"Ketika tiba waktunya bagi dua jiwa untuk bertemu, maka tidak ada sesuatu apapun di bumi ini yang sanggup mencegah pertemuan itu, di manapun masing-masing berada."
Mungkin kata-kata mutiara tersebut cukup bisa mewakili isi hati dari dua sejoli yang dimabuk cinta, dilanda kasmaran, serta dipenuhi harapan untuk menyatukan perasaan dalam sebuah ikatan pernikahan.
Rasa itu akan membimbing mereka melewati setiap hambatan, mengangkangi seluruh rintangan, atau bahkan menyingkirkan peraturan-peraturan yang dianggap sebagai penghalang.
Apalagi untuk sebuah peraturan "Dilarang Menikah Antar Sesama Karyawan" di satu perusahaan. Aturan perusahaan yang mungkin dianggap aneh bagi sebagian orang. Karena bagaimanapun juga dua sejoli bisa bertemu kapan saja dan dimana saja tanpa pernah mereka sangka-sangka sebelumnya.
Gegara aturan perusahaan semacam ini maka tidak sedikit dari para karyawan yang memilih pindah kerja (resign) dengan alasan ingin menikah, karena calon pasangannya adalah rekan kerja di tempat yang sama. Padahal sebenarnya mereka masih berharap agar tetap bisa bertahan di pekerjaannya sekarang.
Nah, jikalau di antara kamu sedang berada pada posisi ini atau punya keinginan bertemu dengan pasangan hidup di tempat kerja, tapi masih berharap agar tidak sampai pindah kerja mungkin satu diantara atau semua dari kelima cara berikut bisa kamu coba. Apa saja? Yuk simak.Â
1. Kejar Posisi Strategis di Perusahaan
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk membuat tumpul aturan perusahaan adalah dengan menjadi bagian dari orang-orang yang berstatus penting dalam lingkungan perusahaan tersebut. Hal ini sepertinya jamak terjadi di lingkungan organisasi manapun.
Dengan menempati posisi strategis di perusahaan, khususnya jabatan yang memiliki prestise dan peran managerial yang krusial hal itu bisa saja membuat perusahaan mengabaikan aturan dilarang menikah sesama rekan kerja ketika yang bersangkutan ternyata hendak melangsungkan pernikahan dengan salah seorang karyawan lain disana.
Terlebih apabila kedua belah pihak sama-sama menempati posisi penting di perusahaan. Sama-sama kepala bagian, sama-sama manager, sama-sama direktur, dan seterusnya.
Sebuah peraturan seringkali tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Saat kamu berada di posisi bawah, sebagai karyawan biasa pada umumnya dengan peran yang gampang digantikan oleh orang lain maka niat menikah dengan sesama rekan kerja bisa jadi harus dilupakan. Lain halnya ketika kamu berada di posisi atas dengan peran jabatan strategis yang kamu emban.
Kebetulan di tempat kerja saya dulu ada kepala bagian salah satu departemen yang menikah dengan wakil kepala bagian di departemen lain. Padahal dalam aturan perusahaan disebutkan bahwa karyawan satu perusahaan dilarang menikah. Tapi nyatanya boleh-boleh juga kan?
So, kejar karir setinggi mungkin jikalau kamu mengemban misi untuk menikahi sesama rekan kerjamu. Toh, kalaupun akhirnya tidak sampai menikah minimal pencapaian karirmu sudah memuaskan.
2. Ciptakan Ketergantungan untuk Tingkatkan Daya Tawar
Menjadi spesial itu menguntungkan. Memiliki kapasitas kemampuan yang tidak bisa diduplikasi dengan mudah oleh orang lain tentu merupakan keuntungan tersendiri yang bisa diberdayakan pada saat-saat tertentu.
Sebagai karyawan dengan keterampilan rata-rata tentu tidaklah sulit bagi perusahaan untuk "menyingkirkan" kamu kapan saja. Karena kamu hanyalah bagian dari rata-rata. Apabila kamu mengatakan ingin menikah dengan sesama rekan kerja, mungkin kamu akan langsung dipersilahkan keluar tanpa perlu banyak kata-kata.
Lain halnya jika kamu memiliki sesuatu yang khusus untuk ditawarkan. Semisal keterampilan atau skill pekerjaan tertentu yang cuma kamu saja yang bisa. Kemampuan apa itu? Ini yang mesti kamu pikirkan.
Berbekal keunikan tersebut maka perusahaan tidak akan serta merta memberlakukan aturan perusahaan secara pukul rata. Bisa jadi kamu akan dispesialkan karenanya.
Namun, upaya menciptakan ketergantungan semacam ini bagi sebagian orang justru disalahtafsirkan. Seperti menyimpan rahasia busuk si bos atau atasan tertentu seraya menjadikan hal itu sebagai daya tawar agar si bos mau menuruti apa yang mereka mau dan menjadi back up mereka.
3. Dekati dan Pengaruhi Sosok Berpengaruh
Memiliki kedekatan dengan orang penting dan berpengaruh memang banyak memberikan keuntungan. Meskipun secara moral kita seharusnya tetap dekat dan berteman baik dengan semua orang tanpa pandang bulu.
Kedekatan dengan figur-figur berpengaruh di perusahaan memungkinkan peraturan seperti larangan menikah sesama rekan kerja ini bisa seketika usang atau bahkan dipandang tidak pernah ada.
Mungkin kamu bisa mulai mendekati orang-orang jenis ini seperti pemegang jabatan tinggi, pemilik perusahaan, anak pemilik perusahaan, kerabat pemilik perusahaan, orang kepercayaan pemilik perusahaan, dan sebagainya.
Mereka biasanya memiliki cukup kekuatan untuk mempengaruhi si empunya keputusan. Sehingga dispensasi khusus bisa diberikan.
Saya pernah memiliki atasan yang merupakan orang kepercayaan anak pemilik perusahaan. Dan beliau memang benar-benar memiliki kekuatan lebih untuk melindungi para anak buahnya dari tekanan pihak lain yang mungkin dalam kondisi "normal" sulit dilakukan.
Untuk kasusnya saat itu memang bukan terkait ada anak buah yang mau menikah dengan sesama rekan kerja. Hanya saja konteks tersebut sepertinya cukup relevan dalam hal peran keberadaan sosok berpengaruh di sekitar kamu. Termasuk diantaranya dalam hal memberi kelonggaran aturan perusahaan.
4. Menjadi Orang Lama yang Disegani
Ini salah satu keuntungan menjadi orang lama. Apalagi yang menjadi angkatan pertama yang turut melakukan "babat alas" dalam perjalanan suatu perusahaan. Karena biasanya mereka yang bisa bertahan lama merupakan orang-orang terpercaya seiring loyalitasnya dengan tetap bertahan di perusahaan yang sama dalam jangka waktu lama.
Dengan status semacam itu rasa-rasanya tidak jadi soal saat kamu akan menikah dengan sesama rekan kerja. Karena kamu mungkin menjadi aset berharga di perusahaan tersebut sehingga patut dijaga. Aturan perusahaan akan memberikan pengecualian atas hal itu.
5. Lakukan Aksi Protes Perubahan Peraturan
Barangkali cara ini termasuk yang paling frontal karena memerlukan langkah konfrontatif yang terang-terangan hendak menolak keberadaan salah satu aturan perusahaan. Sepertinya berat dilakukan, tapi belum tentu mustahil terjadi.
Jikalau kamu memang meyakini bahwa menikahi sesama rekan kerja patut diperjuangkan, dan tetap bekerja di sana merupakan sesuatu yang layak dipertahankan, why not?, mengapa tidak untuk mengambil langkah ini?
Tapi, tentu kamu harus siap menanggung segala risiko dan konsekuensi yang ada. Kena skors mungkin. Atau bisa juga dipecat. Semua kembali pada keberaniamu sendiri.
Saya pribadi melihat bahwa aturan perusahaan yang melarang menikah antar sesama rekan kerja di satu perusahaan tidak perlu dilakukan. Produktivitas dan profit organisasi masih bisa diperjuangkan dengan cara yang lebih elegan ketimbang peraturan absurd macam itu.
Sumber Daya Manusia (SDM) memang merupakan faktor penting dalam keberlangsungan sebuah bisnis. Hanya saja mereka tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu, ada konsep mengelola SDM, mendidik SDM, dan seterusnya.
Pernikahan hanyalah satu bagian kecil dari ruang hidup privat seseorang yang tidak semestinya diusik secara berlebihan. Dan ini pasti butuh kecerdasan serta kearifan dari orang-orang yang berada disana.
Salam hangat.
Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H