Mohon tunggu...
Agi Julianto Martuah Purba
Agi Julianto Martuah Purba Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya senang mengamati, membaca, merasakan dan menyatukan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Jalan Ninjanya yang Dibatasi

10 April 2020   09:14 Diperbarui: 10 April 2020   11:01 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Karena sungguh, terkadang simbol dan gelar tidak membuktikan kompetensi. Seorang pernah berkata, bahwa "makanan utama itu adalah ilmu pengetahuannya, sedang gelar-gelar adalah makanan tambahannya". Oleh sebab itu, substansi adalah hal yang lebih mendasar, daripada eksistensi.

Banyak hal yang membatasi kita, diantaranya makna-makna dan simbol-simbol. Ketika itu sudah diklaim, kita menjadi terbatasi oleh klaim itu sendiri, ya wess jadinya gak bebas. 

"Kalau akademisi itu harus gini, harus gitu, orang yang dewasa itu harus gini, harus gitu, kalau sarjana itu harusnya aktif begini, begitu". Kehidupan ini luas, kalau udah terpaku pada makna, dan simbol-simbol jadinya gak ada keberanian untuk menjadi pribadi yang berbeda.

Walaupun tidak ada yang salah dengan pendapat, pilihan, dan keputusan orang lain, karena itu sejatinya adalah kebebasannya. Itu menjadi sebuah kesalahan ketika kita mencampuri kebebasannya dalam berpendapat, memilih, dan memutuskan.

"I might disagree with your opinion, but i am willing to give my life for your right to express it"- Voltaire

Satu-satunya pembebasan yang mendasar adalah pembebasan diri sendiri dari makna-makna yang dimaknai secara kabur, dan dari simbol-simbol yang membatasi. 

Karena kita adalah manusia yang menemukan banyak hal, tapi tak pernah menemukan diri sendiri. Manusia yang selalu mencari jati dirinya, padahal kesejatiannya ada di dalam nuraninya.

Manusia yang merdeka sejak dalam dirinya adalah manusia yang telah mengenal dirinya. Namun merdeka ini juga dibarengi dengan sikap adaptif dengan situasi lingkungan dan perkembangannya. 

Kita harus berpikir secara merdeka dalam mengeksplor hal yang kita minati, berkarya lewat jalan yang kita sukai, dan menghidupi prinsip yang kita yakini, tentunya di dasari dengan kearifan dan bertujuan memberi manfaat bagi orang lain, atau setidaknya bagi diri sendiri terlebih dahulu.***

Penulis: Agi Julianto Martuah Purba
Seorang Prokopton, pribadi yang berusaha menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun