"Yah, ayah." Seru Niko pelan ketika menghampirinya. "Niko ingin mengikuti festival lomba ini." Ia menunjukkan selembar pamflet tersebut kepada ayahnya.
"Dari mana kamu dapatkan ini?" Tanya ayahnya dengan intonasi yang lemah.
"Dari salah satu konsumen yah."
"Sudahlah nak, ini cuma khayalan untuk bisa menang. Ini merupakan fatamorgamana yang tidak mungkin kau dapatkan."
"Tadinya aku berfikir demikian yah, tetapi sekarang saatnyalah aku mengejar fatamorgana tersebut." Balas niko dengan seringainya.
"Sudahlah nak, lebih baik pikirkan kembali uang untuk kehidupan esok. Masih bisa makan tidak kita?" Ayahnya secara tidak langsung melarangnya.
Niko terdiam mengamati lingkungan sekitar. Di depannya banyak sekali angkutan berhenti. Lalu ia memalingkan matanya ke arah jalan raya. Beberapa angkot terlihat berjalan dengan membawa banyak penumpang. Sang supir memegang beberapa uang yang di letakkan di depan setirnya. Berbeda dengan angkutan ya g berhenti, terlihat sepi dan tidak ada penumpangnya.
"Angkutan yang berhenti di depanku tidak akan mendapatkan apapun jikalau dia terus berhenti." Tiba-tiba niko membuka suara "berbeda dengan angkutan di jalan sana yang membawa banyak sekali penumpang dan mendapatkan hasil." Niko mengehela napas panjang.
"Apa maksudmu nak?" Ayahnya bertanya tidak mengerti dia tatap terus wajah anaknya dari samping sembari mengamati pergerakan bibir anaknya.
"Begitupun dengan aku ayah" Niko langsung membalikkan wajahnya menghadap sang ayah "jikalau aku tidak berusaha mencoba untuk mengikuti lomba tersebut aku menganggapnya hanyalah sebuah khayalan untuk menang. Tetapi jikalau aku mengikutinya aku akan berikan segalanya untuk bisa meraihnya"
Ayahnya terdiam seribu bahasa mendengar apa yang dikatakan anaknya.