Nike misalnya, melalui inisiatif Move to Zero, menjadi contoh bagaimana daur ulang limbah bisa menjadi strategi branding sekaligus operasional yang efektif.
Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa tantangan untuk hal ini tidaklah sedikit. Biaya awal yang tinggi, kebutuhan mengedukasi pasar, dan beberapa hal lain kerap menjadi hambatan. Oleh karena itu, kolaborasi dengan pemerintah dan LSM bisa menjadi solusi jitu mewujudkan inisiatif hijau. Skema insentif, seperti pengurangan pajak untuk bisnis daur ulang yang telah berhasil di negara lain mungkin bisa menjadi inspirasi untuk konteks Indonesia.
Komunikasi perihal nilai-nilai keberlanjutan kepada konsumen juga menjadi elemen penting. Melalui strategi pemasaran hijau yang efektif, seperti transparansi proses produksi serta penggunaan media sosial, bisnis dapat membangun loyalitas konsumen.
Menilik dari sebuah jurnal berjudul "Sustainability in Business Practices", disana dikatakan kalau 85% konsumen cenderung lebih mendukung merek yang terbuka tentang dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, memanfaatkan tren digital untuk menyebarluaskan kesadaran terhadap produk berkelanjutan adalah langkah yang mesti dilakukan.
Masa Depan Bisnis Berkelanjutan di Indonesia
Keberadaan potensi pasar global untuk produk-produk berkelanjutan yang terus berkembang menjadi angin segar tersendiri karena kita memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi sirkular.
Karena bagaimanapun bisnis hijau tidak hanya memberikan solusi bagi permasalahan limbah, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat.
Selain itu, pengelolaan limbah yang inovatif dapat memberdayakan masyarakat lokal melalui pelatihan dan program pengelolaan sampah berbasis komunitas. Hal ini akan memicu efek positif dalam interaksi dimasyarakat di waktu-waktu mendatang.
Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan memang semakin meluas dari waktu ke waktu. Apalagi menilik situasi alam yang makin tidak karuan belakangan ini. Akan tetapi, untuk memanfaatkan peluang ini, perlu adanya dukungan yang lebih besar dari pemerintah, baik secara regulasi ataupun pendanaan.
Dengan visi Indonesia Maju pada tahun 2045, bisnis berbasis pengelolaan limbah dapat menjadi salah satu penggerak utama transformasi ini. Dan mewujudkan visi besar bahwa Indonesia Maju bukanlah pepesan kosong belaka.
Paul Polman, CEO Unilever tahun 2009-2018, pernah mengatakan "Sustainability isn't just about doing good; it's about doing better business." (*"Keberlanjutan bukan hanya tentang berbuat baik; tetapi juga tentang menjalankan bisnis yang lebih baik."). Dalam hal ini, bisnis hijau adalah masa depan yang sebaiknya kita mulai dari sekarang.