Mohon tunggu...
Agistina Sekarini Kanika
Agistina Sekarini Kanika Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers Mahasiswa

Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pekalongan yang tertarik dibidang menulis dan jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fake Result SBMPTN: Solusi Menghibur Diri atau Ketiadaan Empati?

11 Juli 2019   17:21 Diperbarui: 30 Juni 2021   01:48 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari yang lalu tepatnya 9 Juli 2019 merupakan hari para pejuang seleksi SBMPTN mengetahui hasil perjuangannya selama ini. Impian menjadi mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri memang sudah sewajarnya dimiliki oleh mereka yang masih ingin menempuh pendidikan tinggi. Sejumlah lebih dari 50 PTN yang terdaftar pada laman resmi sbmptn.tmpt.ac.id. 

Sebelumnya telah dilaksanakan seleksi SNMPTN, bagi mereka yang masih memiliki stok semangat berjuang maka seleksi apapun pasti diikuti. 

SBMPTN 2019 merupakan seleksi penerimaan mahasiswa baru dengan menggunakan hasil UTBK saja atau hasil UTBK dan kriteria lain yang ditetapkan bersama oleh PTN. UTBK dapat diikuti oleh siswa lulusan tahun 2017, 2018, dan 2019 dari pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) dan sederajat, serta lulusan Paket C tahun 2017, 2018, dan 2019. 

Pengelolaan dan pengolahan data untuk kepentingan seleksi jalur SBMPTN dilakukan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). LTMPT adalah satu-satunya lembaga penyelenggara tes perguruan tinggi terstandar di Indonesia.

Baca juga : Sulitnya SBMPTN Dua Tahun Terakhir

Nah! Bagi mereka yang dinyatakan lulus dalam seleksi SBMPTN pasti sangat bahagia. Walau pada saat sesi membuka laman pengumuman pasti bercampur rasa deg-deg an, takut. Pasti keluarga mereka mulai dari kakek, nenek, bapak, ibu, kakak, adik, ponakan, pacar hingga musuh *eh pun ikut bahagia mendengar kabar sebut saja namanya Mawar lulus dan diterima di Universitas negeri. 

Namun, berbeda dengan sebut saja namanya Melati yang tidak lulus dalam seleksi bersama. Hatinya galau, semangat untuk meneruskan pendidikan berkurang, menduga-duga kenapa tidak lulus, nafsu makan berkurang, diam dikamar, memantau media sosial yang berisi ucapan selamat bagi yang lulus dan banjir pertanyaan Melati, gimana hasil testmu? tenang Tuhan punya jalan yang terbaik untukmu kok.

Di saat Mawar dan Melati merasakan dua perasaan yang berbeda, disisi lain ternyata hadir laman fake result. Bukan sejenis game online tetapi ketika memainkannya akan timbul berbagai persepsi.  Awalnya saya terkejut dengan postingan seorang vlogger yang memberitahu bahwa dirinya lulus di Universitas negeri ternama lainnya. 

Padahal dia sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir di suatu universitas. Lalu, kawan saya ikut serta melakukan hal sama seperti vlogger tersebut. Ternyata mereka dengan asiknya telah melakukan pembohongan publik melalui laman fake result seleksi bersama PTN. Sebenarnya penting enggak sih fake result itu?

Baca juga : Pejuang PTN yang Dua Kali Mengikuti SBMPTN di Masa Pandemi Covid 19

Sejumlah 545.910 peserta gagal di jalur SBMPTN LTMPT 2019 lalu, apa yang dirasakan dan dipikirkan mereka ketika ikut memviralkan fake relust tersebut lalu di posting di media sosial? sebagai rasa Menghibur diri atau Ketiadaan Empati?  

Apakah mungkin peserta yang gagal malah menghibur dirinya dengan mengisi laman fake result lalu senyum-senyum sendiri sampai esok hari? Seakan dia tidak bisa menerima kenyataan. Jika bukan solusi menghibur diri apakah termasuk ketiadaan empati?

Pada 9 Juli lalu di media Twitter ramai dengan hastag #SBMPTN. Adapun beberapa netizen yang membahas terkait fake result ini, Cobain fake generator SBMPTN yuk, cocok untuk menipu teman sekaligus menipu diri sendiri.  Iya, pada fake result orang dapat mencatumkan identitas mereka, Universitas dan program studi pilihan kemudian muncul laman pengumuman diterima atau tidak. 

Setelah itu mereka screenshoot kemudian dibagikan ke medsos yang dimilikinya. Tentu saja sebenarnya secara tidak sadar kita sedang menampilkan sifat tidak berempati. Ratusan ribu orang gagal dalam seleksi namun, kita dengan bahagia menyebarkan informasi kebohongan agar terlihat keren di mata orang.

Baca juga : Gagal SBMPTN? Ini Tips Rektor Unair agar Bisa Move On

Jadi, siapa nih yang kemarin ikutan juga menggunakan fake result tersebut?

Bagi yang penasaran ini linknya shiroyasha.tech.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun