Tapi bagaimanapun juga raihan Lionel Messi bersama timnas Argentina baik secara tim maupun individu sepertinya memang membuat para pesaingnya keder. Messi terlihat begitu jauh didepan para pemain lain untuk memenangkan Ballon D'Or-nya yang ke-7.
Bukan Karena Prestasi di Copa America
Bagi para penikmat bola khususnya pecinta La Pulga penghargaan Ballon D'Or ke-7 memang sangat pantas untuk didapatkan melihat gelimang prestasi yang ia raih sepanjang tahun 2021 ini.Â
Namun saya justru menilai kelayakan seorang Lionel Messi memenangi Ballon D'Or ke-7 bukanlah karena prestasi yang ia capai bersama negaranya. Lionel Messi layak menjadi yang terbaik lagi justru karena sikapnya yang pantang menyerah meski sebelumnya telah mengalami kegagalan di empat partai final kejuaraan mayor bersama Argentina.
Publik tentu masih ingat betapa terpukulnya Lionel Messi setelah kegagalan di final Copa America 2016 lalu, yang mana ia sampai memutuskan untuk gantung sepatu sebagai tanda menyerah atas kegagalan demi kegagalan yang ia dapatkan bersama negaranya.Â
Label sebagai pemain yang hanya mampu berprestasi di level klub saja tapi memble di timnas tentu teramat sangat menyakitkan untuk pemain sekaliber dirinya.
Di Barcelona Messi bisa memberikan segalanya. Sementara di Argentina ia bukanlah siapa-siapa. Memenangi gelar sebagai pemain terbaik berulang kali masih tetap membuat sebagian orang ragu atas kapasitas yang ia miliki sebagai Great Of All Time (GOAT). Messi masih tidak ada seujung kuku Maradona. Messi hanyalah nama besar yang tidak memiliki barisan prestasi mentereng untuk negaranya.
Berulang kali kesempatan itu datang. 2007, 2015, 2016 (Copa America) dan 2014 (Piala Dunia), tapi sebanyak itu pula Messi harus meneteskan air mata kekalahan karena Argentina terus-menerus menjadi pecundang di level regional Amerika Latin dan juga dunia. Padahal prestasi Messi bersama FC Barcelona terbilang konsisten di level tinggi setiap tahunnya.
Bagi mereka yang memuja La Pula mungkin beranggapan bahwa Argentina tidak mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh Messi. Sebaliknya, mereka yang kurang respek dengannya justru menganggap Messi tidak bisa menularkan mental juaranya kepada rekan-rekan senegaranya. Pro kontra terus bermunculan seiring adanya pihak yang membela dan mencela sang bintang Barcelona.
Tekanan itu semakin bertambah nyata tatkala sang pesaing utama, CR7, berhasil mengomandoi Portugal untuk menjuarai EURO 2016. Pada saat yang hampir bersamaan ketika Messi hanya mampu membawa Argentina sebagai Runner-Up setelah kalah dari Chile di final Copa America waktu itu. Lengkap sudah derita La Pulga. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk mundur dari hingar bingar sepakbola antar negara.
Dan beberapa waktu berselang setelah kekecewaan besar yang terus berulang itu akhirnya Messi bisa mendapatkan keadilan di sepakbola. Ia yang terbaik pada akhirnya berhasil membawa serta negara yang dicintainya untuk menjadi yang terbaik di level dunia.Â