Di sisi lain, menjadi percuma juga meskipun angka penjualan melonjak tetapi produktivitas serta efisiensi operasional jeblok akibat begitu fluktuatifnya dinamika permintaan. Omzet yang diperoleh cukup banyak sementara ongkos biaya-biayanya juga besar.
Beberapa kepentingan yang terlihat berbeda ini perlu dipertemukan satu sama lain karena pada dasarnya kita sebagai kesatuan korps memiliki tujuan besar yang sama. Dan menjadi tugas planner untuk menjembatani hal itu.
Apa yang dilakukan oleh planner ini sebenarnya memiliki kemiripan dari sudut pandang seorang CEO yang menginginkan agar keseluruhan unit bisnisnya beroperasi secara optimal.Â
Maksudnya yaitu harus tercipta keseimbangan antar berbagai lini supaya profit bisa digenjot semaksimal mungkin tanpa mengorbankan hal-hal lain yang sifatnya esensial. Â
CEO memiliki pemikiran yang menyeluruh dalam melihat perjalanan bisnis yang menjadi tanggung jawabnya. Ia tidak akan "membela" salah satu lini kerja dan mengabaikan lini kerja yang lain. Karena seorang CEO pasti memahami bahwa sebuah bisnis adalah satu kesatuan yang harus saling bersinergi satu sama lain.
Planner meneropong beragam kemungkinan sebagai imbas dari rencana produksi yang disusunnya. Sehingga itulah yang mengakibatkan mengapa planner kerapkali mengubah rencananya tatkala suatu peristiwa terjadi.Â
Hal itu tidak dilakukan sebagai bentuk kesemena-menaan, melainkan sebagai upaya untuk mewujudkan bagaimana caranya agar goal bisnis itu terpenuhi.
Maka, tatkala fungsi planner dijalankan oleh sang pemilik usaha (founder) yang merangkap CEO tentunya hal itu terasa lebih relevan dilakukan seiring kesamaan mindset dari keduanya.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H