Mamahku sering marah dengan kebiasaanku sekarang. Apalagi sejak pandemi covid-19 segala pembalajaran dilakukan secara daring.Â
Walaupun begitu, pembelajaran hanya dilakukan dari pukul 7 pagi hingga 12 siang. Â Mamah masih memaklumi. Namun, ketika sudah menunjukkan pukul 1 siang hingga malam emosinya akan berapi-api.
Aku kesal.
Aku tak bisa leluasa berselancar dengan gawai canggihku di luar jam pembelajaran.Â
"Kamu mengapa sedari tadi menatap layar ponsel terus? Pembelajaran daringmu sampai larut malam?" Kesal Mamah.
"Tidak mah, hanya saja aku sedang asyik dengan dunia media sosial," jawabku enteng.
"Untuk saat ini memang asyik bagimu, tetapi nanti kamu akan mengerti bahwa dunia media sosial tak seasyik yang kamu kira."
Aku mengernyitkan dahiku.
"Kamu sekarang sudah kelas 3 SMA sayang, selama kamu memiliki gawai mamah merasa kamu menjauh dari mamah. Ketika mamah ingin bercerita denganmu, pasti kamu sangkal dengan alasan sedang sibuk membalas pesan singkat teman-temanmu. Ketika mamah memanggilmu untuk membantu di dapur kamu asyik memainkan jemarimu untuk memberikan tanda suka di setiap postingan orang lain. Ketika kita menonton televisi bersama, kamu tidak menyimak acara televisi tetapi sibuk menyimak status orang lain di beberapa media sosial."
Mamah berhenti sejenak berbicara. Memandangi raut wajahku yang sedari tadi sedang sibuk membalas komentar di akun instagramku.
"Kamu dengar mamah berbicara kan?" Tanyanya dengan nada keras.