Â
Jumlahnya bisa mencapai ratusan papan setiap bulannya. Dengan variasi ukuran yang beragam. Seiring jumlah permintaan produk yang sangat banyak dan bervariasi, terkadang ada produk ukuran tertentu yang tidak tersedia palletnya. Sehingga perlu melakukan pembelian. Di sisi lain, produksi terkadang tidak bisa ditunda sehingga pallet seadanya dipergunakan.
Tidak sinkronnya waktu antara kesanggupan vendor penyuplai pallet dengan kebutuhan pengiriman barang pada akhirnya melahirkan permasalahan baru dimana terdapat cukup banyak pallet yang nganggur, yang semakin menumpuk dan akhirnya berstatus slow moving atau death stock.
Bagi sebuah industri manufaktur, status slow moving atau death stock ini sangat dihindari karena hanya mengakibatkan berhentinya aliran modal. Apabila sampai hal itu terjadi maka sebenarnya ada modal yang mengendap. Uang yang tidak berputar.
Sehingga pada waktu itu saya membuat semacam rumusan perhitungan kombinasi ukuran yang paling mendekati untuk setiap kebutuhan produksi disandingkan dengan data stok pallet kayu slow moving / death stock yang tersedia di gudang. Misalnya, ketika ada produk yang membutuhkan pallet berukuran 80 x 120 cm, maka akan dilakukan search data stok dengan kombinasi ukuran +/- beberapa centimeter dari ukurang tersebut.
Biasanya saya membatasinya dengan ukuran sekitar 3 cm dari ukuran asli. Sehingga ada kombinasi ukuran pallet mulai dari (77 cm -- 83 cm) x (117 -- 123 cm) yang bisa dicari dari data stok yang tersimpan di gudang. Apabila dalam rentang toleransi 3 cm tersebut tidak ditemukan atau jumlah unitnya masih kurang, biasanya saya memberikan kelonggaran toleransi tambahan namun dengan melalui pertimbangan dengan tim di lapangan.
Alhamdulillah, berkat metode kombinasi ukuran pallet tersebut rencana pengadaan pallet baru kayu bisa ditekan seiring terjadi substitusi dengan stok yang tersedia di gudang. Dengan begitu maka kami bisa mengurasi pengadaan pallet kayu untuk setiap periodenya sehingga secara tidak langsung jumlah pohon yang ditebang pun bisa dikurangi.
Green Planning
Seorang production planner mampu memberikan pengaruh cukup besar dalam operasional sebuah industri. Saya mendapat kewenangan menginstruksikan sebuah produksi harus running atau berhenti. Tentu dalam beberapa kasus tertentu perlu konfirmasi dan persetujuan atasan.
Namun, input-an informasi selalu bermula dari saya selaku planner terkait urgensitas sebuah jadwal produksi.
Fungsi sebagai production planner sekaligus sebagai inventory controller yang saya jalani di perusahaan manufaktur detergen saat ini memberi saya keleluasaan untuk melakukan pengaturan jadwal produksi.
Secara umum, pertimbangan dalam menyusun perencanaan produksi ini adalah deadline atau tenggat waktu pengiriman atas order yang masuk ke perusahaan. Namun, terlepas dari hal itu sebenarnya setiap perencaan produksi yang dibuat memiliki konsekuensi terhadap produktivitas dan efisiensi sumber daya yang tersedia. Hal itu bisa terkait dengan energi ataupun material penunjang proses.