Mohon tunggu...
Yudis Tira
Yudis Tira Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penulis keruh tanpa gemuruh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gerimis di Tepi Kemarau

25 Februari 2013   08:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:43 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau adalah tetes tangis langit di tepi kemarau. Temani derita di bingkai nomena. Memeluk hikmah di bangkai usia. Aku pun memandang absurd eksistensimu. Senyummu mengantar hening di sekitar harum nafas. Tangismu mengendap bisu di hambarnya waktu. Elegi akhir lagu di atas nisan kebersamaan. Rektifikasi makna cinta di salib pengkhianatan. Aku masih berbaring diantara aliran darah yang kau telan di ujung waktu tadi. Terpercik nuansa kelam di balik retak bayangmu. Percuma saja menghindari lisan-lisanmu. Karena gemuruh kata-kata itu semakin menguliti pikiranku. Karena tetes tangis langit ini masih setia menghampiriku. Karena aku masih mencintaimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun