Selama ini Gattuso dikenal sebagai pemain bertipikal keras, kasar, brutal, atau apapun sebutannya untuk pemain bergaya urakan. Namun justru tipikal itulah yang diperlukan Anceloti untuk menjadi sosok pendamping sekaligus pelindung bagi Andrea Pirlo sehingga mampu menjadi arsitek permainan tim. Ibarat kata, siapa yang hendak mengasari Pirlo akan berhadapan dengan Gattuso.
Pirlo pun tidak perlu susah-susah adu duel dengan pemain lawan untuk mendapatkan bola. Cukup serahkan pada Gattuso untuk merebutnya. Selanjutnya Pirlo tinggal mengolah bola pemberian Gattuso untuk menjadi peluang emas yang berguna bagi kemenangan tim.
Selama bertahun-tahun setelahnya pendekatan itu ternyata berhasil. AC Milan memenangkan banyak gelar dengan Pirlo sebagai bagian pentingnya. Demikian juga dengan timnas Italia yang berhasil memenangkan Piala Dunia Tahun 2006 juga ada sosok Pirlo yang menjadi inisiator pentingnya. Saat memutuskan pindah dari klub AC Milan ke Juventus, kesuksesan masih tetap menaungi Pirlo dimana gaya permainannya kala itu masih terus diakomodasi oleh pelatih Antonio Conte dengan menaruh Arturo Vidal sebagai pendamping permainannya. Pemain yang satu ini tidak berbeda jauh gaya mainnya dengan Gattuso sehingga Pirlo tetap bisa menunjukkan style bermain dengan sebagaimana mestinya.
Seandainya Carlo Anceloti tidak pernah menyadari keadaan dari Andrea Pirlo dan tidak membentuk strategi yang mengakomodasi dirinya maka barangkali saat ini dunia tidak akan mengenal sosok Pirlo yang luar biasa itu.
Gaya Bekerja
Tulisan ini sebenarnya tidak dimaksudkan sebagai ulasan strategi sepakbola apalagi bahasan tentang olahraga. Namun untuk melihat keunikan dalam kepribadian seorang pekerja profesional saya kira sosok Andrea Pirlo cukup mampu merepresentasikan keadaan dari sebagian pekerja yang merasakan ketidaknyamanan bekerja dalam suasana yang penuh tekanan, "ancaman" psikis, gangguan emosi, atau sejenisnya.Â
Ada diantara kita selaku pekerja yang membutuhkan "perlindungan" dalam bekerja sehingga mampu mengkreasi hal-hal hebat di pekerjaan. Melahirkan gagasan serta ide-ide visioner dalam lingkungan yang mendukung terjadinya hal itu merupakan inti dari sosok pekerja dengan tipe demikian. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa mereka ini akan disebut sebagai pekerja bermental lemah, manja, dan sebagainya.
Bagaimanapun juga, sebuah organisasi hendaknya mengenal betul karakter khas yang dimiliki oleh anggotanya dan memberikan mereka dukungan penuh untuk menunjukkan kontribusi terbaik.Â
Memiliki pekerja yang takut dimarahi, gugup saat diinterogasi, serta linglung saat mendapat paparan emosi belum tentu sebuah kerugian. Mungkin kita masih belum mengenalnya lebih jauh perihal kemampuan hebat yang masih terpendam didalam dirinya. Bukan tidak mungkin sosok-sosok semacam ini justru memiliki "potensi Pirlo" didalam dirinya yang kreatif, inovatif, visioner, dan imajinatif.Â
Hanya saja untuk memastikan potensi itu termaksimalkan perlu adanya sarana yang mengakomodasi, atasan atau rekan kerja yang melindungi, kesempatan berkreasi yang lebih luas, dan waktu untuk membuktikan diri. Perlu adanya sosok-sosok seperti Gattuso atau Vidal yang memberikan dukungan serta perlindungan penuh kepada pekerja bertipe Pirlo ini untuk menunjukkan dedikasi.
Kita mungkin lebih menyukai para pekerja multitalenta selayaknya Lionel Messi ataupun Cristiano Ronaldo dalam olahraga sepakbola. Akan tetapi keunikan yang dimiliki setiap orang tidaklah memungkinkan semuanya untuk menjadi sama seperti Messi, Ronaldo, Ibrahimovic, atau yang lain. Seringkali keunikan itu berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.Â