Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Nelayan Vs. Pagar Laut, Mengurai Simpul Ketimpangan Sosial di Perairan Tangerang

21 Januari 2025   10:54 Diperbarui: 21 Januari 2025   10:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah tegas dari Presiden Prabowo Subianto yang memerintahkan pembongkaran pagar laut ilegal ini mungkin sedikit menjadi angin segar sekaligus pembawa harapan bagi para nelayan. Masyarakat seperti mendapatkan pesan kuat bahwasanya hukum harus ditegakkan dan hak-hak masyarakat mesti dilindungi.

Samar-samar Dampak Lingkungan

Pemasangan pagar laut pada dasarnya  tidak hanya mencerminkan ketimpangan sosial, namun juga menjadi ancaman serius bagi ekosistem lautan. Publik bisa memperkirakan bahwasanya pagar laut tersebut hanyalah langkah awal dari proyek reklamasi untuk menguruk lautan dan menjadikannya daratan baru.

Padahal, proyek reklamasi bukannya tanpa risiko dan dampak lingkungan. Penurunan populasi ikan, kerusakan terumbu karang, dan polusi akibat aktivitas konstruksi adalah beberapa dampak yang seringkali gagal disadari.

Sebuah studi di dalam jurnal Marine Ecology Progress Series menyebutkan bahwa aktivitas manusia seperti reklamasi dan pemasangan infrastruktur di laut dapat menyebabkan penurunan biodiversitas hingga 30% dalam waktu kurang dari satu dekade.

Penting untuk kita ingat bahwa lautan adalah milik bersama. Dalam prinsip hukum internasional, laut tidak hanya dianggap sebagai sumber daya ekonomi, tetapi juga sebagai aset ekologi dan sosial yang harus dikelola secara adil dan bertanggung jawab. Langkah pembongkaran pagar laut ilegal di Tangerang seharusnya bisa menjadi awal dari reformasi besar pengelolaan ruang laut di Indonesia agar lebih adil bagi semua.

Keterlibatan aktif masyarakat, nelayan, dan organisasi lingkungan dalam proses pengambilan keputusan adalah kunci untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan kebutuhan semua pihak. Kolaborasi ini juga dapat menjadi model untuk mengatasi kasus serupa di daerah lain.

Belajar dari kasus pagar laut di Tangerang ini harusnya hal itu mengingatkan kita agar lebih bijak dalam mengelola ruang publik dan sumber daya alam. Ketimpangan sosial yang terjadi tidak hanya merugikan kelompok tertentu, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem yang menjadi fondasi kehidupan kita.

Mahatma Gandhi pernah berkata, "Earth provides enough to satisfy every man's needs, but not every man's greed." (Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua orang, tetapi tidak untuk memenuhi keserakahan setiap orang.)

Laut merupakan sumber kehidupan, bukannya alat eksploitasi. Oleh karena itu, mari kita jadikan ini sebagai momen untuk merenung dan bertindak, serta memastikan bahwa ruang laut akan tetap menjadi tempat yang adil dan berkelanjutan bagi semua.

Maturnuwun,

Growthmedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun