Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Selidik Tingginya Harga Beras dari Perspektif "Inventory Control"

23 Februari 2024   15:07 Diperbarui: 24 Februari 2024   08:21 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Harga beras melonjak tinggi karena pengelolaan persediaan yang tidak tepat | Ilustrasi gambar: Kompas.com/M. Elgana Mubarokah 

Berkaitan dengan pasokan juga mesti memperhatikan berbagai faktor seperti kondisi lingkungan, kebijakan luar negeri terkait impor, dan sejenisnya.

Inventory control menghendaki kejelasan situasi bahkan kepastian untuk mendapatkan pengelolaan persediaan yang terbaik. Terbaik disini adalah tidak menumpuk stok berlebihan karena berisiko menurunkan kualitas barang, pun juga tidak sampai kekurangan barang yang menyebabkan kelangkaan dan berujung harga yang melambung.

Agar situasi tersebut bisa terwujud maka otoritas terkait perlu memastikan status dari para pemasok apakah mampu memenuhi target yang ditetapkan semisal harus memenuhi jumlah tertentu pada periode tertentu. 

Perlu adanya opsi alternatif agar di kemudian hari tidak sampai mempersalahkan satu dan lain hal karena kegagalan memenuhi pasokan.

Kalau saja kemarin pemerintah mengatur ulang pengadaan pasokan agar supaya siap lebih cepat dari estimasi waktu sebelumnya, barangkali masyarakat tidak akan mengalami kejadian seperti sekarang. 

Tapi dengan catatan lead time-nya mencukupi. Atau jangan-jangan aspek ini yang mereka abaikan. Buru-buru menggenjot penyaluran beras tapi lupa antisipasi kesiapan waktu pasokan berikutnya.

Entahlah.

Mmmhh... Lantas bagaimana kaitannya dengan inventory control dan harga beras melambung tinggi? Iya, inilah hukum ekonomi. Kelangkaan membuat harga melambung. 

Stok beras terbatas sedangkan permintaan tetap tinggi maka efeknya adalah harga turut menyesuaikan diri. Sayangnya, itu bukan makin murah tapi justru sebaliknya.

Jika sudah seperti ini lantas bagaimana? Berdoa saja biar situasi kembali normal? Rasa-rasanya ditengah situasi politik yang mulai menghangat sulit diharapkan keadaan segera kembali normal. Karena konsentrasi para pemilik otoritas masih terfokus di seputaran kekuasaan.

Memang kita cuma bisa berserah pada Tuhan, atau sekadar menguatkan diri untuk hanya mengonsumsi mie instan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun