Beberapa waktu lalu selepas makan malam bersama di salah satu restoran All You Can Eat, saya sempat mendampingi istri untuk membayar di meja kasir restoran. Saya menyaksikan istri melakukan scanning kode QR yang disodorkan petugas restoran sesaat setelah istri saya mengonfirmasi nominal yang harus kami bayarkan. Â Itulah pertama kalinya saya melihat langsung dari dekat QRIS dimanfaatkan sebagai sistem pembayaran.
"Gak perlu uang tunai. Simpel. Cepat. Gak ribet." Â Demikian jawaban ringkas istri saat saya menanyakan kepadanya perihal apa sih enaknya menggunakan QRIS untuk transaksi.
Saya sendiri sebenarnya belum pernah bertransaksi menggunakan QRIS (Maklum, keuangan dalam kendali istri. He-he-he). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa QRIS sudah menjadi sebuah sistem pembayaran yang cukup populer belakangan ini.
Bahkan saking populernya pelaku kriminalitas pun juga menggunakan QRIS untuk melancarkan aksinya. Masih ingat kan kasus penipuan QRIS palsu di masjid yang viral belum lama ini?
Menurut catatan Bank Indonesia (BI) sebagaimana dilansir oleh dataindonesia.id, terdapat sekitar 28,75 juta pengguna QRIS di Indonesia pada tahun 2022. Atau bertambah 15,95 juta pengguna dibanding tahun sebelumnya[1].
Sedangkan dari sisi volume transaksi, pada bulan Agustus 2022 telah terjadi 91,7 juta kali transaksi QRIS. Meningkat hampir dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun 2021 (51 juta kali transaksi), dan bertumbuh sangat pesat semenjak Januari 2020 yang cuma terjadi 5 juta kali transaksi[2].
Tren penggunaan QRIS yang meningkat tersebut kemungkinan besar akan terus berlanjut seiring terjalinnya kesepakatan pembayaran regional berbasis QR Code antara Indonesia dengan Thailand dan Malaysia.
Bahkan beberapa negara lain, khususnya kawasan ASEAN, sepertinya juga akan ikut menyusul setelah Bank Sentral Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sepakat untuk memperkuat serta meningkatkan kerja sama konektivitas pembayaran di kawasan melalui Regional Payment Connectivity (RPC).
Pemulihan Ekonomi
Berdasarkan informasi Bank Indonesia, volume transaksi lintas negara mengalami peningkatan dari 127,8 triliun dollar pada tahun 2018 menjadi 156 triliun dollar di tahun 2022. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang[3].
Namun, harus diingat bahwa pada rentang waktu antara tahun 2018-2022 tersebut dunia sempat diterpa pandemi Covid-19 sehingga membuat perekonomian global turun cukup tajam.