Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Startup Indonesia Wajib "Berkulit Badak" di Tahun Ekonomi Sulit

8 Desember 2024   11:33 Diperbarui: 9 Desember 2024   22:14 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sorabel adalah salah satu contoh startup lokal yang gagal mengarungi tantangan ekonomi sulit | Sumber gambar: hybrid.co.id/sale-stock.id

Dalam dunia startup, adaptasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Tahun ini, ekosistem startup menghadapi ujian berat seiring melemahnya ekonomi global. Perlambatan investasi, menurunnya daya beli masyarakat, hingga PHK massal menjadi bukti nyata bagaimana turbulensi ekonomi menyeret perusahaan rintisan menuju ujung tanduk.

Sebuah laporan dari Venture Capital Journal menyebutkan bahwa investasi global ke sektor startup turun hingga 35% dibandingkan tahun lalu. Bahkan, beberapa unicorn ternama pun tidak luput dari badai ini. WeWork, misalnya, kini di ambang kebangkrutan setelah kehilangan pendapatan signifikan.

Di tengah krisis, pelajaran penting dapat kita petik dari filosofi "berkulit badak." Kulit badak, tebal dan tangguh, melambangkan resiliensi dan kemampuan adaptasi. Sebagai startup di negara berkembang seperti Indonesia, memiliki "kulit badak" berarti mampu bertahan dalam tekanan sambil terus menciptakan peluang baru. 

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana startup dapat mengadopsi mentalitas ini di tengah tantangan yang begitu besar?

Mengapa Resiliensi Penting bagi Startup?

Resiliensi adalah kunci keberlanjutan dalam ekosistem startup. Venture Capital Journal mendefinisikannya sebagai kemampuan perusahaan untuk tetap relevan, meskipun dihadapkan pada krisis ekonomi atau gangguan pasar. 

Sebuah studi menunjukkan bahwa hanya 25% startup yang mampu bertahan lebih dari lima tahun, dan salah satu faktor utama keberhasilannya adalah strategi bertahan yang matang.

Namun, banyak contoh di mana absennya strategi ini menjadi penyebab kejatuhan. Lihat saja kasus Quibi, platform video pendek asal AS yang gagal memahami kebutuhan pasar, meskipun didukung dana besar.

Untuk Indonesia, kita mengenal Sorabel, startup e-commerce fashion yang akhirnya gulung tikar karena strategi operasionalnya tidak efisien.

Sebaliknya, Gojek dan Tokopedia berhasil menunjukkan pentingnya resiliensi dengan terus berinovasi meski di tengah pandemi. Kombinasi visi kepemimpinan, adaptasi teknologi, dan diversifikasi pendapatan menjadi kunci bertahan mereka.

Sorabel adalah salah satu contoh startup lokal yang gagal mengarungi tantangan ekonomi sulit | Sumber gambar: hybrid.co.id/sale-stock.id
Sorabel adalah salah satu contoh startup lokal yang gagal mengarungi tantangan ekonomi sulit | Sumber gambar: hybrid.co.id/sale-stock.id

Pelajaran dari Startup yang Sukses

Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari startup sukses terkait bagaimana mengarungi berbagai tantangan dan ujian, diantaranya:

a. Diversifikasi Pendapatan

Ketergantungan pada satu sumber pendapatan adalah resep kegagalan di masa sulit. Startup yang sukses biasanya memiliki berbagai aliran pendapatan. Contohnya, Gojek tidak hanya bergantung pada transportasi online tetapi juga memperluas layanan seperti GoPay, GoFood, dan GoSend.

Menurut Journal of Entrepreneurship, diversifikasi memungkinkan perusahaan menyebar risiko dan mengurangi dampak penurunan di satu sektor.

b. Efisiensi Operasional

Fokus pada pengeluaran esensial adalah langkah wajib. Startup seperti Warung Pintar membuktikan bahwa efisiensi dapat meningkatkan keberlanjutan. Dengan memangkas biaya operasional yang tidak penting dan memanfaatkan sumber daya lokal, mereka tetap kompetitif di tengah keterbatasan.

c. Pemanfaatan Teknologi untuk Efisiensi

Teknologi adalah alat utama untuk bertahan. Business Horizons mencatat bahwa otomatisasi proses operasional dapat mengurangi pengeluaran hingga 30%. Di Indonesia, eFishery adalah contoh sukses startup yang memanfaatkan IoT untuk meningkatkan efisiensi peternakan ikan, menghasilkan solusi hemat biaya yang relevan dengan kebutuhan pasar.

d. Fleksibilitas dalam Model Bisnis

Startup harus mampu pivot saat diperlukan. Sebagai contoh, Airbnb, yang awalnya bergantung pada penyewaan tempat tinggal, dengan cepat memperkenalkan online experiences selama pandemi. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka tetap relevan meski sektor perjalanan lumpuh total.

Kunci Adaptasi Melalui Kepemimpinan yang Visioner

Kepemimpinan visioner adalah fondasi resiliensi. Satya Nadella, CEO Microsoft, menjadi contoh sempurna. Di bawah kepemimpinannya, Microsoft berhasil bertransformasi dari perusahaan berbasis perangkat lunak menjadi raksasa cloud computing.

Journal of Entrepreneurship mencatat bahwa pemimpin yang visioner memiliki tiga ciri utama, yaitu kemampuan membaca tren, keterbukaan pada inovasi, dan empati terhadap tim.

Di Indonesia, William Tanuwijaya dari Tokopedia adalah contoh pemimpin yang mampu menjaga startup-nya tetap relevan dengan menghadirkan berbagai fitur baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar lokal. Meskipun kini tidak terlibat aktif dalam bisnis yang didirikannya tersebut, eksistensi Tokopedia masih tetap terjaga.

Resiliensi startup juga bergantung pada ekosistem pendukung. Negara seperti Singapura memberikan insentif pajak dan pendanaan bagi startup tahap awal. Sebaliknya, di Indonesia, startup sering menghadapi tantangan birokrasi dan kurangnya akses pendanaan.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mengupayakan beberapa kebijakan seperti program Startup Studio dan pengurangan tarif pajak UMKM. Namun, pelaksanaannya masih perlu dioptimalkan agar benar-benar mendukung startup di masa krisis.

Jalan Menuju Resiliensi Startup Indonesia

Membangun startup "berkulit badak" tidak mudah, tetapi bukan mustahil. Pelajaran dari perusahaan yang sukses menunjukkan bahwa adaptasi, inovasi, dan kepemimpinan yang kuat adalah kunci bertahan di tengah badai ekonomi.

Sebagaimana Steve Jobs pernah berkata: "Innovation distinguishes between a leader and a follower." Startup Indonesia harus berani mengambil langkah baru, belajar dari kesalahan, dan terus beradaptasi agar tetap bertahan selama 50 tahun ke depan.

"When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it." -- Henry Ford

Untuk para pemilik startup di Indonesia, apakah kalian sudah siap menjadi "badak" berikutnya?

Maturnuwun,

Growthmedia

NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun