Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengejar Fatamorgana

26 Juli 2016   11:09 Diperbarui: 26 Juli 2016   11:15 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yah, ayah." Seru Niko pelan ketika menghampirinya. "Niko ingin mengikuti festival lomba ini." Ia menunjukkan selembar pamflet tersebut kepada ayahnya.

"Dari mana kamu dapatkan ini?" Tanya ayahnya dengan intonasi yang lemah.

"Dari salah satu konsumen yah."

"Sudahlah nak, ini cuma khayalan untuk bisa menang. Ini merupakan fatamorgamana yang tidak mungkin kau dapatkan."

"Tadinya aku berfikir demikian yah, tetapi sekarang saatnyalah aku mengejar fatamorgana tersebut." Balas niko dengan seringainya.

"Sudahlah nak, lebih baik pikirkan kembali uang untuk kehidupan esok. Masih bisa makan tidak kita?" Ayahnya secara tidak langsung melarangnya.

Niko terdiam mengamati lingkungan sekitar. Di depannya banyak sekali angkutan berhenti. Lalu ia memalingkan matanya ke arah jalan raya. Beberapa angkot terlihat berjalan dengan membawa banyak penumpang. Sang supir memegang beberapa uang yang di letakkan di depan setirnya. Berbeda dengan angkutan ya g berhenti, terlihat sepi dan tidak ada penumpangnya.

"Angkutan yang berhenti di depanku tidak akan mendapatkan apapun jikalau dia terus berhenti." Tiba-tiba niko membuka suara "berbeda dengan angkutan di jalan sana yang membawa banyak sekali penumpang dan mendapatkan hasil." Niko mengehela napas panjang.

"Apa maksudmu nak?" Ayahnya bertanya tidak mengerti dia tatap terus wajah anaknya dari samping sembari mengamati pergerakan bibir anaknya.

"Begitupun dengan aku ayah" Niko langsung membalikkan wajahnya menghadap sang ayah "jikalau aku tidak berusaha mencoba untuk mengikuti lomba tersebut aku menganggapnya hanyalah sebuah khayalan untuk menang. Tetapi jikalau aku mengikutinya aku akan berikan segalanya untuk bisa meraihnya"

Ayahnya terdiam seribu bahasa mendengar apa yang dikatakan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun