Barangkali Argentina harus berucap "terima kasih" oleh sebab pandemi ini yang telah menjembatani mereka untuk meraih kembali gelar bergengsi di level dunia.
Lionel Scaloni
Nama Lionel Scaloni mungkin tidak terlalu gagap gempita selama melanglang buana sebagai pemain sepakbola. Namun bagi saya pribadi nama ini masih lekat dalam ingatan sebagai salah satu pemain paling "menyebalkan" saat menjadi bagian dari skuad klub Deportivo La Caruna yang berhasil melakukan comeback luar biasa terhadap kesebelasan favorit saya, AC Milan.
Super Depor yang dibantai 4-1 di San Siro kala itu ternyata justru berhasil membalikkan keadaan dengan kemenangan 4-0 di Riazor. Dan Lionel Scaloni termasuk sebagai pemain yang membikin saya jengkel karena berhasil mengacaukan permainan I Rossoneri. Sebenarnya bukan hanya Scaloni yang saya kenang, namun hampir semua pemain Depotivo waktu itu. Karena gegara mereka tim kesayangan saya tersingkir.
Bertahun-tahun berselang nama itu muncul lagi. Kali ini menjadi pelatih utama timnas Argentina. Menggantikan beberapa nama populer lain yang terlebih dulu gagal membawa Lionel Messi cs menjadi yang terbaik dalam kompetisi akbar tingkat dunia.
Scaloni "hanya" mantan asisten Jorge Sampaoli yang sebelumnya gagal membawa Argentina berprestasi tinggi. Padahal sebelumnya Sampaoli sempat mempersembahkan gelar Copa America sewaktu melatih Chile yang ironisnya adalah dengan mengalahkan Argentina di partai puncak. Tapi justru saat melatih timnas Argentina ia malah gagal total.
Dengan demikian keberadaan Scaloni bisa dibilang seperti sebuah pelarian sekaligus perjudian. Sebuah langkah putus asa dalam memilih sosok untuk menahkodai tim hebat seperti Argentina. Sebuah pelatih yang digantungkan harapan setinggi langit untuk menyulap Argentina yang telah dianugerahi Lionel Messi untuk meraih prestasi level tertinggi.
Harapan besar yang bisa dibilang muluk-muluk menilik rekam jejak Scaloni yang bukan siapa-siapa. Ia hanyalah pelatih "ingusan" yang baru mengenal sepakbola. Bisa apa dia? Barangkali pandangan skeptis itulah yang terus menggelayuti sang pelatih semenjak hari pertamanya duduk di kursi kepala pelatih timnas Argentina.
Membangun tim ditengah-tengah kepungan rasa ragu jelas bukan merupakan tugas yang mudah. Termasuk bagi Lionel Scaloni sendiri. Scaloni benar-benar tidak bisa mengumbar janji-janji manis sampai ia benar-benar membuktikan bahwa ia memang layak untuk dipilih memimpin skuad Argentina.
Kesabaran Scaloni menerima nada-nada sumbang atas kapasitas dirinya, dan langkah nekad federasi sepakbola Argentina (AFA) menunjuk Scaloni ternyata benar-benar berbuah hasil manis. Scaloni menjadi kunci atas raihan prestasi yang sudah ditunggu-tunggu lama oleh segenap rakyat negeri Tango. Jeda waktu antara 1993 hingga 2021 jelas bukanlah waktu sebentar untuk menunggu. Dan Lionel Scaloni berhasil menghapus dahaga negaranya tersebut setelah sekian lama.
Argentina dibawah komando Scaloni terlihat tampil berbeda dan tidak terlalu bergantung ada sosok Lionel Messi. Apabila beberapa pelatih Argentina sebelumnya tampak terlalu mendewakan Messi sehingga membatasi strategi tim yang akhirnya berujung pada Messi sentris. Scaloni mencoba untuk sedikit demi sedikit merubah paradigma itu.