Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Berbagi Manfaat untuk Orang Lain

28 September 2016   20:56 Diperbarui: 29 September 2016   13:02 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Selama dua puluh satu tahun hidup, saya memiliki cerita dan pengalaman tersendiri yang memiliki manfaat lebih di dalamnya. Terlebih yang menjadikan pengalaman paling penting dalam hidup adalah mengenai hal berbagi. Entah itu berbagi ilmu, inspirasi, usaha dan lain sebagainya. Tentu itu membuat diri saya sendiri merasa senang dan bahagia, pasalnya apa yang kita berikan tersebut bisa memberikan manfaat untuk orang lain.

Saya akan menceritakan sedikit pengalaman pribadi yang pernah saya lakukan.

1. Berbagi perihal menjaga tubuh sehat dan ideal

Pernah seorang teman bertanya pada saya, “Git kok badanmu bisa bagus gitu sih, pakai vitamin apa memang? Dan kamu sepertinya nampak sehat betul deh.” Mendengar jawaban itu saya terkaget seketika. “Hah vitamin? Untuk kebutuhan selama sebulan aja kadang kurang, boro-boro buat vitamin.” Saya menjawab ketus saja pertanyaan itu.

Sebagai seorang mahasiswa perantauan yang mandiri, tentu kebutuhan-kebutuhan tak terduga lainnya sering kali muncul melanda. Karena uang saku yang kita dapatkan dari orang tua tidak sebanding pengeluaran yang kita keluarkan. Akibatnya pola makan kita menjadi tidak teratur dan cenderung memaksakan makan apa adanya asalkan irit dan murah, sebut saja mie. Makanan instan yang menjadi primadona mahasiswa perantauan.

Namun hal itu bukanlah sebuah hal yang menjadi alasanku untuk bisa hidup sehat. Buktinya dengan segala aktivitasku sehari-hari aku masih bisa menjaga kesehatan dengan baik. Padahal toh kita sama-sama mahasiswa namun kita berbeda dalam segi fisik kebugaran tubuh, badanku terbilang ideal dan lebih bagus dari seorang teman yang bertanya demikian.

Oleh karenanya saya memberikan sedikit tips untuknya mengapa saya bisa memiliki tubuh yang terbilang ideal dan tetap sehat.

A. Berolahraga rutin

Bangun tidur sempatkan waktu sejenak untuk berolahraga sekedar berlari kecil, push up, sit up, dan pull up. Tidak perlu berlebihan, lakukan semampumu saja tentu, jikalau semua itu rutin dilakukan tubuhmu akan terasa lebih ringan dan segar. Kebiasaan yang kamu lakukan tersebut perlahan membuatmu mengalami peningkatan dalam berolahraga supaya lebih kuat. Dengan begitu tentu lambat laun badanmu akan terbentuk dengan sendirinya.

B. Makanlah makanan yang bergizi

Yang menjadi permasalahan terbesar mahasiswa adalah kurangnya asupan nutrisi dan protein. Akibatnya dengan kurangnya asupan gizi tersebut badan kita mudah lemas dan kemudian jatuh sakit. Saya menekankan kawan saya tersebut untuk tidak memakan makanan yang berlemak tinggi. Dan lebih memilih makanan yang berprotein seperti sayur mayur dan lauk pauk pendukungnya.

Kalau sudah mepet sekali, dan satu-satunya cara makan mie instant ya silahkan. Akan tetapi jangan terus menerus dilakukan, dan saya berusaha keras menekankan jikalau memakan mie harus ada makanan pendukung lainnya yang asupan protein yaitu telur. Karena jikalau hanya memakan mie saja kita tidak memiliki asupan protein sama sekali, justru yang kita adalah lemak berlebih yang mengganggu tahapan kita untuk mencapai tubuh ideal.

Hanya dua komponen itu kok yang saya terapkan rutin dalam kehidupan sehari-hari, dan itu sudah menjadi rahasia umum untuk bisa mendapatkan tubuh yang ideal melakukan kegiatan demikian. Sedangkan aktivitas lain yang membuat saya terlihat sehat dan bahagia adalah menjalankan hobi yang saya sukai seperti menulis, mendengarkan musik, dan aktivitas lainnya.

2. Berbagi cara untuk menulis

Seorang teman pernah bertanya pada saya, "Git kamu kok bisa sih nulis mading fakultas, buletin kampus, dan majalah kampus? Bagaimana sih caranya? Aku mau tau dong." Waduh seorang wanita dengan gelagat centilnya bertanya padaku hal demikian, padahal sejatinya saya merasa belum memiliki kapabilitas dan kualitas yang baik dalam menulis. Namun untuk tidak membuatnya kecewa saya jawab saja dengan satu kata “menulislah”.

Namun hal itu tidak membuatnya merasa puas dan melontarkan beberapa pertanyaan yang semakin nyeleneh. Yasudah akhirnya saya berikan tips untuknya bagaimana cara agar bisa menulis.

A. Membaca

Dengan membaca tentu memiliki ilmu pengetahuan. Dengan memiliki ilmu kita ingin segera membagikannya pada orang lain. Nah tuliskan itu saja yang kita baca, kemudian kita simpulkan dengan gaya dan bahasa sendiri. Sudah itu saja kok.

B. Berimajinasi

Untuk bisa menulis fiksi kita tentu membutuhkan imajinasi yang luas. Pikirkan saja sebuah hal bahkan yang paling absurd sekalipun, perlahan kita akan menemukan sebuah rangkaian cerita yang menarik dan patut untuk dibagikan, kemudian tuliskanlah. Cukup simpel bukan?

C. Bagikan pengalaman yang menarik

Untuk menulis kita tidak harus menghasilkan opini, cerpen, ataupun hal-hal yang berkaitan lainnya. Cukup memiliki pengalaman saja, itu sudah bisa dijadikan bahan tulisan yang menarik. Mau pengalaman apapun hal bodoh atau hal yang baik bagikan saja. Barangkali apa yang menjadi pengalaman kita bermanfaat untuk orang lain. Mudah bukan?

D. Jangan pernah merasa malu akan kualitas tulisan

Malu, merupakan penyebab utama seseorang tidak mau menulis ataupun berhenti menulis. Keraguan akan kualitas artikel yang terbilang masih jelek dan belum pantas dibagikan menjadi masalah tersendiri bagi mereka penulis pemula. Akhirnya mereka merasa tidak mampu melakukannya.

Padahal menurutku, sebuah tulisan memiliki kualitas yang baik karena mampu memberikan manfaat untuk pembaca. Untuk itu jikalau ingin bisa menulis tekadkan diri terlebih dahulu untuk siap menuliskan sesuatu. Dan ketika sudah siap dan memiliki bahan tulisan segera tuliskan kemudian bagikan jangan pernah merasa malu.

Itu pengalamanku berbagi kepada seorang teman yang bertanya perihal bagaimana cara aku menghasilkan tulisan.

3. Berbagi Inspirasi untuk ADHA(Anak Dengan HIV/AIDS)

Sebelumnya saya pernah menuliskan perihal sebuah yayasan ADHA yang ada di Surakarta disini. Dalam artikel tersebut saya menuliskan perihal yayasan lentera Surakarta yang didiami oleh anak-anak penyakit HIV/AIDS. Mereka yang menghuni yayasan tersebut seringkali mendapat perlakuan diskriminasi dari warga sekitar. Oleh sebabnya beberapa anak yang sudah terbilang cukup besar menjadi depresi dan tidak tahan dengan perlakuan yang diterimanya.

Sebut saja namanya Rina, dia pernah menyendiri di kamar karena sudah tidak tahan dengan tekanan yang ada di kehidupannya. Betapa buruk nasibnya tersingkirkan dari lingkungan sekitar, juga penyakit yang bersemayam dalam tubuhnya tidak dapat disembuhkan. Sering menangis, depresi, bahkan mencoba melukai dirinya sendiri sudah pernah dilakukan.

Sungguh dari penuturan pengurus yayasan tersebut seketika membuat hati saya tersentuh. Keesokan harinya saya berinisiatif memberikan buku-buku penuh inspirasi yang di dalamnya berisikan orang dengan kekurangan namun bisa sukses bahkan memberikan manfaat pada orang lain. Salah satunya Nick Vujinic, dengan hanya memiliki satu kaki dan dua jari buktinya dia mampu bersaing dengan mereka yang memiliki kondisi yang lebih sempurna.

Nick Bujinic lulus di usia 21 tahun dengan dua gelar sarjana akuntansi dan perencanaan keuangan lalu mendirikan sebuah lembaga orang cacat, agar bisa mengembangkan karyanya dalam memotivasi orang lain. Dan semua itu terbukti ia bisa menjadi seorang motivator yang hebat dan mumpuni. Sudah puluhan Negara ia kunjungi untuk memberikan inspirasi penuh makna. Ia menekankan bahwasanya hidup merupakan sebuah keindahan jikalau kita menimatinya dengan terus berusaha tanpa memandang hal apapun.

Saya berikan beberapa buku untuk adik Rina itu tidak lain untuk membangkitkan semangatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pasalnya, di usianya yang masih sangat belia bukan tidak mungkin suatu saat akan menjadi orang yang besar dan sukses, asalkan dirinya terus berusaha penuh semangat dan percaya diri.

Dan berikutnya yang saya tekankan kembali pada adik Rina adalah perihal penyakit yang mendera tubuhnya. Sampai saat ini memang belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya tersebut. Tapi percayalah suatu saat tentu akan ditemukan. Perkembangan dunia kedokteran terasa semakin cepat dan para ilmuwan, juga dokter sedang mencari cara agar bisa menemukan ramuan untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

Untuk itu saya mencoba memberikan semangat lebih untuk Adik yang pernah depresi tersebut, supaya berusaha untuk bertahan dengan keadaan saat ini. Lakukanlah terus aktivitas sehari-hari dengan baik layaknya manusia biasa yang sehat. 

Aku dan dik Rina dok.pri
Aku dan dik Rina dok.pri
Nah itulah tiga pengalaman pribadiku yang pernah kubagikan untuk orang lain. Semoga apa yang pernah kubagikan perihal hidup sehat, usaha untuk bisa, dan inspirasi dari orang besar bisa bermanfaat untuk mereka. Saya merasa senang mampu memberikan apa yang kita miliki untuk orang lain, apalagi itu bermanfaat bagi kehidupan mereka selanjutnya. 

Mana pengalaman pribadimu sobat?

Salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun