Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jagoan yang Terkalahkan

13 September 2016   20:53 Diperbarui: 14 September 2016   00:05 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : merdeka.com

Bang ben yang menjurikan kami mulai melangkahkan kakinya beberapa langkah kebelakang. Langsung saja bergabung pada lingkaran yang sudah mengelilingi kami.

Panas semakin terik. Matahari dengan sinarnya semakin menyengat membakar kulitku. Terasa sekali hawa panasnya membakar seluruh kulitku. Keringatku mulai keluar dari pori-pori. Perkelahian belum dimulai namun badanku sudah sangat kelelahan tersengat panasnya sinar mentari.

Rama maju dengan tangan mengepal  di depan dada layaknya seorang petinju yang sedang mencari celah untuk memukul. Aku langsung mengambil kuda-kuda bersiap menghalau pukulan yang akan mendarat pada wajahku. Rama maju dan langsung mengambil alih dahulu serangan dengan melepaskan pukulan kerasnya ke arah wajahku. Namun dengan mudah aku langsung menangkis dan mendapat celah untuk menendang. Ia terpental seketika menerima tendangan mautku.

Ia kembali berdiri dan memasang kuda-kuda. Aku perhatikan gerak-gerik kakinya sangat cepat mencoba mencari celah untuk maju memukulku. Dia mulai maju kembali dan berusaha memukul pelipisku, dengan sigap seketika ku tepis pukulannya. Dengan gerak cepatnya melihatku kewalahan ia memiliki celah menendang punggung belakangku. Aku langsung berteriak, seketika ia langsung memukul bagian wajahku dan akupun terjatuh.

Rama terlihat senang dan sedikit tertawa, perlahan ia mulai mendekatiku yang sedang jatuh dan berusaha bangun. Dengan nafsunya ia berlari dan berusaha melepaskan pukulan kerasnya, melihat itu aku langsung menghindar dengan mudah. Ketika dia berbalik tanganku sudah siap untuk menghajarnya dan dengan cepat kumuntahkan bogem keras ke arah rahangnya, Uppercut.Rama pun langsung terjatuh.

Langsung kuhampiri dirinya yang terjatuh dan ingin segera menghabisinya dengan menginjak-injak. Namun apa daya, aku tidak tega melihatnya yang lemah dan tidak mampu bergerak kecuali hanya diam terlentang dengan dua tangan yang terbuka lebar.

Seniorku bang bens langsung berlari masuk ke dalam arena. Ia mencoba melihat keadaan Rama.

“Ram, ram lo gapapa kan?” Bang ben terlihat bingung dan mencoba mengangkat kepalanya.

Seketika orang-orang maju dan ingin melihat keadaan Rama. Begitupun dengan bejo ia masuk ke dalam dan langsung menghampiriku.

“Gila lo don anak orang lo hajar sampe begitu.” Bejo meneruskan, “hebat juga lo ya.” Ia tertawa pelan kepadaku.

“Tidak selamanya singa menjadi raja hutan, suatu saat akan ada kancil yang akan mencoba melawan dengan sikap tenangnya menghadapi singa yang sangat bernafsu untuk memangsanya.” Aku bergumam pada Bejo dengan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun