Mohon tunggu...
Agi Julianto Martuah Purba
Agi Julianto Martuah Purba Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya senang mengamati, membaca, merasakan dan menyatukan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Pemenang Sosial di Era Post-modern

22 November 2019   07:50 Diperbarui: 23 November 2019   14:23 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi modernisasi. (sumber: kompas)

Berangkat dari kenyataan bahwa hari ini didominasi oleh orang-orang dengan berkarakteristik "Jack of all trades". Hal ini kemudian membuat informasi, pengetahuan, dan kritik diisi oleh mereka yang asal-asalan. 

Bussinesswire.com
Bussinesswire.com
Mereka hanya sampai pada yang filsuf bahasa Chomsky teori kan sebagai surface structure (permukaannya) saja tidak sampai pada deep structure. Tentunya ini akan mengakibatkan pembahasan ataupun pekerjaan menjadi tidak maksimal karena tidak ditangani oleh yang bukan ahlinya dan bisa berakibat munculnya hoax terhadap satu peristiwa tertentu.

Oleh sebab itu,  penulis menyadari bahwa di era postmodern seperti saat ini sangat diperlukan pemahaman dan pengenalan akan diri manusia itu sendiri. Jangan sampai karena teknologi, manusia menjadi apatis pada lingkungannya, apalagi pada dirinya sendiri. 

Maksudnya bahwa manusia harus memiliki metode yang relevan pada tantangan zaman ini dengan dibantu oleh kesadarannya. Filsuf dengan aliran sosiologi kritis, Pierre Bourdieu mengenalkan inti pemikirannya yaitu Habitus (kebiasaan), Kapital (modal) dan Arena (ruang).

Habitus (kebiasaan) adalah Langkah pertama dimana manusia dengan kesadarannya mengkritisi dirinya sendiri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam hidupnya. 

Menyadari apakah kebiasaan itu cocok atau tidak dalam membantunya untuk menuju cita-citanya? Sebagai contoh jika seorang mahasiswa bercita-cita untuk menjadi seorang akademisi atau seorang dosen tentu dia harus membiasakan dirinya untuk tekun membaca dan menulis sebagai sebuah ketekunan yang akan membantunya membuat penelitian sebagai seorang dosen suatu hari nanti. 

Kapital (modal) adalah Langkah kedua, kapital atau modal terbagi menjadi 4 (empat) macam, modal ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik. Menurut Bourdieu biasanya modal sudah ada di setiap masing-masing manusia, namun modal itu harus relevan pada arena dan habitusnya. 

Untuk menjalankan habitus pasti diperlukan modal, Sebagai contoh selanjutnya, seseorang yang bercita-cita menjadi dosen harus tekun membaca dan menulis, tentu diperlukan buku sebagai modal. Modal ekonomi adalah dana yang digunakan untuk membeli buku.

Modal sosial bisa dikatakan relasi dengan orang-orang baik teman maupun dosen yang membantu dia memberikan referensi bacaan, informasi maupun membantu secara teknis. 

Modal budaya adalah status sosial, dimana seorang yang ingin menjadi dosen harus memiliki kenalan yang membantunya untuk masuk ke ruang lingkup menjadi dosen. 

Modal yang terakhir adalah simbolik, ini adalah modal embel-embel, gelar, tentunya jika ingin menjadi dosen dia harus menamatkan program sarjana S1 dan S2 yang menjadi syarat mutlak untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun