Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menatap Masa Depan Ekonomi Indonesia di Era AI

11 Desember 2024   14:40 Diperbarui: 11 Desember 2024   18:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digitalisasi adalah kunci masa depan ekonomi, terlebih di Era AI | Ilustrasi gambar : freepik.com / rawpixel.com

Ketika mendengar penyataan "Merdeka atau Mati", hal itu terasa penuh dengan gambaran jiwa patriotisme. Semangat kemerdekaan. Akan tetapi saat pertama kali mendengar istilah "Digitalisasi atau Mati", saya justru merasa hal itu sekadar jargon kosong belaka.

Namun, semakin dalam saya menyelami referensi di bidang bisnis dan teknologi, maka saya semakin menyadari betapa seriusnya peringatan ini. Khususnya bagi para pelaku bisnis.

Di tengah gempuran revolusi digital dan (utamanya) kecerdasan buatan (AI), pilihan ini menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh semua pelaku ekonomi, termasuk di Indonesia. Mengapa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan? Yuk kita kupas bersama.

Digitalisasi, Pilihan atau Keharusan?

Di dunia yang semakin terkoneksi, teknologi digital dan AI telah menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi. Laporan dari Technological Forecasting and Social Change menyebutkan bahwa ekonomi digital di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tumbuh pesat dengan kisaran nilai mencapai USD 300 miliar pada 2025. Faktanya memang pada saat ini Indonesia telah menjadi salah satu pasar ekonomi digital terbesar di kawasan bahwa dunia.

Hanya saja, tidak semua berupa cerita manis. Di berbagai konferensi dan seminar yang diselenggarakan beberapa instansi, ada satu pertanyaan besar yang senantiasa muncul, yakni apakah kita cukup siap?

Sayangnya, jawabannya seringkali "belum."

Dalam era AI yang mendesak perubahan, digitalisasi menjadi satu-satunya jalan bagi bisnis untuk tetap relevan. Tanpa adaptasi, sebuah bisnis ibarat kapal tanpa layar di tengah badai yang tinggal menunggu waktu untuk tenggelam dan karam.

Saat berbincang dengan beberapa pelaku usaha tradisional, saya mendengar beberapa keluh kesah perihal betapa beratnya mereka menghadapi digitalisasi. Jika kita lihat, banyak toko kelontong kecil harus menyerah karena mereka kalah bersaing dengan platform e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee.

AI tidak hanya mengubah cara bisnis beroperasi, melainkan juga bagaimana rantai nilai diatur. Beberapa teman saya yang bekerja di manufaktur bercerita tentang bagaimana AI menggantikan pekerjaan manual mereka dengan efisiensi yang jauh lebih tinggi.

Sebagai contoh, algoritma prediktif membantu perusahaan besar seperti Gojek dalam memahami kebutuhan pelanggan secara real time. Tetapi, apa yang terjadi pada bisnis yang gagal beradaptasi?

Sebaliknya, kita punya contoh sukses seperti Tokopedia dan Gojek, yang menjadi bukti nyata bahwa adaptasi terhadap AI dapat membawa kesuksesan besar. Mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat di tengah persaingan global. Inilah yang membuat saya yakin, digitalisasi adalah investasi, bukan pengeluaran.

Potensi dan Tantangan Digitalisasi di Indonesia

Indonesia memiliki peluang luar biasa untuk menjadi kekuatan digital. Dalam beberapa diskusi, para ahli memprediksi bahwa ekonomi digital Indonesia bisa tumbuh hingga dua digit dalam dekade mendatang.

Bahkan, kehadiran teknologi AI dianggap sebagai mesin utama yang mampu mendorong terjadinya inovasi di berbagai sektor. Kita bisa membayangkan bagaimana AI membantu UKM meningkatkan produktivitas mereka, mulai dari manajemen inventaris hingga analisis pasar.

Meskipun begitu, potensi ini juga dibarengi dengan suatu tantangan besar. Salah satu isu yang sering saya dengar adalah ketimpangan infrastruktur digital.

Di Jakarta, akses internet super cepat sudah menjadi hal biasa, tetapi bagaimana dengan pelosok negeri? Di wilayah pinggiran Indonesia, ketimpangan semacam ini telah menjadi penghalang besar bagi adopsi digital yang merata.

Selain itu, kesenjangan keterampilan digital juga menjadi perhatian utama. Saya pernah berbincang dengan seorang pelaku UKM yang kesulitan memahami platform digital, apalagi AI.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah seringkali tidak atau belum cukup mendukung percepatan transformasi digital.

Strategi Digitalisasi untuk Bisnis Indonesia

Jika kalian adalah pemilik bisnis yang baru ingin memulai perjalanan digital, jangan panik. Langkah awalnya sangat sederhana, yakni memulai digitalisasi di lini operasional, pemasaran, hingga pada layanan pelanggan.

Beberapa startup AI lokal yang menawarkan solusi terjangkau untuk bisnis kecil mungkin bisa diajak berkolaborasi dengan mereka sebagai sebuah langkah strategis.

Dalam hal ini, pemerintah juga memiliki peran yang tidak kalah penting. misalnya terkait inisiatif membangun ekosistem digital di Indonesia. Namun, inisiatif ini perlu didukung oleh kemitraan yang lebih erat antara sektor swasta dan pemerintah untuk mempercepat digitalisasi UKM.

Bagaimanapun juga, kolaborasi adalah kunci untuk tetap eksis di era AI ini.

Masa Depan Ekonomi Indonesia di Era AI

Jika kita melihat 10 tahun ke depan, AI diprediksi akan menjadi pendorong utama ekonomi di Asia Tenggara. Saya membayangkan Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pemain utama dalam ekosistem digital regional. Visi ini bukanlah sesuatu yang mustahil apabila kita mulai berbenah dari sekarang.

Akan tetapi, jika kita gagal beradaptasi, risiko yang dihadapi akan sangat besar. Bisnis yang enggan bertransformasi akan tersingkir.

Saya pernah mendengar kisah tentang perusahaan besar yang dulu mendominasi pasar, tetapi kini mereka telah kehilangan relevansi karena menolak perubahan. Patut dicatat, kompetisi global tidak mengenal belas kasihan, dan bisnis lokal bisa dengan mudah tergilas jika kita tidak siap.

Bagaimanapun, pilihan ada di tangan kita. Karena digitalisasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang perubahan pola pikir kita yang ikut terlibat didalamnya.

Saya ingin mengajak semua elemen terkait mulai dari pemilik bisnis, pemerintah, dan masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam transformasi ini. Jika tidak sekarang, maka kapan lagi? Karena di era AI ini, hanya ada dua pilihan saja bagi kita, yaitu digitalisasi atau mati.

Kamu pilih yang mana?

Maturnuwun,

Growthmedia

NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun