Sebagai analogi, bagai mencoba menambal kapal yang bocor dengan plester, aksi bagi-bagi sembako ini memang dapat mengurangi rasa lapar, tetapi tidak menghentikan "kebocoran" kemiskinan itu sendiri.
Publik membutuhkan upaya nyata dari pemerintah yang menggarap masalah ini sejak dari akar-akarnya. Rakyat butuh jaminan atas kehidupannya, bukan sekadar remah-remah kekayaan bangsa sendiri.
***
Saat kemiskinan menjadi latar hidup yang sulit diubah, aksi amal seperti pembagian sembako bisa menjadi sebuah ironi. Harus diakui, aksi ini memang membantu, tetapi hanya secara temporer.
Ketika publik menyaksikan gestur bantuan seperti ini, harapan mereka sebenarnya jauh lebih besar daripada sekadar beras dan minyak goreng. Harapan mereka adalah masa depan yang terbebas dari ketidakpastian ekonomi dan kesejahteraan yang lebih merata.
 "The worst thing about poverty is that it dehumanizes the poor and diminishes the wealthy." -- J.K. RowlingÂ
(Hal terburuk dari kemiskinan adalah ia membuat yang miskin kehilangan martabat dan yang kaya kehilangan kemanusiaan).
Dan satu lagi yang paling menyebalkan dari aksi bagi-bagi sembako pejabat adalah menampakkan seolah-olah mereka adalah tuan, sedangkan rakyat hanyalah kawula hamba yang mengemis pada penguasa.
Maturnuwun,
Growthmedia
NB : Temukan artikel cerdas lainnya di www.agilseptiyanhabib.com