Menjadi seorang "Yes Man" kerap terjadi bukan karena pilihan, tetapi karena tekanan sosial dan budaya perusahaan. Untuk mengatasi hal ini, karyawan bisa mulai dengan meningkatkan keterampilan komunikasi dan menunjukkan nilai dari pemikiran kritis tanpa terkesan mengancam posisi atasan.
Pemimpin yang bijak seharusnya menghargai masukan dari berbagai perspektif, karena ini memperkaya keputusan yang diambil dalam perusahaan.
Namun, penting bagi karyawan untuk memahami batasan dalam mengekspresikan diri dan menyadari dinamika sosial yang ada di lingkungan kerja. Memiliki mentor atau berlatih berbicara di depan umum juga bisa membantu membangun kepercayaan diri.
Â
Menemukan Nilai Diri di Tempat Kerja
Pada akhirnya, menjadi seorang "Yes Man" atau bukan adalah pilihan pribadi yang dipengaruhi oleh budaya dan struktur perusahaan. Karyawan yang berusaha menjadi diri sendiri dan tetap menghargai instruksi, tetapi juga mampu berbicara saat perlu, cenderung memiliki karier yang lebih berimbang.
Menurut Janis dan Van Kleef, mereka yang dapat menyeimbangkan pandangan kritis dengan sikap kooperatif memiliki peluang yang lebih besar untuk dihargai baik oleh atasan maupun rekan kerja.
Keseimbangan antara sikap patuh dan pemikiran mandiri bisa menjadi kunci bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang tanpa kehilangan identitas atau nilai-nilai pribadi.
Ssetiap individu dapat mengevaluasi peran mereka dan memutuskan apakah mereka ingin menjadi bagian dari dinamika kelompok yang mengutamakan kesepakatan, atau memilih untuk menonjol dengan ide-ide inovatif mereka sendiri.
Dalam jangka panjang, menemukan jalan tengah antara patuh dan kritis mungkin menjadi rahasia kesuksesan karier yang berkelanjutan dan hubungan yang sehat di tempat kerja.
Bagaimana dengan kalian?
Maturnuwun,