Harga untuk satu porsi steak berlapis emas di restoran milik Salt Bae kabarnya bisa mencapai US$ 1.200 atau sekitar 16,8 juta rupiah (kurs US$ 1 = Rp 14.000). Mungkin ada yang harganya  lebih murah, tapi nominalnya tetap dalam rentang jutaan rupiah untuk setiap porsinya.
Untuk kategori steak yang diproduksi rumah makan, kafe, dan restoran di Indonesia yang biasanya lebih murah kebanyakan juga masih menyetuh angka ratusan ribu rupiah per porsi. Sehingga tidak sedikit yang beranggapan bahwa steak tergolong sebagai salah satu makanan mahal yang cuma bisa dinikmati kalangan kelas atas.
"Ketimbang untuk beli steak satu porsi seharga ratusan ribu atau jutaan, lebih baik untuk beli nasi warteg sebulan" Â Mungkin seperti itu anggapan yang jamak beredar di kalangan bawah.
Anggapan sebagai hidangan "tak terjangkau" itulah yang lantas mengilhami Jody Brotosuseno untuk mendirikan usaha kuliner "Waroeng Steak & Shake" dengan misinya menghadirkan hidangan steak yang terjangkau. Saya kira diantara Anda yang gemar menyantap hidangan steak pasti tahu atau setidaknya pernah mendengar usaha kuliner yang satu ini.
Pada awal kehadirannya, Waroeng Steak & Shake memang mencoba mengambil segmen menengah kebawah dengan memperkenalkan hidangan steak yang murah meriah namun dengan kualitas bintang lima. Sebuah strategi yang lambat laun mengantarkan usaha tersebut melejit sampai sekarang memiliki 100 cabang lebih.
Tentu ada beberapa kunci sukses yang mengilhami Waroeng Steak & Shake sehingga berhasil eksis sampai sekarang. Dalam berbagai kesempatan yang bisa Anda temui di dunia maya, mas Jody (saya panggil saja begitu ya biar mudah) selaku founder sudah sering membuka rahasia dapur dari usaha yang dirintisnya tersebut.
Namun, dari sekian hal yang beliau sampaikan sebenarnya ada satu aspek yang paling berkesan. Paling tidak untuk saya. Â Yakni tentang pengelolaan bisnis berbasis "Spiritual Company". Rahasia spiritualitas dibalik eksistensi Waroeng Steak & Shake sampai sekarang.
Meskipun secara umum cara pendekatan "Spiritual Company" disana relatif sama, yakni mengedepankan nilai-nilai luhur spiritual dalam segenap aktivitas pengelolaan bisnis, akan tetapi selalu ada kekhasan tersendiri yang bisa kita jumpai pada paraktiknya di masing-masing perusahaan. Ada rahasia spiritualitas yang menjiwainya.
Tidak terkecuali dengan Waroeng Steak & Shake yang tentunya juga memiliki sisi keunikan saat mengusung konsep "Spiritual Company" ini dalam menjalankan roda bisnisnya.
Saya menangkap setidaknya ada tiga hal yang melandasi berjalannya spiritual company di Waroeng Steak & Shake, yaitu Doa, Sedekah, dan Dakwah. Mari kita urai satu persatu disini.
"Agama memiliki nilai lebih dari sebuah tuntunan moral dan akal, tetapi sekaligus sebagai pembuka jalan yang mengedepankan prinsip-prinsip kearifan untuk menjalankan jenis kehidupan yang lain. Termasuk diantaranya kehidupan berbisnis."
Kakuatan Doa Penopang Bisnis Makin Eksis
Salah satu "peraturan" yang diberlakukan oleh Mas Jody adalah mengharuskan saling support doa antara para karyawan yang menjalankan operasional sehari-hari di Waroeng Steak & Shake dengan segenap santri di "Pesantrean Sahabatku" yang berada dibawah naungan bisnis kuliner tersebut.
Para santri berkirim doa kepada segenap penggerak bisnis di Waroeng Steak & Shake, dan sebaliknya para karyawan yang ada disana juga mendoakan para santri di pesantren.
Sebagian keuntungan bisnis Waroeng Steak & Shake sedikit banyak juga turut membantu para santri untuk belajar agama dan menunaikan program-program lain di pesantren seperti menghafal Al-Qur'an, kajian kitab, berdzikir, dan seterusnya.
Sebaliknya, lantunan doa-doa yang dipanjatkan oleh segenap santri akan memberikan energi positif untuk menopang operasional Waroeng Steak & Shake sehingga terus bertahan menghadapi lika-liku dunia bisnis yang sarat dengan ujian dan cobaan.
Mas Jody pernah mengatakan bahwa pada masa pandemi COVID-19 yang lalu omset dari Waroeng Steak & Shake turun hingga mencapai 25% persen saja dibandingkan omset yang biasa mereka dapatkan. Tentunya situasi tersebut sangatlah memberatkan bagi sebuah bisnis yang menaungi lebih dari 1.500 karyawan.
Kekuatan doa menumbuhkan keyakinan bahwa segala ujian bisa dilalui dan segenap cobaan bisa dilewati. Mungkin terlihat rumit untuk kita memahami fenomena ini terutama mengenai korelasinya menjadikan salah satu bisnis yang paling terdampak pandemi sehingga bisa bertahan melewati masa sulit itu.
Tapi kenyataannya bisnis Waroeng Steak & Shake masih eksis hingga saat ini. Bahkan pada momen promo Hari Sumpah Pemuda 28-30 Oktober 2022 lalu saja omsetnya berhasil menembus 1 miliar rupiah. Rahasia spiritualitas telah menyibakkan perannya yang luar biasa.
Bagaimanapun juga kekuatan doa dari sisi sudut pandang spiritualitas memungkinkan segalanya terjadi. Bahkan dikatakan bahwa kekuatan doa bisa mengubah takdir manusia.
Sedangkan dari sudut pandang neuroscience peran doa adalah sebagai afirmasi positif yang memantik law of attraction sehingga mengundang realitas terbaik dimana yang diharapkan bisa terjadi.
Menjadikan doa sebagai pelecut usaha agar eksis melalui cara-cara yang mungkin tidak pernah kita duga sebelumnya. Mengharapkan tuah dari rahasia spiritualitas seperti yang sebelumnya terjadi.
Dalam uraian yang lebih luas, doa tidaklah sebatas rapalan kata-kata yang diucapkan sembari menengadahkan tangan atau menundukkan kepala. Ibadah sholat merupakan definisi yang lebih menyeluruh dari aktivitas doa tersebut.
Dan Waroeng Steak & Shake membangun kebiasaan organisasi yang mana para karyawannya dianjurkan untuk menunaikan sholat berjamaah, sholat dhuha, serta memundurkan jam operasional gerainya pada hari Jumat untuk memberi kesempatan sholat jumat dilakukan.
Mas Jody menginginkan agar segenap karyawan Waroeng Steak & Shake Senantiasa menjaga ibadah sholat demi kebaikan diri karyawan dan bagi bisnis yang menaungi para karyawan tersebut.
Sholat digambarkan sebagai tiang agama. Jikalau sholat seseorang baik, maka akan baik pulalah amal ibadah lainnya. Begitupun sebaliknya.
Sholat yang ditunaikan dengan tulus dan khusyuk akan membangun karakter pribadi yang kuat sehingga menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) berintegritas.
Doa adalah pilar pertama yang memberikan sumbangsih besar terhadap kemajuan bisnis Waroeng Steak & Shake. Doa adalah salah satu rahasia spiritualitas yang menopang keberadaan Waroeng Steak & Shake hingga memperoleh pencapaiannya yang sekarang.
Berkah Sedekah Bisnis pun Merekah
Saya kira masih banyak yang ragu dengan potensi sedekah yang mampu melapangkan rezeki seseorang. Bahkan sepertinya tidak sedikit yang menganggap para pegiat sedekah ini tak ubahnya pelaku "kriminal" yang memanfaatkan keyakinan ibadah orang lain untuk memperkaya dirinya sendiri.
Tapi bagi saya, sedekah tetaplah salah satu ibadah yang memiliki nilai mulia. Bukan hanya bagi sesama manusia, tetapi juga di hadapan Sang Pencipta. Jikalau ada yang beranggapan para "makelar" sedekah mengeruk keuntungan dari ajaran mulia ini, maka itu seutuhnya merupakan urusan yang bersangkutan dengan Tuhannya.
Sedangkan bagi kita yang menunaikan sedekah dengan niatan berbagi (atau mungkin berharap balasan lebih darinya) tidak perlu dipusingkan dengan sedekah tersebut mau disalurkan kemana dan dipergunakan untuk apa. Setelah tangan kita melepaskan sesuatu untuk disedekahkan, maka malaikat di sebelah kanan sudah mencatat itu sebagai kebaikan. Perkara dapat balasan atau tidak, itu domainnya Tuhan.
Terkait dengan pengelolaan bisnis berbasis spiritual company, sedekah perlu dimaknai lebih dari sekadar aktivitas berbagi. Anthony Robbin menyatakan bahwa melalui kebiasaan berbagi atau yang dalam konteks Agama Islam dinamakan sedekah, perbuatan ini memiliki peran krusial untuk "mengajari" otak kita tentang mentalitas kaya, mampu, berkecupukan.
Pikiran kita dilatih dan diasah melalui setiap kegiatan sedekah yang perlahan tapi pasti akan membangun sebuah keyakinan bahwa kita orang mampu, kita orang kaya. Sementara keberadaan pikiran positif semacam ini akan menjadi energi positif untuk menggerakkan dan mengarahkan kita menuju jalan yang satu frekuensi dengan anggapan yang tertanam di alam bawah sadar.
Ketika kita memiliki keyakinan bahwa kita orang kaya, maka langkah tindakan kita akan mengarahkan kesana. Semesta akan mendukung tarikan energi positif yang terpancar dari keyakinan itu.
Berharap bahwa pemberian kita akan menuai imbalan memang sah-sah saja. Akan tetapi, hal itu belum tentu menguatkan alam bawah sadar kita sehingga bertumbuh menjadi lebih positif. Terlalu berharap (apalagi pada sesama makhluk) tanpa menyadari bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Sang Pencipta sangat berisiko meruntuhkan mentalitas kita menjadi penerima, peminta. Bukan pemberi. Padahal esensi sedekah sejatinya adalah tentang bagaimana kita memberi dan bermanfaat bagi sesama.
Prinsip sedekah seperti ini yang sepertinya melekat dalam budaya organisasi bisnis Waroeng Steak & Shake. Pasti ada campur tangan Sang Maha Kuasa dibalik merekahnya usaha tersebut sampai sekarang. Hanya saja mentalitas memberi yang terbangun dari waktu ke waktu itulah yang mendukung perjalanan Waroeng Steak & Shake sehingga memperoleh pencapaian luar biasa.
Mentalitas memberikan yang terbaik untuk sesama rekan kerja, kepada pemimpin atau atasan, dan terutama kepada para pelanggan merupakan buah dari aksi sedekah yang menjadi kebiasaan usaha milik Mas Jody ini.
Pelatihan Berbalut Seruan Dakwah Karyawan
"Sampaikan kebaikan meski hanya satu ayat." Â Seruan ini bagi Waroeng Steak & Shake bukanlah sekadar pepesan kosong yang dipandang sambil lalu. Justru Mas Jody selaku pemilik bisnis memandang bahwa keberadaan usahanya sebagai sebuah tanggung jawab selain memberikan lapangan pekerjaan.
Keberadaan Waroeng Steak & Shake menghadirkan ruang tanggung jawab lain untuk memberikan pemahaman yang baik tentang menjalankan ajaran agama. Dengan kata lain, para karyawan diajak dan diseru untuk memperbaiki dirinya masing-masing khususnya dalam hal spiritualitas.
Dari yang sebelumnya tidak sholat, diajak agar rajin sholat. Dari yang biasanya enggan mempelajari ilmu agama menjadi terbiasa mendengarkan ceramah. Secara tidak langsung, dakwah yang dibalut dalam program perusahaan tersebut membantu meningkatkan kualitas diri masing-masing karyawan.
Integritas para pekerja dilatih dan diasah sedemikian rupa melalui pemberian khasanah baru dalam beragama. Seiring seseorang menjadi semakin berilmu maka meningkat pula integritas dirinya.
Kalau boleh dibilang, kegiatan dakwah kepada para karyawan ini sama halnya dengan program pelatihan yang diadakan oleh kebanyakan perusahaan. Bedanya, dakwah menyentuh sisi yang lebih mendalam. Melebihi batas-batas teori psikologi yang berlaku selama ini. Inilah pelatihan yang menyentuh hati.
Sedangkan kita tahu bahwa hati merupakan intisari dari semuanya. Ketika hati itu baik maka baik semuanya. Tetapi, ketika hati itu buruk maka buruk pula semuanya.
Saya kira, Waroeng Steak & Shake sudah menjalankan sebuah program pelatihan karyawan yang luar biasa melalui dakwah yang mereka lakukan kepda segenap karyawannya.
Salam hangat.
Agil S Habib, Penulis Tinggal di Tangerang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H