Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Beli Rumah Subsidi? Jangan Buru-Buru Memutuskan Sebelum Tahu Ini!

15 Februari 2023   10:31 Diperbarui: 10 Maret 2023   13:55 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keputusan beli rumah subsidi perlu mempertimbangkan beberapa hal, teknis dan non teknis. | Sumber gambar: kompas.com /Handsout

Memiliki rumah sendiri merupakan dambaan semua orang. Para lajang ataupun pasangan suami istri tentu berharap suatu hari dalam hidupnya akan memiliki tempat hunian sendiri. Tidak jadi soal beli rumah subsidi asalkan kondisinya memang layak huni dan sesuai dengan kapasitas rekening yang dimiliki. Bukankah begitu?

Berbicara tentang rumah subsidi saya kira kamu yang punya niatan untuk membelinya tidak cukup hanya sekadar mempertimbangkan dari segi harga ataupun letak geografis suatu lokasi perumahan. Terkadang penting juga untuk memikirkan potensi interaksi sosialmu di sana.

Di perumahan baru kamu pasti akan bersua dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Menemukan kebiasaan dan adat-istiadat yang berbeda dibandingkan dengan tempatmu tinggal selama ini.

Coba pikirkan, kamu akan berada di lingkungan baru dengan suasana yang bisa jadi bertolak belakang dengan kehidupanmu selama ini. Mampukah kamu tinggal di sana untuk selamanya?

Rumah Sekali Beli

Membeli rumah biasanya diniatkan untuk selamanya. Saya kira kamu pun berpikir seperti itu, bukan? Jangan sampai gegara suatu persoalan lantas membuatmu jadi tidak betah tinggal di sebuah kawasan perumahan dan memutuskan pergi. Menjual rumah yang lama untuk kemudian membeli rumah yang baru lagi.

Padahal dalam praktiknya tidaklah semudah itu, kawan. Apalagi jika itu berkaitan dengan perumahan subsidi. Sekali membeli dan mendapatkan persetujuan bank, maka kamu tidak akan bisa beli rumah subsidi yang lain dengan identitas yang sama.

Banyak orang yang salah mengambil keputusan saat membeli rumah subsidi. Slang beberapa waktu pasca dibeli ternyata justru dijual lagi dengan berbagai alasan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan beberapa hal sebelum kamu mengambil keputusan beli rumah subsidi di suatu kawasan perumahan.

Sebagai rumah sekali beli perlu kiranya menimbang-nimbang berbagai aspek serta terbuka menerima segala kemungkinan yang terjadi manakala kelak kamu hidup di sana.

Kamu perlu melihat rencana beli rumah subsidi dari berbagai sisi, khususnya tentang keadaan dari orang-orang di lingkungan barumu. Termasuk menakar segala kemungkinan dari perilaku warga di perumahan subsidi.

Perlu kamu ingat, ini adalah kesempatan sekali seumur hidup yang mungkin tidak akan kamu dapatkan lagi.

5 Hal Perlu Dipertimbangkan Sebelum Beli Rumah Subsidi

#1. Tetangga Penggosip

Mungkin ini tidak berlaku menyeluruh, tetapi orang-orang yang tinggal di perumahan subsidi biasanya didominasi oleh pria pekerja dan ibu rumah tangga. Ketika kaum hawa hanya disibukkan dengan urusan dapur dan rumah, biasanya mereka punya kecenderungan mencari kawan senasib untuk berbagi kisah dan bertukar cerita.

Sembari menemani anak-anaknya bermain, ibu-ibunya berkumpul dan bercerita satu sama lain. Apa yang dibicarakan? Entah, tetapi biasanya satu topik yang tidak pernah ketinggalan adalah urusan pergosipan.

Membicarakan keburukan dan kekurangan orang lain yang menurutnya tidak selaras dengan pandangannya. Mungkin sebagian dilandasi kebencian, tetapi sebagian yang lain justru menjadikan kebiasaan itu sebagai pengisi waktu luang.

Ketika kamu hendak beli rumah subsidi maka siapkan mentalmu jikalau nanti bertemu dengan tetangga penggosip macam ini.

#2. Sasaran Kepo

Kamu harus siap karena bisa jadi suatu saat justru kamulah yang menjadi bahan pembicaraan. Kamu atau anggota keluargamu sangat mungkin menjadi sasaran kepo orang lain.

Orang lain akan melihatmu dengan suka-sukanya mereka. Sedangkan kamu tidak akan mampu untuk menangkal apa pun yang dipersepsikan kepadamu.

Jangan berharap bahwa orang lain tidak akan pernah membicarakanmu di belakang. Sebaik apa pun kamu sangat mungkin terlihat sisi kekurangan di mata orang lain. Cukup bagimu untuk legowo manakala sudah memutuskan untuk beli rumah subsidi dan memutuskan hidup di sana.

#3. Sensitif Iuran

Rumah subsidi dihuni oleh mereka-mereka yang umumnya memiliki penghasilan tingkat UMR. Sedang-sedang saja atau kalau tidak bisa dibilang pas-pasan. Apalagi ketika kamu sudah berkeluarga dan memiliki putra putri.

Dengan situasi semacam itu, berhemat merupakan opsi yang paling mungkin ditempuh. Sehingga setiap kali ada pengeluaran tak terduga pasti hal itu akan memantik permasalahan.

Padahal, di sebuah kawasan perumahan (terlebih perumahan baru) aktivitas memungut iuran sangat mungkin menjadi keharusan dan rutinitas. Baik itu untuk mengakomodir pembuangan sampah, iuran keamanan, ataupun kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya seremonial.

Dengan situasi seperti itu coba kamu bayangkan andaikata kamu mendapatkan mandat warga untuk menagih ke satu per satu rumah warga. Tidak menutup kemungkinan kamu akan diinterogasi, “Iuran apalagi ini?”

Dan ketika itu terjadi kamu mesti tabah menghadapi realitas semacam ini.

#4. Sensitif Perasaan

Tidak jauh berbeda dengan iuran, perasaan pun kerapkali menjadi sumber persoalan bagi orang-orang yang tinggal di kawasan perumahan subsidi.

Latar belakang yang beragam yang dibarengi dengan bermacam-macam dinamika hubungan menjadikan interaksi tersebut rentan memantik gesekan perasaan antara satu orang dengan orang yang lain.

Misalkan ketika ada pertemuan warga dan ada yang berkomentar tentang sesuatu bisa jadi hal itu kurang sesuai dengan pandangan orang lain tetapi ditanggapi dengan cara yang tidak tepat. Akibatnya timbul perasaan tidak nyaman terhadap sesama warga penghuni perumahan.

#5. Batas Kebebasan

Kalau di kompleks perumahan mewah umumnya orang-orangnya cenderung individualistis, maka untuk perumahan subsidi situasinya sangatlah bertolak belakang.

Interaksi terjadi lebih intens antar tetangga seiring rumah yang saling berdempet satu dengan yang lain. Mungkin layaknya tinggal di rumah kos-kosan yang memungkinkan antar penghuni rumah untuk saling melihat aktivitas keluar masuk masing-masing orang. Khususnya yang berdekatan.

Orang-orang yang tinggal di kawasan rumah subsidi cenderung menjunjung tinggi adat kebiasaan khususnya yang berkaitan dengan kesusilaan.

Sehingga ada batas kebebasan bagi para pemilik rumah yang masih lajang agar tidak sembarangan menginapkan orang di rumahnya.

Rumahmu, Surgamu

Apakah kamu sudah siap dengan semua kemungkinan itu? Apabila beli rumah subsidi merupakan prioritasmu saat ini maka saya sarankan kamu agar mulai berdamai dengan keadaan manakala ada salah satu atau lebih di antara kelima hal tadi yang membuatmu tidak nyaman.

Bagaimanapun, tinggal di sebuah kawasan perumahan yang identik dengan kelas menengah tidak bisa membuatmu hidup bossy dan berperilaku layaknya tinggal di apartemen ataupun perumahan mewah.

Dengan beradaptasi terhadap keadaan maka kamu akan bisa menentukan keadaan rumahmu laksana surga yang kamu dambakan. Menjadi hunian yang nyaman bukan sebatas dari sisi bangunan, melainkan juga menyangkut keadaan lingkungannya.

Silakan bagikan artikel ini kepada rekan-rekanmu.

Salam hangat.

Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun