Mobil hidrogen samasekali tidak mempergunakan sumber energi fosil dalam memproduksi dayanya.
Teknologi ini mungkin masih dalam tahap pengembangan namun memiliki keunggulan lebih efisien dibandingkan mobil listrik. Misalnya dari segi baterai yang lebih kecil seiring pengisian energi bisa dilakukan ketika mobil berjalan.
Selain itu, hanya perlu waktu selama kurang lebih 3-5 menit untuk pengisian hidrogen atau hampir sama seperti kita mengisi bensin di SPBU.
Menurut General Manager Tim Antasena ITS, Ghalib Abyan, mobil hidrogen sangat ramah lingkungan karena tidak lagi menggunakan baterai komponen lithium yang sulit didaur ulang.
Dalam kasus yang lain, teknologi Nikuba  telah diuji untuk mentenagai motor dengan bahan bakar air. Sebuah karya seorang warga Ciregon yang sempat viral beberapa waktu lalu.
Meskipun banyak yang meragukan, akan tetapi ide kreatif tersebut merupakan kabar baik bahwa emisi gas buang kendaraan sejatinya bisa direduksi melalui berbagai cara. Hanya perlu itikad baik untuk menemukan cara-cara baru agar harapan itu terlaksana.
Sehingga menjadi penting sekali kiranya untuk menumbuhkembangkan budaya riset di Indonesia yang seakan kehilangan gairah. Terlepas dari kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas di bidang riset saintifik dan dukungan dana yang terbatas, lembaga yang bertugas menahkodai aktivitas riset tersebut perlu dijauhkan sepenuhnya dari kepentingan politik apapun.
Seperti yang kita tahu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekarang ini justru dipimpin oleh dedengkot partai penguasa yang sebenarnya jauh dari kapasitas sebagai ilmuwan. Mungkin beliau punya gelar profesor doktor, tapi tetap saja riset semacam ini bukanlah bidangnya.
Alih-alih memajukan BRIN, yang ada justru membuat aktivitas riset terbengkalai dan terabaikan. Atau hanya sesekali muncul ke permukaan untuk tebar pesona tanpa kejelasan makna.
Situasi lembaga semacam itu rasa-rasanya tidak akan mampu memberikan porsi perhatian lebih terhadap perkembangan mobil hidrogen yang punya potensi besar menjadi solusi jangka panjang kendaraan ramah lingkungan.
Lembaga riset yang digarap dengan pendekatan ala politisi tidak akan sanggup menelisik sel-sel hidrogen penghasil daya kendaraan agar bagaimana caranya bisa dibuat menjadi lebih murah. Karena politisi atau tokoh-tokoh dengan latar belakang jauh dari pengembangan teknologi tidaklah memiliki kompetensi yang cukup menunjang hal itu.