Mereka ingin menitipkan oleh-oleh untuk nenekku yaitu mamah dari mamaku dan tanteku yang biasa ku sebut opung. Mereka juga bermalam di rumahku.Â
Hari yang ku tunggu tunggu pun tiba,25 Desember 2017 aku dan keluargaku bersiap siap untuk pergi ke bandara Husein Sastranegara. Kami bersalaman dengan tanteku dan suaminya beserta anak-anaknya.Â
Setibanya di bandara, kami pun check in dan pemeriksaan lalu boarding. Sebelum pesawat take off,aku berdoa kepada Tuhan agar selamat sampai Medan.Â
2 jam 20 menit perjalanan yang kami tempuh dari Bandung hingga Medan. Aku dan keluargaku di jemput oleh adik mamahku yang ku sebut Tulang. Kami beristirahat semalam di rumah adik papahku yaitu Namboruku yang berada di Medan.Â
Esok pagi kami berangkat dari Medan menuju Samosir, rumah orangtua papahku atau rumah opungku. Kami tiba di rumah opung ketika hari sudah larut malam. Meskipun sudah larut opung tidak tidur melainkan tetap menunggu kehadiran kami.Â
Aku turun dari mobil lalu aku melihat orang yang sangat ku rindukan, ya dia nenekku yang ku sebut opung boru. Aku menyalamnya dan memeluknya melepas rindu selama 20 bulan. Pada bulan Februari 2017 opungku datang ke Bandung mengunjungi rumahku. Tak lupa aku menyalam kakekku yaitu opung doli.Â
Aku dan keluargaku membersihkan diri dan mengganti baju kami. Papah dan mamahku mengobrol dengan opung doli dan opung boru, sedangkan aku,abangku,dan kedua adikku mengobrol dengan sepupu sepupuku yang datang juga ke rumah opungku. Kantuk pun tiba, akhirnya kami semua tidur.Â
Selama aku di sana aku sulit untuk makan karena aku terlalu asik bermain bersama sepupu sepupuku. Sehingga membuat opung boru memarahiku terus. Opung boru selalu marah pada cucunya yang sulit disuruh makan. Meskipun dimarahi oleh opung boru, tetapi hal itu lah yang sangat ku rindukan darinya yaitu bawelnya akan kesehatan cucunya.Â
Aku bercerita cerita bersama opung boru di kursi depan rumah opung. "Bagaimana sekolahmu nes? Apakah berjalan dengan lancar?" tanya opung kepadaku. "Lancar pung, aku punya banyak teman jadi bisa belajar bareng," ungkapku kepada opung. Aku dan opung boru memiliki hubungan yang cukup dekat karena aku cucu perempuan pertama dari anak laki-lakinya.Â
Kami sering tanya kabar dan mengobrol tentang kegiatan sehari-hari lewat ponsel. Tak jarang juga kami bercanda bersama meskipun hanya lewat ponsel. Aku sering jahil kepada opung boru sehingga terkadang membuat opung boru jengkel dengan sikapku. Tetapi ia tetap memaklumkan sikapku karena ia menganggap aku hanya anak kecil yang ingin bermain dengannya.Â
Setiap pagi opung boru memasak bersama 2 menantunya termasuk mamahku. Opung boru sering memberi roti kepadaku yang ia sembunyikan di kamarnya. Aku tidak tahu alasan opung yang selalu menyembunyikan roti di kamarnya.Â