“Woi don duit dong.” Rama berseru kasar meminta uang kepadaku.
“Ah malak terus lo Ram.” Aku membalasnya dengan nada tinggi.
“Loh lo berani sama gue?” Ia langsung maju bergerak cepat menyekik leherku dari belakang dengan tangannya.
Aku seketika memberontak dan berusaha melepaskan tangannya yang mengikat leherku.
“Loh, lo dah bener-bener nantang.” Rama nampak marah.
“Gue ga seneng lo mintain terus, juga anak-anak yang lain.” Aku meneruskan “jangan gitu teruslah”.
Seketika bel masuk berbunyi, tanpa menunggu balasan apa yang akan dikatakan Rama aku langsung berlari meninggalkannya dan masuk ke dalam kelas. Dengan tenang aku masuk kelas kemudian duduk di tempat dudukku. Tidak lama Rama menyusul dan melewati kursi tempat dudukku sembari menendangnya.
“Liat aja nanti diluar ya.” Ia mengancamku dan kemudian duduk.
Aku menghiraukan perkataannya dan berfokus menunggu guru yang datang masuk. Teman sebangku ku Bejo bertanya pelan kepadaku “Don ada masalah apa lo sama Rama?”
“Ga jo, gue cuma ga ngasih waktu dia malak.” Balasku pada Bejo.
“Wah lo diancem tuh hati-hati Don.”
“Loh, kenapa jo? Gue ga ngerasa salah kok.”
“Yaudah, yaudah semoga gapapa.”
Tidak lama bapak guru masuk kelas, tidak berselang lama pelajaran pun dimulai.
*
Bel pulang sekolah berbunyi aku pun bergegas segera turun dan pulang bersama Bejo. Sampai di tangga aku di berhentikan seketika oleh Rama bersama dua orang temannya.
“Mau jadi jagoan lo disini?” Ia maju sembari berkata dengan penuh amarah.
“Loh, kenapa Ram? Ga kok, gue mau sekolah nyari ilmu.” Aku membalas santai.
Tidak lama seorang seniorku ada yang melintas di tangga. Bang ben kami menyebutnya, ia merupakan salah seorang senior yang paling disegani. Tadi dia datang kesini tidak lain adalah untuk bersilaturahmi dengan guru.
“Ada apa nih?” Bang ben mencoba menengahi.
“Ini dia bang mau jadi jagoan?” Rama membuka suara.
"Bener don?” Bang bens bertanya cukup keras kepadaku.
“Ga bang, aku tidak mau dipalaki setiap hari makanya aku coba melawannya.” Aku membalas pelan.
“Wah yaudah kalo gini gue gaikut campur, mau kalian berdua apa?” Bang bens bertanya kepada kami.
“Ributlah bang.” Rama menyeringai.
“Gimana don?”
“Ya terserah sih bang, tapi sebelumnya gue gapernah ribut. Tapi kalo sekarang boleh deh.” Jawabku santai.
Seketika kami digiring oleh bang be keluar sekolah. Terdapat sebuah lapangan besar disana, beberapa murid di sekolah yang tahu permasalahanku ini juga turut ikut kesana. Seketika kami saling berhadapan di lapangan yang luas ini.
Kami saling berhadapan, mata Rama langsung melotot tajam padaku. Terlihat ia megepalkan tangannya dengan keras sepertinya sudah tidak sabar ingin menghajarku dengan cepat. Aku tidak membalas tatapan amarahnya kecuali, hanya tersenyum manis kepadanya.
Teman-temanku yang lain sudah mengelilingiku dan rama. Mengadu kami berdua layaknya ayam aduan. Namun ini juga adalah kemauanku yang sudah sangat kesal kepada Rama yang selalu bertindak sewenang-wenang.
Semakin merapat sekelilingku seketika ku jatuhkan tas di punggung juga sepatuku agar tidak menambah beban ketika berkelahi. Ramapun demikian semua sudah diletakkannya, bahkan seragam sekolahnyapun ia lepaskan.
“Silahkan selesaikan dengan kejantanan.” Bang ben berseru kepada kami berdua yang masih berhadapan. “Ini urusan pribadi kalian tidak ada yang boleh ikut campur membantu. Kalian sendiri yang ingin menyelesaikannya dengan cara demikian.” Suaranya lantang ke arahku dan Rama.
Rama semakin tajam menatapku. Giginya nampak menggerigit permukaan bibir. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan langsung memasang kuda-kuda.
Bang ben yang menjurikan kami mulai melangkahkan kakinya beberapa langkah kebelakang. Langsung saja bergabung pada lingkaran yang sudah mengelilingi kami.
Panas semakin terik. Matahari dengan sinarnya semakin menyengat membakar kulitku. Terasa sekali hawa panasnya membakar seluruh kulitku. Keringatku mulai keluar dari pori-pori. Perkelahian belum dimulai namun badanku sudah sangat kelelahan tersengat panasnya sinar mentari.
Rama maju dengan tangan mengepal di depan dada layaknya seorang petinju yang sedang mencari celah untuk memukul. Aku langsung mengambil kuda-kuda bersiap menghalau pukulan yang akan mendarat pada wajahku. Rama maju dan langsung mengambil alih dahulu serangan dengan melepaskan pukulan kerasnya ke arah wajahku. Namun dengan mudah aku langsung menangkis dan mendapat celah untuk menendang. Ia terpental seketika menerima tendangan mautku.
Ia kembali berdiri dan memasang kuda-kuda. Aku perhatikan gerak-gerik kakinya sangat cepat mencoba mencari celah untuk maju memukulku. Dia mulai maju kembali dan berusaha memukul pelipisku, dengan sigap seketika ku tepis pukulannya. Dengan gerak cepatnya melihatku kewalahan ia memiliki celah menendang punggung belakangku. Aku langsung berteriak, seketika ia langsung memukul bagian wajahku dan akupun terjatuh.
Rama terlihat senang dan sedikit tertawa, perlahan ia mulai mendekatiku yang sedang jatuh dan berusaha bangun. Dengan nafsunya ia berlari dan berusaha melepaskan pukulan kerasnya, melihat itu aku langsung menghindar dengan mudah. Ketika dia berbalik tanganku sudah siap untuk menghajarnya dan dengan cepat kumuntahkan bogem keras ke arah rahangnya, Uppercut.Rama pun langsung terjatuh.
Langsung kuhampiri dirinya yang terjatuh dan ingin segera menghabisinya dengan menginjak-injak. Namun apa daya, aku tidak tega melihatnya yang lemah dan tidak mampu bergerak kecuali hanya diam terlentang dengan dua tangan yang terbuka lebar.
Seniorku bang bens langsung berlari masuk ke dalam arena. Ia mencoba melihat keadaan Rama.
“Ram, ram lo gapapa kan?” Bang ben terlihat bingung dan mencoba mengangkat kepalanya.
Seketika orang-orang maju dan ingin melihat keadaan Rama. Begitupun dengan bejo ia masuk ke dalam dan langsung menghampiriku.
“Gila lo don anak orang lo hajar sampe begitu.” Bejo meneruskan, “hebat juga lo ya.” Ia tertawa pelan kepadaku.
“Tidak selamanya singa menjadi raja hutan, suatu saat akan ada kancil yang akan mencoba melawan dengan sikap tenangnya menghadapi singa yang sangat bernafsu untuk memangsanya.” Aku bergumam pada Bejo dengan senyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H