Mohon tunggu...
Agna Ernisa Tifani
Agna Ernisa Tifani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

41123110003 | Program Studi Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana | Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB | Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak., M.Si, CIFM, CIABV, CIABG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Aristoteles

29 Januari 2025   02:44 Diperbarui: 29 Januari 2025   02:44 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Gambar Halaman 3 PPT Modul Dosen

          Aristoteles juga memperkenalkan konsep "jalan tengah" atau golden mean, yang menjadi dasar pengembangan kebajikan. Menurutnya, kebajikan ditemukan di antara dua ekstrem perilaku: satu sisi yang berlebihan dan sisi lainnya yang kurang (Huta, 2021). Sebagai contoh, keberanian adalah kebajikan yang berada di tengah antara pengecut (takut berlebihan) dan nekat (tidak mengenal rasa takut). Dengan kata lain, hidup yang penuh kebajikan adalah hidup yang seimbang, di mana seseorang tidak terlalu berlebihan atau kekurangan dalam sifat-sifat tertentu.

          Dalam kehidupan sarjana, prinsip ini dapat diterapkan pada berbagai aspek, seperti pembagian waktu antara belajar dan bersosialisasi. Jika terlalu fokus pada studi tanpa memberi waktu untuk istirahat, seseorang dapat mengalami kelelahan mental dan fisik. Sebaliknya, terlalu banyak bersantai dapat menghambat pencapaian akademis. Menemukan "jalan tengah" ini menjadi kunci untuk menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna (MacIntyre, 2023).

Relevansi Etika Aristoteles bagi Sarjana

          Bagi seorang sarjana, memahami dan menerapkan etika kebahagiaan Aristoteles memiliki banyak manfaat. Menempuh pendidikan tinggi bukan hanya soal mendapatkan gelar atau prestasi akademis, tetapi juga tentang mengembangkan karakter dan membentuk diri menjadi individu yang bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan, menurut Aristoteles, adalah alat untuk membantu manusia mencapai eudaimonia melalui pengembangan kebajikan (Huta, 2021).

          Tekanan akademis yang tinggi sering menjadi tantangan besar bagi mahasiswa. Penelitian menunjukkan bahwa banyak mahasiswa menghadapi stres yang signifikan akibat tuntutan akademik, masalah keuangan, dan tekanan sosial (Lee et al., 2020). Dalam situasi ini, pemahaman tentang kebajikan seperti keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan dapat membantu mahasiswa mengelola stres dengan lebih baik dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang mereka (Peterson & Seligman, 2020).

          Misalnya, keberanian dapat membantu mahasiswa menghadapi tantangan akademis tanpa takut gagal. Kejujuran memungkinkan mereka untuk bertindak dengan integritas dalam segala situasi, termasuk saat menghadapi godaan untuk menyontek atau mencari jalan pintas yang tidak etis. Sementara itu, kebijaksanaan praktis dapat membantu mereka membuat keputusan yang bijak tentang bagaimana mengatur waktu, sumber daya, dan energi mereka.

Membangun Kebajikan dalam Kehidupan Sehari-Hari

          Aristoteles percaya bahwa kebajikan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara instan, melainkan sesuatu yang harus dilatih secara konsisten. Dalam Nicomachean Ethics, ia menjelaskan bahwa kebajikan adalah hasil dari kebiasaan yang dibentuk melalui tindakan yang berulang-ulang (Nicomachean Ethics, 2022). Sebagai contoh, kebajikan disiplin hanya dapat dicapai jika seseorang secara rutin melatih dirinya untuk tetap fokus pada tugas-tugasnya, meskipun ada godaan untuk bermalas-malasan.

          Bagi sarjana, mengembangkan kebajikan berarti berkomitmen pada proses pembelajaran yang tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga moral. Ini melibatkan pengembangan sifat-sifat seperti kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan kerendahan hati. Misalnya, seorang mahasiswa yang ingin menjadi pemimpin yang adil harus mulai melatih dirinya untuk mendengarkan pendapat orang lain dengan terbuka dan membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri tetapi juga orang lain (Huta, 2021).

Keseimbangan dalam Kehidupan

          Menemukan keseimbangan antara kehidupan akademis dan kehidupan pribadi adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak mahasiswa. Aristoteles menekankan bahwa keseimbangan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati (Peterson & Seligman, 2020). Terlalu banyak fokus pada studi tanpa memberi waktu untuk merawat kesehatan fisik dan mental dapat menyebabkan kelelahan. Sebaliknya, mengabaikan tanggung jawab akademis demi kesenangan sementara dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan profesional.

          Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan sosial cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dan hasil akademik yang lebih baik (Lee et al., 2020). Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menciptakan rutinitas yang seimbang, seperti mengatur waktu untuk belajar, bersosialisasi, berolahraga, dan istirahat.

Kontribusi kepada Orang Lain

          Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya berasal dari pencapaian pribadi, tetapi juga dari kontribusi kepada orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia mendapatkan kepuasan dari membantu orang lain dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat (Nicomachean Ethics, 2022). Dalam kehidupan seorang sarjana, prinsip ini dapat diterapkan melalui berbagai cara, seperti berpartisipasi dalam kegiatan sukarela, melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat, atau menjadi mentor bagi mahasiswa lain.

          Dengan memberikan kontribusi kepada orang lain, seorang sarjana tidak hanya memperkuat nilai-nilai kebajikan dalam dirinya, tetapi juga membantu menciptakan dampak positif di lingkungannya. Sebagai contoh, mahasiswa yang terlibat dalam proyek penelitian tentang keberlanjutan lingkungan dapat merasa puas karena upayanya memiliki dampak nyata bagi generasi mendatang (Huta, 2021).

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun