Bukan rahasia lagi bahwa industri otomotif Indonesia belum sepenuhnya mampu memproduksi microchip atau software kontrol mesin secara lokal.
Alih-alih menggantungkan impian penuh pada klaim 70%, mungkin kita perlu merenung lebih dalam: berapa banyak dari komponen inti ini yang benar-benar dibuat di dalam negeri?
Tantangan Kemandirian Digital
Di era kendaraan modern, sistem elektronik bukan lagi sekadar accessory, melainkan bagian inti yang memengaruhi kinerja dan keamanan mobil. Dari sistem navigasi hingga kontrol mesin, sebagian besar teknologi ini membutuhkan komponen mikroelektronik seperti chip, modul kontrol, dan sensor canggih, yang mana semua merupakan aspek yang umumnya diimpor karena kompleksitas produksinya.
Dalam sebuah laporan dari PwC (2021), disebutkan bahwa produksi chip secara lokal membutuhkan ekosistem industri yang matang, dari riset teknologi hingga manufaktur dengan presisi tinggi.
Pindad mungkin telah berusaha menambah komponen lokal pada bodi dan rangka, tapi jika kita bertanya tentang komponen elektronik - bagian yang semakin penting dalam kendaraan modern - mungkin sulit menjawab apakah semuanya benar-benar dari dalam negeri.Â
Tanpa komponen elektronik yang sepenuhnya diproduksi lokal, klaim 70% bisa saja melupakan salah satu fondasi teknologi modern.
Dalam pandangan ini, klaim tersebut memang membawa ambisi besar, tetapi harus diimbangi dengan peta jalan yang jelas menuju kemandirian teknologi elektronik dan digital.
"Technology, like art, is a soaring exercise of the human imagination." - Daniel Bell.Â
Apakah Klaim Ini Sekadar Strategi Branding?
Dalam strategi branding nasional, klaim kandungan lokal menjadi semacam "jaminan kualitas" bagi konsumen dan kebanggaan bagi negara.
Dalam banyak contoh di seluruh dunia, pemerintah memang memiliki peran besar dalam mengarahkan industri ke arah kemandirian dengan menyiapkan ekosistem yang mendukung, mulai dari pembiayaan riset hingga kebijakan proteksi untuk industri lokal.Â
Namun, tanpa transparansi mengenai komponen inti yang terlibat, klaim ini bisa menjadi bumerang.