Indonesia kaya akan bahan obat alami dan obat tradisional yang sudah digunakan sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun. Keunggulan obat tradisional yang dirasakan langsung di masyarakat adalah ketersediaannya bahan bakunya dan bisa ditanam di pekarangan sendiri, harganya murah serta bisa diramu sendiri di rumah. Hampir setiap orang Indonesia telah menggunakan tanaman obat untuk mengobati penyakit atau gangguan selama hidupnya, baik bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu, popularitas tanaman obat di masyarakat tetap tinggi, karena manfaatnya dapat dilihat langsung dari generasi ke generasi, walaupun mekanisme kerjanya secara ilmiah masih belum banyak diketahui.
Berdasarkan dari pengalaman orang-orang tua kita terdahulu, dan pengalaman kita sampai kini, maka peran tumbuhan obat memang dapat dikembangkan secara luas di Indonesia. Di masa lalu, tanaman obat penting karena sulitnya akses layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan terpencil atau masih banyaknya orang yang terus mencari bantuan pengobatan dari tabib dan dukun, bahkan banyak anggota masyarakat yang mencoba tumbuhan herbal untuk mengobati penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga.
Di daerah tropis seperti Indonesia, malaria merupakan penyakit yang cukup banyak diderita. Penyakit menular ini disebabkan oleh protozoa yang disebut plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis tertentu. Jika Plasmodium vivax adalah biang keladinya, penyakit ini disebut malaria tertiana.Â
Malaria ini ditandai dengan munculnya demam hingga tiga hari. P. malariae menyebabkan malaria kuartana yang ditandai dengan demam yang terjadi setiap empat hari. Sedangkan P. falciparum dapat menyebabkan malaria falciparum. Malaria jenis terakhir ini yang paling serius, bahkan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, gejala yang ditimbulkan dapat menurunkan produktivitas penderitanya. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala badan terasa tidak enak, sering demam hingga suhu tubuh dapat mencapai 40C.
Kemungkinan demam akibat penyakit ini lebih baik dikontrol oleh dokter. Bisa jadi demam yang ditimbulkan bukan disebabkan oleh malaria, sehingga obatnya bukan antimalaria. Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah ada bakteri malaria di dalam tubuh adalah pemeriksaan laboratorium dengan melihat di bawah mikroskop dan menemukan Plasmodium steril di dalam darah tepi.
Selain obat-obatan medis, beberapa tumbuhan juga membantu penderita malaria melawan penyakitnya. Tanaman tersebut memang ada yang sudah terbukti mampu mematikan bibit penyakit malaria. Obat tradisional diketahui dapat mencegah kerusakan hati dan limpa yang disebabkan oleh bakteri malaria. Beberapa tumbuhan yang diteliti juga menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Tumbuhan tersebut antara lain sambiloto, pulai, bratawali dan johar yang bersifat plasmodicide.
Jika sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dipilih sebagai obat alternatif maka bagian digunakan adalah daunnya. Tumbuhan ini tumbuh lurus dengan banyak cabang. Tingginya hanya 50 - 80 cm. Daunnya terbukti tidak beracun dan memiliki sifat antipiretik atau dapat menghilangkan demam. Sifat antipiretik ini dapat membantu pasien malaria melawan penyakit.
Pada penelitian in vivo, daun sambiloto tidak membunuh P. berghei pada mencit. Namun, mencit yang terinfeksi dapat hidup lebih lama karena hati dan limpanya terlindungi dari kerusakan. Dengan demikian penggunaan daun sambiloto dapat menunjang penggunaan plasmodicide. Hasilnya sudah terlihat saat pemberian pertama. Namun, disarankan untuk menggunakannya secara terus-menerus.
Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) adalah satu dari tanaman obat yang terdapat hampir di seluruh daerah Indonesia dengan berbagai nama daerah. Orang Jawa telah mengenal tanaman semak pendek bercabang banyak ini sejak zaman dahulu sebagai obat mujarab untuk gigitan ular berbisa. Di daerah Sumatera dikenal dengan nama Pepaitan, di Jawa disebut Sambilata, Takila, Bidara, Sadilata, Ki oray, dan Ki peurat. Dalam bahasa China disebut Chuan xin lian.
Adrographis paniculata (AP) juga dikenal sebagai "King of Bitters" adalah tanaman dalam famili Acanthaceae yang telah digunakan selama beberapa abad di Asia untuk mengobati penyakit gangguan pencernaan dan pernapasan, demam, herpes, sakit tenggorokan, dan malaria.Â
Ini ditemukan di Indian Pharmacopoeia dan telah diformulasikan setidaknya dalam 26 formula Ayurvedic. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), AP penting sebagai ramuan sifat dingin yang digunakan untuk mengurangi panas tubuh dan membersihkan racun di dalam tubuh. Secara farmakologi, AP memiliki sifat seperti analgesik, antiinflamasi, antibakteri, anti periodik (seperti pada malaria), antiviral, vermicidal, dan penambah kekebalan tubuh (meningkatkan fagositosis leukosit, menghambat replikasi HIV, dan meningkatkan jumlah CD dan T-limfosit).
Beberapa penelitian terhadap efek anti malaria yang telah dilakukan antara lain, Widyawaruyanti, dkk (1995), yang menemukan bahwa ekstrak non polar dan semi polar dari herba Sambiloto dapat menghambat pertumbuhan P.falciparum secara in vitro dan fraksi petroleum eter pada konsentrasi 10.000 ug/ml dan 1.000 ug/ml mempunyai efektifitas yang sama dengan Klorokuin difosfat, sedangkan fraksi kloroform pada konsentrasi 10.000 ug/ml.
Penelitian Uji Klinis sudah pernah dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara yang dikenal sebagai daerah endemik malaria dengan resistensi Klorokuin. Pada penelitian itu (Umar Zein, dkk) didapatkan bahwa kombinasi terapi Klorokuin dan ekstrak Herba Sambiloto mempunyai efektifitas antimalaria yang lebih baik dibandingkan dengan terapi dengan Klorokuin sendiri terhadap penderita malaria falciparum dewasa tanpa komplikasi. Sambiloto tunggal telah diuji pada pasien penderita malaria falciparum tanpa komplikasi (belum dipublikasikan) dan 7 dari 11 penderita menunjukkan pembersihan klinis dan laboratoris dari parasit darah tepi setelah 7 hari pengobatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H