Pernah mengalami penolakan atau gagal lulus seleksi kerja? Apa yang kalian rasakan tatkala mengalami situasi semacam itu? Apalagi jika yang menolak kita adalah tempat kerja yang sudah sejak lama kita damba-dambakan.Â
Tentunya sangat tidak menyenangkan saat sesuatu yang kita inginkan mengabaikan dan menjauh dari kita. Seakan-akan dunia runtuh dan tidak memiliki harapan samasekali. Sakitnya mungkin seperti  mendapatkan penolakan dari sang pujaan hati tatkala mengutarakan perasaan.
Jauh-jauh hari mempersiapkan segala hal demi memastikan agar cita-cita pekerjaan bisa tertuntaskan. Segala informasi perihal cara, tips dan trik lulus kerja, bahkan sampai dibela-belain menempuh perjalanan jauh untuk memperjuangkan sesuatu yang dituju. Namun apadaya realitas ternyata tidak seindah angan-angan. Kegagalan menjadi jembatan penghalang yang memisahkan seseorang dengan impian.
Tapi apakah kegagalan berarti akhir dari segalanya? Atau sebaliknya hal itu menjadi awal dari semua kemungkinan lain yang bisa jadi jauh lebih baik. Ditolak saat melamar kerja oleh suatu perusahaan sebenarnya bukanlah alasan untuk menyerah dan berputus asa. Kita mungkin mengira apa yang kita inginkan adalah yang terbaik. Padahal mungkin saja ada sesuatu lain yang lebih baik daripada hal itu.
Kita hanya memiliki prasangka penuh keterbatasan bahwa apa yang kita harapkan adalah yang terbaik dari segalanya. Sementara keterbatasan yang kita miliki itu sangatlah mungkin menjadi penghalang atas raihan lain yang nilai kebaikannya berlipat ganda.
"Gagal diterima kerja mungkin bagi sebagian orang dianggap sebagai konsekuensi atas ketidakmampuan diri. Padahal kegagalan juga memiliki maksud lain bahwa hal itu merupakan bagian dari cara-Nya untuk mengarahkan seseorang menuju takdirnya yang terbaik."
Hanya bisa pasrah dan berdamai dengan keadaan. Menerima realitas dan berpikir positif pasti ada pekerjaan yang lebih baik, lebih pantas, dan lebih tepat menunggu didepan.
Persoalannya mungkin tidak semudah itu untuk melupakan kegagalan yang sudah menghampiri. Terkadang hal itu akan terus membuat kita terngiang dan terbayang-bayang akan kegagalan yang lain.Â
Membuat pikiran tersandera bahwa sejatinya Sang Pencipta telah memiliki skenario-Nya yang terbaik. Sebuah Maha Skenario yang menjadi landasan cerita kehidupan kita sepanjang hayat.
Satu hal yang patut diingat bahwa apa yang digariskan oleh-Nya pasti itu yang terbaik. Tugas kita hanyalah untuk menaruh kerelaan hati menjalani itu semua, menerima fakta dan realitas yang sudah terjadi pada waktu yang lalu.
Beberapa tahun kemudian saya menyadari bahwa ternyata kegagalan yang terjadi kala itu merupakan cara untuk "menggiring" saya menuju pekerjaan lain yang memungkinkan saya bertemu dengan pasangan hidup dan menemukan passion pekerjaan yang lebih sesuai.Â
Seandainya dulu saya diterima kerja disana maka sangat mungkin jalan ceritanya akan berubah. Dan mungkin saja tulisan ini tidak akan pernah ada untuk dibaca.
Memaknai kegagalan tidak sepatutnya dianggap sebagai kegagalan. Kegagalan hanyalah bagian dari cara Sang Pencipta untuk menggiring kita menemukan takdir sejati kita sebagai seorang manusia. Boleh saja kita berharap banyak hal akan terjadi. Namun harapan bukanlah kepastian dan bukan juga suratan takdir yang telah ditetapkan.
Kita memiliki peran masing-masing yang mungkin akan tepat saat berada di suatu tempat namun tidak tepat di tempat yang lain. Boleh jadi kita berada di suatu tempat yang menurut kita luar biasa dan mnghadirkan banyak kenyamanan. Tapi sebenarnya hal itu justru mereduksi potensi kita untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang penuh makna.
Sementara ketika kita berada ditempat yang kita anggap antah barantah justru hal itu memicu lahirnya inspirasi bagi banyak orang. Apa yang kita kira baik belum tentu menurut-Nya baik. Tapi apa yang menurut Sang Pemilik Hidup baik untuk diri kita maka pastilah itu yang terbaik.
Pekerjaan memang hanyalah bagian kecil dari hidup yang kita jalani. Namun pekerjaan bisa menjadi jalan untuk cerita hidup seseorang secara keseluruhan. Sehingga memandang dimana kita bekerja sepatutnya tidak hanya tentang gaji, karier, jabatan, atau sejenisnya. Tapi lihatlah sisi kebermanfaatan itu untuk diri kita dan orang lain juga.
Dalam istilah Ari Ginanjar Agustian melalui bukunya ESQ 165, well organized principle merupakan suatu hal yang seharusnya kita terima dan jalani dengan lapang dada. Bahwa perjalanan hidup ini sudah digariskan sedemikian rupa sehingga setiap orang memiliki perannya masing-masing. Tinggal sekarang apakah kita sudah menyadari peran itu atau justru semakin menjauh darinya karena keterbatasan kita untuk memahami kegagalan lebih dari sekadar kegagalan.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H