Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Industrial Profiling Writer; Planmaker; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Grow Smarter Everyday

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Air Mata, Hak Bersedih, dan Hikmah di Balik Sebuah Tangisan

29 Juli 2021   22:25 Diperbarui: 4 Agustus 2021   09:00 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terkadang seseorang butuh waktu untuk menangis agar merasa lebih tenang menyikapi keadaan. | (Suumber: thoroughlyreviewed.com (Creative Common) via kompas.com 

Kesedihan, kegetiran, kegelisahan, keterpurukan, dan hal-hal yang menjadikan seseorang merasa hancur dan jatuh tentu sangat mungkin terjadi pada siapapun juga. 

Sebagai teman, sahabat, atau mungkin kerabat yang peduli dengan kondisi orang terkasih sangatlah wajar jikalau muncul dorongan untuk menghibur diri, menguatkan hati, atau mungkin dukungan penguat motivasi. Meskipun demikian hal itu hendaknya dilakukan pada momen yang tepat.

Momen ketika seseorang sudah mendapatkan "haknya" untuk bersedih, merana, berduka, dan tidak berdaya. Tugas kita sebagai orang terdekat bukanlah untuk menghilangkan hak tersebut. Melainkan untuk menghidupkan kembali "bara api" semangat untuk pulih seperti sedia kala.

Biarkanlah mereka yang bersedih untuk merasakan dulu kesedihannya. Berilah kesempatan air mata itu untuk menetes agar kesedihan itu terluapkan dan tidak menjadi beban yang berkepanjangan.

 Bagaimanapun juga emosi seseorang akan terasa lebih lega tatkala ia telah berhasil meluapkan uneg-uneg terdalamnya. Menceritakan dengan jujur apa yang ia rasakan dari lubuk hati yang terdalam.

Tinggal pada akhirnya menjadi keharusan bagi setiap orang untuk memetik hikmah dari setiap peristiwa ataupun musibah. Karena kita semua meyakini bahwa akan selalu ada hikmah dari segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kehidupan kita. 

Kita tidak akan pernah bisa berlari dari kenyataan bahwa hidup itu antara sedih dan senang, riang dan muram, tawa dan nestapa. Saat salah satu diantaranya datang menyapa maka kita harus rela tatkala situasinya tiba-tiba berubah dengan seketika.

Di balik segala duka tersimpan hikmah
Yang bisa kita petik pelajaran
Di balik segala suka tersimpan hikmah
Yang akan mungkin bisa jadi cobaan

Menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka
Manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah

Salam hangat,
Ash

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun