Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

5 Penyebab dan Solusi Mengatasi Rasa Tidak Pede "Apply" Kerja di Perusahaan Multinasional

24 Juni 2021   22:28 Diperbarui: 25 Juni 2021   08:53 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelamar kerja harus punya kepercayaan diri untuk melamar di perusahaan| Sumber: Thinkstock/Digital Vision via Kompas.com

Meski dewasa ini kita semakin paham bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hanyalah sebagian kecil hal yang dijadikan sebagai rujukan pertimbangan menilai kualitas diri calon pekerja. 

Masih ada kecerdasan emosi dan juga spiritual yang melengkapi atribut kemampuan intelektual seorang calon pekerja apakah layak atau tidak menjadi bagian dari tim kerja tersebut.

Dengan demikian, seorang pencari kerja harus memiliki keyakinan bahwa meskipun ada sisi yang kurang dari dirinya (misalnya terkait IPK yang sedang-sedang saja), sebaiknya hal itu juga diimbangi dengan keterampilan atau keahlian penting lain yang mampu dijadikan nilai tambah perihal keberadaan dirinya. Sesuatu yang menjadikan kita bisa berdaya guna lebih dari orang-orang kebanyakan.

2. Almamater Pendidikan Kurang "Branded"

"Kamu lulusan Perguruan Tinggi mana?", sebuah pertanyaan yang mungkin cukup sering diajukan kepada para orang-orang baru di lingkungan tempat kerjanya. 

Saat yang bersangkutan menjawab dengan nama-nama dari perguruan tinggi ternama maka respon dari si penanya biasanya adalah "Oh, lulusan UI ya?!", atau "Oh, jebolah UGM ya?!", atau "Oh, alumni ITS!", serta masih banyak lagi respon standar lainnya saat menerima pengakuan dari seseorang yang menunjukkan dirinya berasal dari perguruan tinggi ini dan itu.

Sementara saat jawabannya adalah nama dari perguruan tinggi kurang populer maka responnya adalah, "Di mana itu letak kampusnya?" atau "Di daerah mana kampus itu?", dan sebagainya. 

Disisi lain, para peminat dari perusahaan multinasional umumnya adalah mereka yang berlatar perguruan tinggi populer. Dan hal ini biasanya rentan membuat seseorang minder dan kalah mental di awal.

Padahal almamater sendiri hanyalah sebuah keuntungan kecil yang tidak menentukan keseluruhan terkait layak atau tidaknya seseorang bekerja di suatu tempat. Kuncinya justru berada pada kemampuan serta keterampilan kita masing-masing. 

Biarpun berasal dari kampus atau lembaga pendidikan ternama hal itu masih belum bisa menjamin bahwa orang-orang jebolannya akan serta merta berstatus unggul.

Lagipula kita tidak bisa mengeluhkan latar belakang pendidikan dari almamater mana kita berasal. Cukup bagi kita bertekad membuktikan bahwa meski berasal dari perguruan tinggi antah barantah sekalipun kita masih tetap mampu berbuat sesuatu yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun