Brigadir J juga manusia yang bisa salah seperti yang lainnya. Hanya saja ketika nyawanya direnggut maka ia samasekali tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Kalaupun Brigadir J disebut layak mati atas tindakannya, maka biarlah hukum yang memutuskan. Bukannya FS.
Terlebih pihak keluarganya sudah menyampaikan banyak sekali kejanggalan dalam peristiwa kematian Brigadir J. Ada kesan bahwa korban mengalami penyiksaan fisik terlebih dahulu sebelum benar-benar dibunuh. Ada tembakan didada, dan juga di kepala. Ada bagian jari yang hancur. Yang belakangan disampaikan oleh Bharada E (salah satu tersangka lain) disebabkan oleh tembakan dari pelaku lainnya.
Mungkinkah FS demikian marahnya sampai-sampai ia melakukan melakukan tindakan keji menyiksa korban yang tidak berdaya itu? 1 lawan 3, atau mungkin lebih. Ditembak beberapa kali. Entah korban meninggal pada tembakan yang keberapa. Tapi menurut hasil otopsi kedua penyebabnya adalah tembakan di kepala.
Apadaya Brigadir J kini sudah kembali ke alam baka. Ia tidak lagi akan menerima penghakiman manusia terlepas tudingan yang dialamatkan kepadanya perihal pelecehan seksual itu benar atau salah.
Kini kita hanya melihat bahwa ada pelaku kejahatan lain yang sedang menjalani proses hukum. Dan yang jelas aksi FS dan "tim" terlihat jelas sebagai tindakan yang salah.
Mungkin kita harus sabar menanti sampai kasus ini naik ke pengadilan untuk mengetahui secara terang benderang apa gerangan sebenarnya motivasi yang mendasari FS sampai harus mengorbankan karir moncernya sebagai penegak hukum.
Seandainya Brigadir J memang terbukti melakukan tindakan seperti yang dikatakan oleh FS akankah ada perubahan persepsi di benak kita dalam memandang kasus ini? Bagaimana jika kita berada pada posisi FS?
Sementara jikalau tuduhan FS salah, maka skenario busuk ini sungguh sangat keterlaluan kejinya karena telah menudingkan fitnah yang tidak semestinya kepada sosok Brigadir J.
Salam hangat,
Agil S Habib
***
refrensi