Mohon tunggu...
agista afanda
agista afanda Mohon Tunggu... Lainnya - Saya sedang menempuh pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Malang

Saya memiliki hobi membaca dan memasak, saya cenderung pendiam dengan oarng atau teman yang tidak terlalu dekat, tetapi jika saya menemukan teman yang cocok saya menjadi orang yang cerewet.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implikasi Teori Humanistik dalam Perubahan Tingkah Laku

20 Desember 2023   22:40 Diperbarui: 20 Desember 2023   23:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Implementasi teori humanistik dalam perubahan tingkah laku menitikberatkan pada pemahaman terhadap kebutuhan individu, pengembangan potensi diri, serta peningkatan kualitas hidup. Teori ini, yang diperkenalkan oleh tokoh seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers, menekankan pada aspek-aspek psikologis dan emosional dalam membentuk perilaku seseorang. Melalui pendekatan ini, perubahan tingkah laku bukan sekadar penyesuaian terhadap norma atau aturan, melainkan suatu proses pengembangan pribadi yang mendalam dan bermakna.

PEMBAHASAN

Dalam konteks implementasi teori humanistik, penting untuk memahami hirarki kebutuhan menurut Maslow. Maslow menyatakan bahwa individu memiliki serangkaian kebutuhan, dimulai dari kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal hingga kebutuhan lebih tinggi seperti pengakuan dan aktualisasi diri. Dalam upaya perubahan tingkah laku, perlu diperhatikan bahwa pemenuhan kebutuhan ini berkontribusi pada pembentukan perilaku individu. Misalnya, seseorang yang belum memenuhi kebutuhan dasar seperti rasa aman atau cinta dan kasih sayang mungkin cenderung menunjukkan tingkah laku yang mencerminkan kebutuhan tersebut, seperti rasa tidak aman atau ketidakpuasan dalam hubungan interpersonal.

Selain itu, teori humanistik juga menyoroti konsep aktualisasi diri. Rogers, dalam teori self-actualization-nya, mengemukakan bahwa setiap individu memiliki dorongan bawaan untuk mencapai potensi tertinggi mereka. Dalam konteks perubahan tingkah laku, hal ini dapat diartikan sebagai dorongan untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang utuh. Implementasi teori ini membutuhkan lingkungan yang mendukung, di mana individu merasa diterima dan dihargai untuk siapa mereka sebenarnya. Oleh karena itu, dalam menciptakan perubahan positif dalam tingkah laku, penting untuk membentuk lingkungan yang mendukung pengembangan pribadi dan pencapaian potensi maksimal.

Langkah pertama dalam implementasi teori humanistik dalam perubahan tingkah laku adalah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Hal ini dapat melibatkan penganalisisan situasi hidup individu, termasuk aspek-aspek seperti keamanan, rasa memiliki, dan hubungan sosial. Setelah kebutuhan-kebutuhan dasar teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut. Misalnya, dalam konteks tempat kerja, manajer atau atasan dapat menciptakan atmosfer yang aman dan mendukung komunikasi terbuka untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan pengakuan.

Dalam aspek aktualisasi diri, pemberian tanggung jawab dan tantangan yang sesuai dengan kemampuan individu dapat menjadi kunci. Hal ini dapat merangsang dorongan intrinsik untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, dalam suatu tim kerja, memberikan proyek-proyek yang menantang dan memberikan kesempatan untuk berkembang secara profesional dapat menjadi cara untuk mendorong aktualisasi diri individu.

Penting untuk menciptakan iklim yang mempromosikan penerimaan diri dan penerimaan dari orang lain. Dalam konteks perubahan tingkah laku, ini berarti memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada individu. Komunikasi yang efektif dan empati dapat membantu individu merasa didengar dan dipahami, membuka jalan bagi perubahan positif. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip-prinsip konseling humanistik, di mana terapis berperan sebagai fasilitator pertumbuhan dan pembelajaran.

Penerapan teori humanistik dalam perubahan tingkah laku juga melibatkan pengembangan keterampilan interpersonal. Individu perlu belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain secara positif, membangun hubungan yang saling menguntungkan, dan mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif. Penguatan keterampilan ini tidak hanya berguna dalam konteks profesional, tetapi juga dalam kehidupan pribadi.

Sejalan dengan prinsip self-actualization, perubahan tingkah laku juga melibatkan pencarian makna dan tujuan hidup. Individu perlu merenung tentang nilai-nilai yang penting bagi mereka dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat tercermin dalam perilaku mereka sehari-hari. Pemahaman yang lebih mendalam tentang tujuan hidup dapat menjadi pendorong untuk perubahan positif dalam tingkah laku.

Selain itu, dalam konteks pendidikan, implementasi teori humanistik dapat melibatkan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memotivasi dan memfasilitasi perkembangan pribadi siswa. Memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri, serta memberikan dukungan dalam menghadapi tantangan, dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa untuk belajar dan mengubah perilaku akademis mereka.

Penting untuk dicatat bahwa implementasi teori humanistik dalam perubahan tingkah laku membutuhkan kesadaran diri yang tinggi. Individu perlu secara kritis merenung tentang diri mereka sendiri, kebutuhan-kebutuhan mereka, dan bagaimana mereka dapat mencapai aktualisasi diri. Dalam hal ini, pendekatan seperti terapi kognitif perilaku (CBT) dapat digabungkan dengan pendekatan humanistik untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku.

Demikianlah, implementasi teori humanistik dalam perubahan tingkah laku melibatkan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan individu, pemberian dukungan untuk pengembangan potensi diri, dan penciptaan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi. Proses ini mencakup identifikasi kebutuhan dasar, aktualisasi diri, penerimaan diri, pengembangan keterampilan interpersonal, dan pencarian makna hidup. Dengan pendekatan ini, perubahan tingkah laku bukan hanya merupakan penyesuaian eksternal, tetapi juga proses pertumbuhan internal yang holistik.

Teori humanistik dalam konteks perubahan tingkah laku juga mencakup prinsip-prinsip utama seperti self-efficacy, empathy, dan unconditional positive regard. Self-efficacy, yang dikemukakan oleh Albert Bandura, adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mencapai sukses dalam tugas tertentu. Implementasi konsep ini dalam perubahan tingkah laku memerlukan pembangunan keyakinan diri dan memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan individu. Dalam lingkungan kerja, hal ini dapat tercermin dalam memberikan proyek-proyek yang memungkinkan individu untuk menunjukkan kompetensinya dan merasakan pencapaian.

Empati, atau kemampuan untuk merasakan dan memahami pengalaman orang lain, juga menjadi kunci dalam pendekatan humanistik. Dalam konteks perubahan tingkah laku, pemberian perhatian dan pemahaman terhadap motivasi dan kebutuhan individu dapat memperkuat hubungan antaranggota tim atau antarindividu, menciptakan iklim yang mendukung perubahan positif. Pemahaman yang mendalam terhadap perspektif dan pengalaman orang lain juga dapat meminimalkan konflik dan meningkatkan kerjasama.

Unconditional positive regard, yang diusung oleh Carl Rogers, menekankan penerimaan tanpa syarat terhadap individu. Dalam konteks perubahan tingkah laku, hal ini berarti menerima individu apa adanya, tanpa menghakimi atau mengkondisikan penerimaan tergantung pada perilaku tertentu. Penerimaan tanpa syarat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk eksplorasi diri, membantu individu merasa lebih terbuka terhadap perubahan dan pertumbuhan.

Dalam melanjutkan diskusi mengenai implementasi teori humanistik dalam perubahan tingkah laku, perlu dipertimbangkan bahwa setiap individu memiliki keunikan dan kompleksitas yang memerlukan pendekatan yang bersifat personal. Oleh karena itu, strategi perubahan tingkah laku harus disesuaikan dengan karakteristik individu dan lingkungan tempat perubahan terjadi. Dalam hal ini, pembentukan hubungan yang kuat antara pemimpin atau fasilitator perubahan dengan individu-individu yang terlibat menjadi kunci.

Penting untuk menciptakan budaya organisasi yang mendukung perkembangan pribadi dan penerimaan perubahan sebagai suatu proses yang alami. Budaya ini dapat diperkuat melalui komunikasi terbuka, transparansi, dan keterlibatan aktif dari semua pihak yang terlibat. Pemimpin organisasi perlu memainkan peran yang signifikan dalam memberikan contoh positif dan mendukung staf dalam mengidentifikasi dan mencapai tujuan individu mereka.

Dalam konteks pendidikan, implementasi teori humanistik dapat diterapkan melalui strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Fasilitator pembelajaran dapat mendorong siswa untuk mengidentifikasi tujuan dan minat pribadi mereka, serta memberikan ruang bagi eksplorasi dan kreativitas. Penguatan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu, dapat membantu mendorong perubahan positif dalam tingkah laku belajar.

Adapun dalam aspek penerapan teori humanistik dalam perubahan tingkah laku di lingkungan klinis atau terapeutik, penting untuk menekankan hubungan antara klien dan terapis. Terapis, mengikuti pendekatan humanistik, berfungsi sebagai fasilitator pertumbuhan dan perubahan. Mereka menciptakan ruang yang aman bagi klien untuk mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri. Terapis juga mendukung klien dalam mengidentifikasi kebutuhan, mengatasi tantangan, dan mengembangkan strategi untuk perubahan tingkah laku yang positif.

Pendekatan humanistik juga menyoroti pentingnya aktualisasi diri, di mana individu berusaha untuk mencapai potensi maksimal mereka. Dalam konteks terapi, hal ini berarti membantu klien merancang tujuan hidup yang sesuai dengan nilai dan aspirasi mereka. Pemberian dukungan yang diberikan oleh terapis, bersama dengan penerimaan tanpa syarat, menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi dan pertumbuhan pribadi.

Selain itu, dalam lingkungan kerja, penting untuk menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip humanistik dalam kebijakan dan praktik manajemen sumber daya manusia. Pengembangan karyawan harus diarahkan pada pemenuhan kebutuhan individu dan penciptaan lingkungan kerja yang mendukung pengembangan pribadi. Program pelatihan dan pengembangan perlu dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan individu, serta memberikan ruang untuk kreativitas dan inovasi.

Peran kepemimpinan juga sangat penting dalam implementasi teori humanistik dalam perubahan tingkah laku. Pemimpin perlu menjadi role model dalam mendemonstrasikan nilai-nilai humanistik, seperti empati, kepercayaan, dan penerimaan tanpa syarat. Pemimpin yang memahami kebutuhan dan aspirasi individu dalam timnya dapat menciptakan iklim yang mendukung perkembangan pribadi dan kolaborasi yang positif.

KESIMPULAN

Dalam aspek penerapan teori humanistik dalam perubahan tingkah laku, tidak dapat diabaikan pula peran komunikasi efektif. Komunikasi yang terbuka, jujur, dan membangun dapat membantu membangun hubungan yang kuat antarindividu atau di dalam tim. Pemimpin dan fasilitator perubahan perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk mendengarkan, memahami, dan merespons kebutuhan individu secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Kurdi, M. S. (2018). Evaluasi Implementasi Desain Pendidikan Karakter Berbasis Pendekatan Humanistik. Elementary: Jurnal Iilmiah Pendidikan Dasar, 4(2), 125-138.

Utami, E. N. (2020). Teori Belajar Humanistik Dan Implementasinya Dalam Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 10(4), 571-584.

Sumantri, B. A., & Ahmad, N. (2019). Teori Belajar humanistik dan Implikasinya terhadap pembelajaran pendidikan agama islam. Fondatia, 3(2), 1-18.

Mastoah, I., Yufiarti, Y., & Supena, A. (2021). Implementasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran Jarak Jauh di MIS Ciwaru Kota Serang: Teori Belajar Humanistik. Primary: Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar, 13(1), 31-42.

Armedyatama, F. (2021). Teori Belajar Humanistik Dan Implikasinya Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. An-Nuha, 1(1), 11-18.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun