Katakanlah mereka bekerja diluar jam kerja. Permasalahannya, apakah seorang pejabat publik tepat mengatakan hal itu? Bukankah seharusnya mereka memang bekerja ekstra saat dihadapkan pada situasi sulit seperti sekarang? Bahkan semestinya jam kerja mereka layak untuk diatur menjadi 24 jam, alias siap sedia setiap saat tatkala rakyat membutuhkan.
Saya tidak yakin seandainya berita ini tidak mencuat maka uang honor pemakaman itu akan benar dirasakan manfaatnya oleh warga yang mengalami musibah. Barangkali uangnya akan masuk saku atau rekening pejabat dan adem ayem tanpa rasa bersalah. Toh, hal itu akan diklaim sebagai hak mereka karena bekerja ekstra mengatasi pandemi.
Apakah Presiden Jokowi gajinya naik sementara situasi pandemi masih cukup pelik yang mengharuskan beliau bekerja lebih banyak dari biasanya? Apakah bayaran Ibu Menteri Sri Mulyani ditingkatkan karena harus lebih pusing memutar keuangan negara dalam mengurus pandemi? Sepertinya tidak. Lantas untuk apa ada honor pemakaman khususnya bagi pejabat teras yang sejatinya sudah mendapatkan fasilitas lebih dari cukup. Terkecuali memang bagi petugas pemakaman yang bertugas mengurus korban di lapangan.
Kadang saya merasa aneh karena beberapa kali Jember masuk berita yang ada justru berita kurang mengenakkan untuk didengar. Kasus korupsi lah. Kasus pelengseran bupati lah. Dan sekarang perihal honor pemakaman korban COVID-19. Bagaimana Jember akan maju jikalau pemimpinnya masih terus-menerus seperti itu.
Ingin sekali rasanya bisa membanggakan tanah kelahiran. Meskipun kenyataannya sekarang hal itu masih belum bisa dilakukan. Entah untuk waktu-waktu yang akan datang. Semoga Jember menjadi lebih baik.
Salam hangat,
Ash
Refferensi :
[1]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H