Beberapa penelitian terhadap efek anti malaria yang telah dilakukan antara lain, Widyawaruyanti, dkk (1995), yang menemukan bahwa ekstrak non polar dan semi polar dari herba Sambiloto dapat menghambat pertumbuhan P.falciparum secara in vitro dan fraksi petroleum eter pada konsentrasi 10.000 ug/ml dan 1.000 ug/ml mempunyai efektifitas yang sama dengan Klorokuin difosfat, sedangkan fraksi kloroform pada konsentrasi 10.000 ug/ml.
Penelitian Uji Klinis sudah pernah dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara yang dikenal sebagai daerah endemik malaria dengan resistensi Klorokuin. Pada penelitian itu (Umar Zein, dkk) didapatkan bahwa kombinasi terapi Klorokuin dan ekstrak Herba Sambiloto mempunyai efektifitas antimalaria yang lebih baik dibandingkan dengan terapi dengan Klorokuin sendiri terhadap penderita malaria falciparum dewasa tanpa komplikasi. Sambiloto tunggal telah diuji pada pasien penderita malaria falciparum tanpa komplikasi (belum dipublikasikan) dan 7 dari 11 penderita menunjukkan pembersihan klinis dan laboratoris dari parasit darah tepi setelah 7 hari pengobatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H