Yang mengakibatkan perlunya perbedaan perlakuan untuk mengakomodasi keunikan-keunikan tersebut. Dan sepertinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin mengarah kesana. Pemanfaatkan teknologi informasi, big data, Artificial Intelligence (AI), dan sebagainya telah didesain sedemikian rupa sehingga memberikan respon yang lebih detail, khusus, dan menyasar pada orang per orang tertentu. Beda orang beda perlakuan. Beda orang beda treatment. Beda orang beda strategi respon. Beda orang beda cara pemasaran.
Fitrah kita sebagai sosok unik dan terlahir sebagai pemenang lambat laun akan semakin terbukti kebenarannya. Dalam ulasan artikel saya sebelumnya yang berjudul Tentang Keterampilan Unik dan Penjelasannya Secara Matematik kita akan memahami kemungkinan dari hal ini. Keunikan dan keterampilan khas itu memang merupakan hak setiap orang. Permasalahannya adalah apakah kita mampu menemukannya atau tidak.
Andrea Pirlo cukup beruntung karena ada sosok pelatih yang melihat potensi besar dirinya berikut cara untuk memaksimalkan potensi tersebut. Kita mungkin juga harus bertindak serupa Carlo Anceloti kalau-kalau ada anggota tim kita yang berpotensi namun kurang terakomodasi. Atau bisa jadi sebenarnya diri kita sendirilah yang butuh penyesuaian lingkungan pekerjaan sehingga bisa menampilkan perfomra kerja layaknya Pirlo dalam olahraga sepakbola.
Menjadi sosok yang tidak tahan banting tidak selalu merupakan masalah karena setiap orang terlahir dengan keunikan dirinya masing-masing. Janganlah memaksakan seseorang untuk mengubah dirinya selayaknya orang lain sementara sejatinya ia mampu berbuat lebih menggunakan keunikan dirinya sendiri. Kita hanya perlu memaklumi bahwa setiap orang mendapatkan anugerah yang berbeda satu sama lain. Tinggal sekarang bagaimana kita mencari cara untuk memberdayakan hal itu.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H