Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sisi Gelap Berfikir Positif: Mengapa "Toxic Positivity" Bisa Merusak Kesehatan Mental?

5 Oktober 2024   09:32 Diperbarui: 5 Oktober 2024   09:36 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap luka adalah pelajaran, dan setiap kesedihan adalah langkah menuju pertumbuhan. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

Bagaimana rasanya mendengar kalimat, "Ayo, pikirkan yang positif!" setiap kali kamu mengungkapkan perasaan sedih atau kecewa? Tentu saja, ada niat baik di balik pernyataan itu. Namun, sering kali, hal ini justru membuat kita merasa diabaikan dan tidak diperhatikan. Ya, berpikir positif memang penting, tetapi pernahkah kamu memikirkan apa yang terjadi ketika kita terlalu memaksakan diri untuk terus berpikir positif?

Kita hidup di zaman di mana kata "positif" seakan menjadi mantra yang harus dipatuhi. Tapi, seperti halnya dalam banyak hal, terlalu banyak hal baik pun bisa jadi tidak baik. Di sinilah "toxic positivity" muncul sebagai masalah yang semakin relevan dalam kesehatan mental kita.

"To remain alive, we must keep struggling. And sometimes, that struggle means feeling pain." - Henri Nouwen

("Agar tetap hidup, kita harus terus menerus berjuang. Dan kadang-kadang, perjuangan itu berarti merasakan rasa sakit.")

Mari kita telusuri lebih dalam mengenai sisi gelap dari berpikir positif dan mengapa kita kadangkala perlu menerima perasaan negatif secara sehat.

1. Pengabaian Emosi Negatif

Kita semua pasti pernah merasakan emosi negatif, bukan? Apakah itu marah, sedih, ataupun cemas. Sayangnya, banyak dari kita terjebak dalam pikiran bahwa emosi negatif itu tabu. Kita berpikir, "Harus positif!" sampai-sampai kita mengabaikan perasaan kita sendiri.

Mengabaikan emosi negatif tidak hanya tidak realistis, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan mental kita. Ketika kita menekan emosi, mereka tidak hilang begitu saja. Sebaliknya, mereka cenderung menumpuk dan akhirnya meledak pada saat yang tidak terduga. Ingat hukum kekekalan energi ?

Jadi, yuk mulai terbiasa untuk mendengarkan suara hati kita sendiri!

 

2. Toxic Positivity Membuat Kita Terasing

Siapa yang tidak ingin dikelilingi oleh orang-orang positif? Tidak ada  tentunya. Namun, terlalu banyak dorongan untuk berpikir positif dapat membuat kita merasa terasing. Alih-alih merasa didukung, kita justru merasa tertekan untuk menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya.

Ketika kamu mengalami masa sulit, dan semua orang mengingatkanmu untuk tetap positif, mungkin kamu akan merasa seperti tidak ada yang mengerti. Kita perlu menyadari bahwa berbagi kesedihan adalah bagian dari membangun koneksi yang lebih dalam dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun