Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Peta Pola Finansial di Era Digital: Apakah "Money Mindset" Generasi Z Berbeda?

20 September 2024   10:35 Diperbarui: 20 September 2024   11:30 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, cepatnya akses informasi juga bisa jadi pedang bermata dua. Misalnya, fenomena fear of missing out (FOMO) sering kali mendorong mereka untuk berinvestasi di aset berisiko tinggi tanpa didahului analisis yang mendalam.

Dalam conspicuous consumption (Veblen, 1899), mereka juga membeli aset untuk menunjukkan status. Twenge (2017) menambahkan bahwa media sosial sering kali memicu perilaku konsumsi berlebihan di kalangan Generasi Z.

 

Generasi Z memulai investasi lebih dini, terinspirasi dari media sosial. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik
Generasi Z memulai investasi lebih dini, terinspirasi dari media sosial. | Ilustrasi gambar: freepik.com / freepik

#3. Pengaruh Media Sosial: Antara Gaya Hidup dan Realitas Finansial

Media sosial memiliki dampak besar dalam membentuk money mindset Generasi Z. Mereka dibombardir oleh gambar-gambar gaya hidup mewah, liburan ke destinasi eksotis, hingga barang-barang branded yang seolah wajib dimiliki. Tapi, apakah mereka benar-benar hidup seperti itu?

Sebagian besar Generasi Z berusaha tampil sesuai dengan standar sosial media, meskipun kondisi finansial mereka belum tentu sepadan. Inilah yang menyebabkan banyak dari mereka terjebak dalam conspicuous consumption---mengeluarkan uang hanya demi terlihat sukses di mata orang lain.

Namun, ada sisi lain dari Generasi Z yang juga bijak dalam menggunakan media sosial untuk belajar finansial. Dengan mengikuti akun-akun edukasi finansial, mereka bisa belajar tips-tips investasi, pengelolaan keuangan, dan bahkan bisnis.

"Too many people spend money they haven't earned, to buy things they don't want, to impress people they don't like." -- Will Rogers

 

Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua bagi keuangan Generasi Z. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik
Media sosial bisa menjadi pedang bermata dua bagi keuangan Generasi Z. | Ilustrasi gambar: Freepik.com / freepik

#4. Fleksibilitas Karir dan Pendapatan: Siapa Bilang Harus 9-to-5?

Jika Generasi sebelumnya terbiasa dengan pola kerja 9-to-5, Generasi Z justru memimpikan fleksibilitas. Mereka tidak lagi terpaku pada pekerjaan kantoran sebagai sumber penghasilan utama. Banyak dari mereka memilih jalur freelance, menjadi konten kreator, atau menjalankan bisnis digital.

Studi Twenge (2017) menyebutkan bahwa Generasi Z lebih fokus pada gig economy dan memiliki ekspektasi berbeda terhadap pekerjaan dibanding generasi sebelumnya. Mereka lebih mengutamakan kebebasan waktu dan ruang.

Dengan berkembangnya platform seperti YouTube, Instagram, hingga TikTok, mereka dapat menghasilkan uang hanya dengan menjadi diri sendiri---menyajikan konten yang mereka sukai. Ini tidak hanya mengubah definisi pekerjaan, tapi juga bagaimana mereka melihat penghasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun