Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyoal Honor 70 Juta Bupati Jember Terkait Pemakaman Korban Covid-19, sebagai "Mantan" Warga Jember Saya Sangat Kesal

27 Agustus 2021   18:05 Diperbarui: 27 Agustus 2021   18:15 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Jember, Hendy Siswanto, yang diberitakan menerima honor pemakanan korban COVID-19 senilai 70 juta | Sumber gambar : www.kompas.com

Kaget, itu reaksi pertama saya saat membaca salah satu trending berita hari ini. Bagaimana tidak, kota kelahiran saya (Jember) tiba-tiba menghiasi headline pemberitaan. 

Masalahnya, headline berita itu bukanlah sesuatu hal yang menyenangkan ataupun membanggakan. Melainkan justru memalukan dan membikin kesal. 

Sebagaimana dilansir oleh laman berita kompas.com, Bupati Jember Hendy Siswanto dikatakan menerima honor pemakaman COVID-19 senilai kurang lebih 70 juta rupiah.

Ketika situasi pandemi terlihat masih begitu mencekam di wilayah tersebut, justru bupatinya menikmati limpahan rupiah sebagai honor atas "kontribusinya" menjadi bagian dari tim pemakaman korban virus corona COVID-19.

Mengapa saya mengatakan suasananya terasa mencekam? Karena beberapa waktu lalu ibu saya yang kebetulan tinggal di kota sebelah Jember menyempatkan diri datang ke kota tersebut untuk menengok saudara yang tinggal disana. 

Kebetulan rumah kami pun masih ada di Jember hingga saat ini. Dan KTP ibu saya pun masih KTP sana. Sementara sejak beberapa tahun lalu saya merantau dari tanah kelaihran dan sudah berpindah KTP.

Saat itu ibu bercerita kalau beliau merasakan suasana di kota tersebut terasa sangat tidak nyaman. Dalam hitungan hari saja sudah beberapa orang dikabarkan meninggal dunia. Merinding beliau bercerita via telepon ke saya waktu itu. Sehingga niatan untuk bermalam sekitar 2 hari di Jember terpaksa diurungkan dan tidak sampai satu hari saja sudah memutuskan untuk kembali lagi ke kota sebelah dimana beliau tinggal bersama saudara.

Jam malam beberapa kali diberlakukan sehingga kakak saya yang kebetulan beberapa kali bolak balik ke Jember dari rumahnya di kota sebelah merasa tidak bisa berlama-lama. Takut jalanan ditutup dan tidak bisa balik ke rumahnya. Mobil pembawa cairan disinfektan lalu lalang mencoba menyeterilkan lingkungan di kawasan kota Jember. Terkesan sepi dan tidak tampak hidup. Benar-benar "cocok" dengan suasana kota yang tersandera oleh pandemi.

Beberapa anggota keluarga yang tinggal disana pernah mengatakan kalau situasi ekonomi mereka tidak cukup baik beberapa tahun belakangan ini. Terutama pada masa pendemi COVID-19 terjadi. Lantas dengan kondisi yang seperti itu tiba-tiba ada pemberitaan yang mengatakan bahwa pejabat publik kota itu justru mendapatkan fee yang tidak sepatutnya mereka terima.

Terlepas hal itu sudah ditetapkan dalam aturan ataupun dikatakan bahwa uangnya diberikan langsung kepada warga yang tertimpa musibah, mendapatkan fasilitas tambahan ditengah situasi pelik semacam itu rasa-rasanya memang tidak etis. Apalagi mereka sudah memiliki gaji besar dan tunjangan jabatan yang tidak sedikit. Yang sebenarnya bisa saja mereka tolak keberadaan aturan pemberian honor pemakaman semacam itu.

Katakanlah mereka bekerja diluar jam kerja. Permasalahannya, apakah seorang pejabat publik tepat mengatakan hal itu? Bukankah seharusnya mereka memang bekerja ekstra saat dihadapkan pada situasi sulit seperti sekarang? Bahkan semestinya jam kerja mereka layak untuk diatur menjadi 24 jam, alias siap sedia setiap saat tatkala rakyat membutuhkan.

Saya tidak yakin seandainya berita ini tidak mencuat maka uang honor pemakaman itu akan benar dirasakan manfaatnya oleh warga yang mengalami musibah. Barangkali uangnya akan masuk saku atau rekening pejabat dan adem ayem tanpa rasa bersalah. Toh, hal itu akan diklaim sebagai hak mereka karena bekerja ekstra mengatasi pandemi.

Apakah Presiden Jokowi gajinya naik sementara situasi pandemi masih cukup pelik yang mengharuskan beliau bekerja lebih banyak dari biasanya? Apakah bayaran Ibu Menteri Sri Mulyani ditingkatkan karena harus lebih pusing memutar keuangan negara dalam mengurus pandemi? Sepertinya tidak. Lantas untuk apa ada honor pemakaman khususnya bagi pejabat teras yang sejatinya sudah mendapatkan fasilitas lebih dari cukup. Terkecuali memang bagi petugas pemakaman yang bertugas mengurus korban di lapangan.

Kadang saya merasa aneh karena beberapa kali Jember masuk berita yang ada justru berita kurang mengenakkan untuk didengar. Kasus korupsi lah. Kasus pelengseran bupati lah. Dan sekarang perihal honor pemakaman korban COVID-19. Bagaimana Jember akan maju jikalau pemimpinnya masih terus-menerus seperti itu.

Ingin sekali rasanya bisa membanggakan tanah kelahiran. Meskipun kenyataannya sekarang hal itu masih belum bisa dilakukan. Entah untuk waktu-waktu yang akan datang. Semoga Jember menjadi lebih baik.

Salam hangat,

Ash

Refferensi :

[1]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun