Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengorbanan Sahabat

30 September 2016   17:59 Diperbarui: 30 September 2016   23:44 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Langit mendung menggulung angkasa. Bintang gemintang tidak nampak bersinar. Begitu juga dengan cahaya bulan, tidak ada yang istimewa darinya. Beberapa kali kilat nampak memotret cantik membentuk zig zag. Petir seketika menyambar keras. Duar!

Jibon bersama seorang sahabatnya coker berusaha menyusup masuk ke dalam istana untuk menculik putri raja. Pasalnya Jibon sangat mencintai sang putri, namun karena berasal dari kalangan biasa raja tidak pernah mau menerimanya.

“Malam ini tidak boleh gagal.” Jibon berseru pada coker, seorang sahabat yang sangat bisa dipercaya untuk menjalankan misinya, pasalnya coker memiliki keberanian yang tinggi juga ilmu bela diri yang mumpuni.

“Baik teman, akan kubantu sebisaku.”  Mereka berdua saling memukul lengan sembari berjalan menuju istana raja.

Angin malam semilir bertiup kencang di udara. Rinai hujan mulai turun. Istana kerajaan sudah terlihat, namun gerbangnya sangat dijaga ketat sekali oleh prajuritnya. Jibon dan Coker mencoba mengecoh dengan memasang bunyi-bunyian agar pandangan prajurit tertuju dari tempat berasal. Ketika prajurit itu mencoba menghampiri Jibon dan Coker langsung begerak cepat ke arah semak dan segera masuk melewati gerbang kerajaan dengan mudah.

Kompleks istana sangat luas. Bangunan megah terbagi menjadi beberapa bagian. Jibon dan Coker nampak kesulitan mencari dimana gerangan sang putri berada. Pusat istana terletak tepat di tengah kompleks. Di sisi kiri dan kanan adalah bangunan para raja juga pangeran yang menghuni disana.

"Dimana tempat sang putri itu bon?" Coker bergumam santai.

"Aku juga belum tau ker." Jibon menyeka dahi.

Seorang prajurit penjaga keliling terliat bersiaga berjalan memutari komplek istana. Dengan cepat Jibon dan Coker langsung bersembunyi di balik semak-semak.

Dari balik semak-semak ia melihat sang putri itu berjalan masuk ke dalam salah satu rumah kediaman keluarga raja dengan dua pengawal pribadi yang mengikutinya.

"Itu disana." Jibon menunjuk sembari berkata.

Hujan mulai deras mengguyur komplek istana. Kilat mnyileut indah di angkasa. Petir tidak henti-hentinya menyambar dahsyat.

Jibon dan Coker perlahan bergerak cepat dari semak-semak. Ini merupakan kesempatan yang paling tepat. Cuaca ini merupakan momen yang pas untuk mengecoh para prajurit kerajaan. Kecermatan mereka tentu akan berkurang.

Sampai akhirnya dia sudah berada dari balik jendela kamar tidur sang putri. Jibon berusaha untuk mengetuk jendela luarnya. Sedangkan coker mencoba mengamati keadaan.

"Ssutttt." Jibon berusaha memanggil.

Sang putri terkaget dan mencari tau dari mana asalnya. Ketika melihat kebawah ternyata seorang Jibon datang. Ia bersembunyi di balik semak belukar luar ruangan kamar sang putri. Putripun merasa bahagia dan ingin segera menghampirinya.

Perlahan ia melompat dari jendela dan langsung menemui Jibon. "Aku menunggumu sedari tadi." Sang putri berkata datar membuka kata.

"Maafkan, aku sulit mencari celah untuk bisa masuk ke dalam istana ini." Jibon meneruskan "penjagaannya ketat sekali."

Ayo cepat lari dari sini, sepertinya ada yang berusaha mengamati gerak-gerik kita. Coker berseru dengan nada tinggi. Mereka bertiga langsung masuk ke dalam semak belukar dan berusaha keluar dari istana raja.

"Tolong tutup semua akses keluar." Sang raja keluar dari istana dengan amarahnya "Putriku tidak ada di kamarnya."

"Baik baginda." Seluruh tentara penjaga langsung menutup seluruh akses jalan keluar dan mencari keberadaan sang putri.

Mereka bertiga langsung berusaha terus bersembunyi dan menyelinap. Rinai hujan mulai berhenti menetes. Langit seketika terang. Bintang gemintang bersinar indah di angkasa.

"Bagaimana ini?" Seru Jibon pada Coker.

"Sebentar, kita diam dulu di semak ini." Coker menjawab pelan.

Jibon menggenggam erat tangan sang putri. Ia berusaha untuk mencoba terus menunduk agar tidak terlihat dari jangkauan prajurit yang sedang mencarinya. Namun nasib buruk melanda mereka bertiga. Prajurit itu menangkap basah ketika berusaha menyembunyikan diri.

"Sedang apa kalian?" Ujar seorang prajurit penjaga yang menghampiri.

"Cepat lari." Coker berdiri dan menyuruh Jibon dan putri lari. "Lewat sana sembari menunjuk pintu keluar."

"Tapi…" Jibon diam menggeragap.

Coker dan seorang prajurit terlibat perkelahian. Dengan kemampuan beladirinya ia berusaha melawan prajurit tersebut. Jibon berlari, namun tiba-tiba dua orang prajurit menghadang jalannya. Jibon membelokkan jalannya, lagi-lagi ada prajurit yang menghadangnya. Tidak bisa berbuat ia kemudian diam. Selangkah dua langkah prajurit itu mendekati Jibon tiba-tiba coker lari dengan cepat dan langsung menabrak prajuritnya. Prajurit istana itu langsung terjungkal.

"Cepat keluar dari sini." Coker bersuara lantang sembari berusaha menahan prajurit yang jatuh, diambilnya kunci pintu gerbang dari saku prajurit tersebut dan langsung melemparkannya pada Jibon.

Jibon langsung menatap Coker tidak tega dan diam tanpa kata.

"Cepat lari." Coker sudah tidak kuat menahan berontakan tubuh prajurit yang ia tahan.

Dengan penuh pilu Jibon langsung mengambil kunci yang baru diberikan Coker, bersama sang putri langsung berlari mencari jalan yang lain. Hingga sudah tiba di depan gerbang pintu keluar ia diam dan melihat kebelakang. Coker sedang terlibat perkelahian yang serius. Ia dikeroyok oleh banyak sekali prajurit disana.

"Tunggu ya putri aku harus membantu temanku." Ujar Jibon dengan lembut.

Namun sang putri tidak menjawab. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya lemas sekali. Jari-jemarinya berkeriput, ia terasa lelah setelah berhujanan dan berlarian kesana kemari. Namun ketika menengok kembali terlihat Coker semakin terpojok oleh serangan yang dilancarkan oleh para prajurit.

Tidak ada pilihan ia harus memilih menyelamatkan putri atau seorang sahabatnya. Dengan segala pertimbangan ia memilih membawa putrid keluar. Dengan cepat gerbang kerajaan ia buka dengan kunci yang diberikan oleh Coker. Jibon menggendong putrid keluar dari komplek istana, ia membawa pergi jauh sang putri dan berusaha mengistirahatkannya sejenak.

*

Keesokan harinya sang putri bangun dari tidurnya, wajahnya nampak cerah dan berseri. Jibon merasa senang melihat keadaannya yang semakin membaik.

"Apakah kamu sudah baik sekarang?" Jibon bertanya lembut.

"Syukurlah, badanku sudah semakin terasa enak." Sang putrid menjawab halus.

Jibon pun langsung memeluk sang putri dengan mesranya.

Pada hari itu juga tersiar kabar yang sangat mengejutkan. Coker yang tidak lain adalah temannya akan dihukum pancung dengan tuduhan menyelamatkan penjahat yang menculik putrinya. Mendengar kabar tersebut Jibon langsung jatuh dan terlemas. Ia menyesali tidak bisa berbuat banyak untuk sahabatnya, padahal sahabatnya sudah membantunya untuk menculik sang permaisuri.

"Jangan sedih bon." Putri berseru halus sembari membelai kening Jibon.

"Ia adalah sahabat setiaku, bahkan rela mati demi kebahagiaanku." Jibon terisak.

"Semesta mencatat dan mengetahui segalanya yang terjadi pada kita, Coker adalah orang yang paling berjasa demi kebahagiaanmu denganku. Terima dan ikhlaskanlah." Suara Putri terasa sendu. "Jangan kau rusak kebahagiaan kita ini dengan kesedihanmu, jikalau Coker tahu ia pasti akan sedih dan kecewa."

Jibon terdiam sembari menatap wajah cerah sang putri. Seketika sang putri itu pun memeluk tubuhnya dengan lembut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun