Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Peta Pola Finansial di Era Digital: Apakah "Money Mindset" Generasi Z Berbeda?

20 September 2024   10:35 Diperbarui: 20 September 2024   11:30 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kalau bicara soal Generasi Z, mereka selalu dikaitkan dengan teknologi, media sosial, dan... tentu saja, uang. Ya, pola pikir finansial mereka berbeda, terutama di era digital yang serba canggih ini. Apakah mereka lebih bijak dalam mengelola uang atau justru lebih impulsif? Mari kita coba bedah bersama!

Eeits, tapi jangan terburu-buru membuat kesimpulan terkait generasi Z. Generasi yang lahir antara 1997 hingga 2012 ini memiliki pola yang cukup menarik untuk dianalisis. Dengan pengaruh media sosial yang besar, akses informasi finansial yang melimpah, dan kebiasaan yang unik, money mindset mereka pastinya berbeda dari generasi sebelumnya. Yuk, kita lihat apa saja faktor yang membentuk pola finansial mereka.

#1. Digital Native: Terhubung dengan Uang Melalui Gawai

Generasi Z tumbuh di dunia yang sepenuhnya terhubung dengan teknologi. Ketika generasi sebelumnya masih harus ke bank untuk membuka rekening, Generasi Z tinggal klik-klik di hape. Ya, mungkin bedanya seperti buka pintu brankas versus buka aplikasi fintech lah. Hal ini membuat hubungan mereka dengan uang menjadi sangat praktis dan cepat.

Behavioral finance menunjukkan bahwa akses informasi yang cepat memengaruhi pola pengambilan keputusan keuangan. Studi Twenge (2017) juga menekankan bahwa digitalisasi memberi Generasi Z kebebasan dan rasa kontrol atas keuangan mereka.

Jadi, wajar saja jika aplikasi fintech seperti dompet digital, investasi saham online, hingga kripto begitu populer di kalangan mereka. Mereka bisa membeli saham dalam hitungan detik, membayar kopi di kafe tanpa perlu mengeluarkan uang tunai, bahkan melakukan investasi hanya dengan sekali klik.

Ini membuat money mindset mereka lebih mengarah pada convenience dan speed. Tapi, apakah selalu baik? Tidak selalu. Terlalu mudah mengakses uang bisa membuat mereka cenderung lebih boros.

"Money, like emotions, is something you must control to keep your life on the right track." -- Natasha Munson

 

Generasi Z mengelola uang mereka melalui aplikasi fintech modern. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
Generasi Z mengelola uang mereka melalui aplikasi fintech modern. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

#2. Investasi di Usia Dini: Meraup Cuan Lewat Jalan yang Tak Terduga

Generasi Z cenderung lebih peka terhadap investasi dibandingkan generasi sebelumnya. Mengapa? Karena mereka sudah terbiasa melihat influencer atau teman-temannya sukses berinvestasi di saham, reksadana, atau bahkan kripto. Bagi mereka, investasi bukan sesuatu yang asing.

Jika dulu orang berpikir bahwa investasi adalah sesuatu yang dilakukan setelah stabil secara finansial, Generasi Z justru memulai lebih dini. Di usia 20-an, mereka sudah membicarakan portofolio investasi. Kalau zaman dulu, investasi baru dianggap setelah mapan, kini bahkan Generasi Z sudah punya portofolio investasi sebelum mereka punya KTP!

Mirip kayak anak kecil pegang kalkulator, tapi isinya saham. Ini jelas berbeda dengan pola generasi sebelumnya yang lebih menekankan pada tabungan tradisional.

Namun, cepatnya akses informasi juga bisa jadi pedang bermata dua. Misalnya, fenomena fear of missing out (FOMO) sering kali mendorong mereka untuk berinvestasi di aset berisiko tinggi tanpa didahului analisis yang mendalam.

Dalam conspicuous consumption (Veblen, 1899), mereka juga membeli aset untuk menunjukkan status. Twenge (2017) menambahkan bahwa media sosial sering kali memicu perilaku konsumsi berlebihan di kalangan Generasi Z.

 

Generasi Z memulai investasi lebih dini, terinspirasi dari media sosial. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
Generasi Z memulai investasi lebih dini, terinspirasi dari media sosial. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

#3. Pengaruh Media Sosial: Antara Gaya Hidup dan Realitas Finansial

Media sosial memiliki dampak besar dalam membentuk money mindset Generasi Z. Mereka dibombardir oleh gambar-gambar gaya hidup mewah, liburan ke destinasi eksotis, hingga barang-barang branded yang seolah wajib dimiliki. Tapi, apakah mereka benar-benar hidup seperti itu?

Sebagian besar Generasi Z berusaha tampil sesuai dengan standar sosial media, meskipun kondisi finansial mereka belum tentu sepadan. Inilah yang menyebabkan banyak dari mereka terjebak dalam conspicuous consumption---mengeluarkan uang hanya demi terlihat sukses di mata orang lain.

Namun, ada sisi lain dari Generasi Z yang juga bijak dalam menggunakan media sosial untuk belajar finansial. Dengan mengikuti akun-akun edukasi finansial, mereka bisa belajar tips-tips investasi, pengelolaan keuangan, dan bahkan bisnis.

"Too many people spend money they haven't earned, to buy things they don't want, to impress people they don't like." -- Will Rogers

 

Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua bagi keuangan Generasi Z. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik
Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua bagi keuangan Generasi Z. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik

#4. Fleksibilitas Karir dan Pendapatan: Siapa Bilang Harus 9-to-5?

Jika Generasi sebelumnya terbiasa dengan pola kerja 9-to-5, Generasi Z justru memimpikan fleksibilitas. Mereka tidak lagi terpaku pada pekerjaan kantoran sebagai sumber penghasilan utama. Banyak dari mereka memilih jalur freelance, menjadi konten kreator, atau menjalankan bisnis digital.

Studi Twenge (2017) menyebutkan bahwa Generasi Z lebih fokus pada gig economy dan memiliki ekspektasi berbeda terhadap pekerjaan dibanding generasi sebelumnya. Mereka lebih mengutamakan kebebasan waktu dan ruang.

Dengan berkembangnya platform seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok, mereka dapat menghasilkan uang hanya dengan menjadi diri sendiri---menyajikan konten yang mereka sukai. Ini tidak hanya mengubah definisi pekerjaan, tapi juga bagaimana mereka melihat penghasilan.

Namun, kebebasan ini juga datang dengan tantangan. Tidak adanya pendapatan tetap membuat mereka harus pintar-pintar mengelola uang agar tetap stabil secara finansial.

 

Generasi Z lebih memilih kebebasan karir dan pendapatan di luar pola kerja 9-to-5. | Ilustrasi gambar:  freepik.com / master1305
Generasi Z lebih memilih kebebasan karir dan pendapatan di luar pola kerja 9-to-5. | Ilustrasi gambar:  freepik.com / master1305

***

Generasi Z memiliki pola finansial yang berbeda, dipengaruhi oleh teknologi, media sosial, dan kebebasan yang mereka miliki. Di satu sisi, mereka lebih terbuka terhadap peluang investasi dan fleksibilitas pendapatan. Di sisi lain, mereka juga harus menghadapi tantangan dari budaya konsumerisme dan media sosial.

Sebagai generasi yang terus berkembang, mereka masih belajar menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan mengelola uang secara bijak. Pola pikir finansial mereka mungkin berbeda dari generasi sebelumnya, namun satu hal yang pasti: dunia digital menawarkan peluang dan risiko yang harus mereka hadapi dengan bijak.

Dan kita sebagai seseorang yang (barangkali) berada sedikit di atas generasi mereka hendaknya mampu memberikan bimbingan, saran, ataupun masukan agar mereka senantiasa berada di track yang tepat untuk kebaikan masa depan mereka.

Maturnuwun,

Growthmedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun