Dan kesungguhan itu dimulai dari hati. Tanyakan pada diri kita masing-masing, apakah ada rasa senang, suka cita, dan euforia kegembiraan yang menyeruak ? Atau sebaliknya justru keluh kesah karena Ramadan dianggap sebagai tersangka atas suatu masalah.
Persiapan puasa, persiapan menyambut Bulan Ramadan haruslah dimulai dari hati. Menanamkan suka cita dan kegembiraan yang mendalam bahwasanya Ramadan adalah hal indah untuk ditunaikan. Inilah persiapan yang pertama, dan paling utama.
Sulit untuk melakukannya? Coba ingat kembali kenangan Ramadan masa kecil kita yang penuh kegembiraan. Bangkitkan kembali memori itu. Bawa kembali ke kehidupan sekarang.
Kedua, sudahkah kita mempersiapkan target Ramadan kali ini? Apakah itu merupakan target yang berbeda dari tahun sebelumnya? Lebih rendah atau lebih tinggi target yang dibuat dari sebelumnya? Ingat, siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka ia beruntung. Jika hari ini sama, maka ia rugi. Dan jika hari ini lebih buruk maka ia celaka. Pilih mana?
Yang ketiga, di titik sekarang adakah yang masih kurang dalam aktivitas beribadah kita? Segera benahi. Setidaknya mulai segera melakukan upaya perbaikan. Yang sholatnya bolong, segera tambal. Yang sering sholat di akhir waktu segera dibenahi. Juga ibadah yang lainnya.
Sehingga, ketika sudah memasuki Bulan Ramadan kita tidak lagi memulai semua perbaikan diri dari nol. Tapi sudah berjalan dari sekarang.
Nah, apakah tiga persiapan tersebut sudah kita lakukan? Jangan menunggu tanggal 1 Ramadan tiba baru kita bergegas. Apalagi kalau sampai menundanya di Ramadan tahun depan. Iya kalau usia kita sampai kesana. Kalau tidak, bagaimana?
Andaikan semua bulan adalah Ramadan, mungkin itulah kebahagiaan yang tak terkira.
Â
Maturnuwun.
Agil Septiyan Habib Esais, dapat dikunjungi di agilseptiyanhabib.com