Mohon tunggu...
Agita Arintiany
Agita Arintiany Mohon Tunggu... Bidan - Mahasiswa Ekstensi FKM UI, Peminatan Kesehatan Reproduksi

Seorang anak wanita, istri, dan ibu

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PrEP: Program Pencegahan HIV

10 Desember 2023   22:34 Diperbarui: 10 Desember 2023   22:36 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Pinterest.com

Sepanjang tahun 2021-2022, capaian untuk masing-masing sasaran populasi PrEP masih belum optimal apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Pada populasi LSL target capaian PrEP baru 19 persen, PSP 12 persen, dan waria 63 persen. Meskipun belum optimal, program PrEP dianggap sebagai upaya pencegahan yang efektif, bisa dilakukan dan diterima oleh populasi kunci, khususnya sebagai pencegahan transmisi seksual. Beberapa daerah telah berhasil mengintegrasikan inisiasi PrEP melalui layanan mobile clinic . Jika sebelumnya bagi mereka yang tes HIV-nya negatif disarankan untuk kembali memeriksakan diri rutin, sekarang PrEP dapat disarankan sebagai pelengkap intervensi pencegahan selain kondom (Dirjen P2P Kemenkes RI, 2023). 

Tantangan program PrEP

Dalam pelaksanaannya PrEP menghadapi beberapa tantangan baik dengan persyaratan terkait dengan aktivitas seks, bebas IMS, dan keharusan untuk memberikan alamat email. Hal ini misalnya tampak pada klien yang memulai PrEP lebih kurang 20 persen dari calon peserta potensial. Dari sisi retensi di dalam program PrEP tampak juga masih belum optimal, dari 2.794 klien yang memulai, hanya 14 orang yang bertahan di dalam program pada bulan keduabelas. Tantangan dalam pelaksanaan PrEP yang lebih luas diantaranya kesiapan logistik dan sumber daya manusia termasuk peningkatan kapasitas pengetahuan fasilitas kesehatan dan petugas lapangan untuk mempertahankan metode pencegahan yang terbukti efektif ini (Ditjen P2P Kemenkes, 2023).

Indikator dalam monitoring program PrEP

Terdapat empat indikator utama yang merupakan set minimal yang disarankan untuk dilakukan pada monitoring rutin program PrEP untuk menilai serapan, keberlanjutan dan keamanan. Setiap indikator mengukur aspek penting dari penerapan PrEP yang dapat berfungsi sebagai ukuran kemajuan dan penanda dari area yang mungkin memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Pemilihan ini didasarkan pada penerapan secara global, kelayakan dan utilitas untuk menilai kinerja program PrEP. Indikator tersebut terdiri dari serapan PrEP, keberlanjutan PrEP, prevalensi toksisitas di antara pengguna PrEP, dan kejadian HIV positif di antara pengguna PrEP (Kemenkes, 2021).

Indikator pertama serapan PrEP, merupakan persentase orang yang memenuhi syarat untuk memulai PrEP dalam 12 bulan terakhir. Indikator ini merupakan kunci untuk menilai serapan PrEP diantara orang yang dinilai layak/eligible. Orang yang mulai menggunakan/inisiasi PrEP, termasuk didalamnya adalah pengguna PrEP untuk pertama kali dan pengguna PrEP yang telah berhenti kemudian memulai kembali PrEP pada periode pelaporan. Indikator ini dapat dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, populasi kunci. Penilaian kelayakan untuk memulai PrEP minimal mencakup status HIV-negatif, tidak ada tanda dan gejala HIV akut,  memiliki risiko tinggi terhadap HIV dan dapat memperoleh manfaat dari PrEP.

Indikator kedua keberlanjutan PrEP, merupakan persentase pengguna PrEP yang melanjutkan program selama tiga bulan berturut-turut setelah memulai PrEP pada 12 bulan terakhir. Indikator ini mengukur kelanjutan penggunaan PrEP di antara orang-orang yang memulai PrEP dan mereka yang tidak melanjutkan/lost to follow up. Berdasarkan hasil dari proyek percontohan dan program-program PrEP lainnya menunjukkan bahwa banyak pengguna PrEP yang berhenti pada beberapa bulan pertama. Indikator ini memberikan ukuran penghentian PrEP dini serta indikasi jumlah yang kemungkinan akan melanjutkan penggunaan PrEP. Selanjutnya, risiko HIV tidak mungkin berubah dalam periode yang lebih pendek dari tiga bulan, meskipun hal tersebut mungkin saja terjadi. Jika persentase orang yang melanjutkan PrEP pada tiga bulan rendah, perlu investigasi lebih lanjut mengenai alasannya berhenti menggunakan PrEP (baik karena efek samping, perubahan perilaku/risiko atau faktor struktural) dapat ditentukan dan program disesuaikan dengan kebutuhan.

Indikator ketiga prevalensi toksisitas di antara pengguna PrEP, merupakan persentase orang yang menerima PrEP yang telah menghentikan atau terputus karena penyakit serius terkait toksisitas ARV dalam 12 bulan terakhir. Prevalensi toksisitas yang terkait dengan PrEP diperkirakan rendah. Namun, pengalaman dengan PrEP dalam program skala besar dan paparan yang lebih lama masih terbatas. Oleh karena itu, pengawasan aktif dan pemantauan toksisitas untuk orang yang menggunakan PrEP penting untuk mengidentifikasi potensi hasil buruk yang mungkin timbul ketika program PrEP meningkat dan menjangkau lebih banyak orang.

Indikator keempat kejadian HIV positif di antara pengguna PrEP, merupakan persentase orang dengan hasil tes HIV-positif di antara pengguna PrEP setidaknya sekali dalam 12 bulan terakhir dan setidaknya satu kali tes HIV lanjutan. Indikator ini mengukur persentase orang yang dites HIV positif setelah diberi resep PrEP. Tes HIV diperlukan sebelum memulai PrEP, dan secara teratur sesudahnya saat menggunakan PrEP. Tes HIV untuk menentukan kelayakan PrEP tidak termasuk dalam pembilang atau penyebut. Tes HIV terakhir yang tercatat dalam periode pelaporan adalah yang dihitung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun