 

Aku menjalani semester genap dengan lancar. Tak terasa akhir semester genap akan berakhir dan aku akan menjalani UKK atau Ujian Kenaikan Kelas. Aku dapat melewati UKK selama 5 hari. Ketika pembagian raport, aku dinyatakan naik ke kelas 8. 

Liburan kenaikan kelas aku pergi ke Purwakarta bersama keluargaku dan keluarga dari kakak mamahku. Libur kenaikan kelas pun berakhir dan aku kembali bersekolah. Aku bersekolah dengan kelas yang baru dan teman sekelas yang baru. Aku berkenalan dengan teman-temanku yang baru dan kami menjadi teman sekelas yang seru. 

Baru 4 bulan menduduki kelas 8, aku mendengar kabar yang tidak senang. Tepatnya akhir bulan Oktober 2018, keluarga yang ada di Medan memberi kabar kepada papahku bahwa opung boru drop. 

Opung boru sudah di diagnosa sakit jantung sejak 2011. Ia berjuang melawan sakitnya dengan menjalani pengobatan spesialis jantung. Kakak papahku yang berada di Medan berkata bahwa opung di rawat di rumah sakit yang berada di Medan. 

Papahku saat itu sedang berada di Riau karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan di sana. Sehingga papah memberi tahu kabar tersebut kepada mamahku. Dari mamahku lah aku mengetahui kabar opung boru yang drop. 

Orangtuaku setiap hari menelepon opung boru untuk memantau kondisinya. Setiap mamahku bertelepon dengan opung boru, tak melewatkan kesempatan aku juga ikut mengobrol dengan opung boru. Setiap malam sebelum tidur, aku selalu mendoakan opung boru agar Tuhan menyembuhkannya. 

Papah berencana akan mengunjungi opung ke Medan jika pekerjaannya di Riau telah selesai. Awal November tepatnya tanggal 1, aku bertelepon dengan opung melalui ponsel mamahku. 

"Bagaimana keadaan opung? Sudah membaik belum pung?" tanyaku kepada opung. Dengan ketawa kecil yang ku dengar dari ponsel opung berkata, "Sudah membaik opung, jangan khawatir sebentar lagi juga opung sudah dibolehkan pulang." Mendengar hal itu hatiku aku cukup lega. 

Pada tanggal 2 November 2018, papah bertelepon kepada mamah untuk memberi tahu bahwa ia akan mengunjungi opung boru ke Medan lusa pada tanggal 4. 

Pada tanggal 3 November 2018 sore hari, saudaraku berkunjung ke rumahku bersama kedua anaknya. Saat itu aku di rumah bersama adik bungsuku dan ART keluargaku. Saudaraku tersebut ku panggil Kak Sifra. Kak Sifra menidurkan anak keduanya yang saat itu masih bayi di ruang tamu. 

Aku menemani Kak Sifra sambil mengobrol. "Bagaimana keadaan opung nes? Sudah baikan?" tanya KaK Sifra kepadaku. "Kemarin sih pas telponan opung bilang sudah baikan." jawabku. Mendengar hal itu Kak Sifra mengucap syukur kepada Tuhan. Kami mengobrol di ruang tamu sambil menunggu mamahku pulang kerja. 

Mamahku yang biasanya tiba di rumah pukul 4 sore, belum juga pulang. Aku dan Kak Sifra khawatir karena mamah tak kunjung tiba di rumah padahal jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Satu jam berlalu dan mamah tak kunjung terlihat. Aku dan Kak Sifra menunggu kehadiran mamah. 

Hingga jam menunjukkan pukul 05.23 mamah tiba di rumah. Hatiku cukup lega melihat kehadiran mamah. Tetapi mamah berjalan dengan lesu dan langsung duduk di sofa ruang tamu dengan badan yang sangat lemas.

"Opung boru sudah gak ada nes." ucap mamah kepadaku. Mendengar hal itu aku terdiam sejenak. Hatiku hancur bagai gelas yang pecah. Aku berlari ke kamar dan menangis meluapkan kesedihanku. 

Saudara saudaraku pun datang ke rumah satu per satu. Mereka menguatkan mamahku. Papah langsung memesan tiket pesawat dengan penerbangan malam hari itu juga untuk papah,mamah, dan adik bungsuku. 

Aku dan adik di bawahku tidak diperbolehkan ikut karena orangtuaku akan berada di sana selama 1 minggu Sedangkan aku dan adikku akan melaksanakan UAS semester ganjil 2 minggu lagi jadi orangtuaku menyuruh kami bersekolah saja. 

Kakak mamahku yang datang ke rumah malam itu membantu mamahku menyiapkan baju untuk dibawa ke sana. Mamah memberikan uang bekal sekolah untuk aku dan adikku. Mamah dan adik bungsuku pun berangkat diantar oleh pamanku.

Aku sangat sedih karena tidak dapat melihat wajah opung boru untuk terakhir kalinya secara langsung. Aku meminta orangtuaku mengambil gambar opung boru dan mengirimkannya kepada. Saat acara pemberkatan jenazah di gereja, Papah mengirimkan foto opung boru kepadaku. Aku melihat foto itu sepulang sekolah karena sekolahku tidak mengizinkan siswa untuk membawa ponsel ke sekolah. 

Mataku kembali mengeluarkan air melihat foto yang dikirim oleh papah. Hatiku ingin sekali bertemu dengan opung boru untuk terakhir kalinya. Tubuhku ingin sekali memeluk tubuh opung boru untuk terakhir kalinya. 

Opung boru dimakamkan setelah 5 hari kepergiannya karena harus menjalankan adat suku Batak yaitu menunggu semua anaknya hadir. Papahku selalu mengambil gambar opung boru saat prosesi pemakaman. Ia mengirimkan foto itu kepadaku. Aku memandangi foto opung boru dengan hati yang masih sedih. 

Aku berdoa kepada Tuhan agar opung boru diterima oleh-Nya. Kepulangan Opung boru menyakitkan bagiku dan keluargaku. 

"Opung agnes bakal  mengunjungi opung kok, tenang ya pung." Ucapku sambil menatap bintang-bintang di langit malam hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun