Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jika Kamu adalah Pekerja Bertipe "Pirlo", Hal Ini Mungkin Akan Terjadi

30 Maret 2021   08:01 Diperbarui: 30 Maret 2021   10:26 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.merdeka.com / shutterstock /dotshock

Seorang pekerja profesional diharapkan memiliki mental yang kuat, tahan banting, kuat mengahadapi tekanan, kreatif, visioner, fighter, dan lain sebagainya. Menjadi seorang profesional nan komplit merupakan dambaan hampir setiap pekerja mengingat hal itu akan sangat berperan dalam menunjang keberlangsungan karirnya dimasa depan. 

Sehingga tidak mengherankan ada cukup banyak metode pengembangan diri, pengasahan skill, hingga bermacam-macam pelatihan sejenis dimana semuanya memiliki satu tujuan besar yaitu menjadikan sesosok pekerja dengan kemampuan teknis dan non teknis yang lengkap.

Namun kita tidak bisa mengharapkan bahwa semuanya akan berjalan ideal untuk setiap situasi dan kondisi. Akan selalu ada sebagian pekerja profesional yang tidak "sempurna" dalam seluruh aspek kemampuan penunjangnya selaku pekerja. Mungkin ada diantara kita yang tergolong bermental kuat, fighter dalam menuntaskan misi pekerjaannya, tapi tidak cukup kreatif dalam merumuskan solusi penyelesaian masalah.

Disisi lain, bukan tidak mungkin ada juga diantara kita yang memiliki kreativitas tinggi, inovatif dalam mengelola pekerjaan, namun cukup rapuh dalam hal mentalitas. Sedikit sentilan yang mengusik emosinya bisa sangat mengganggu ritmenya dalam bekerja. Apalagi tatkala ia harus dihadapkan pada pressure yang terlalu besar. Hal itu bisa-bisa membuatnya seperti kehilangan segala kemampuan hebatnya sebagai sosok kreatif dan cerdas.

Apakah orang-orang dengan kecenderungan seperti ini tidak layak untuk dipercaya mengemban sebuah pekerjaan? Tentu tidak. Ada sebuah prinsip penting dalam dunia organisasi yaitu the right man in the right place. 

Setiap orang memiliki bakat unik, keterampilan khas, serta habitat yang tepat untuk memanen potensi terbaiknya. Dimana seseorang itu akan benar-benar melejit dan memberikan kontribusi luar biasa apabila diletakkan pada pos-pos yang benar-benar mengakomodasi dirinya. Selain tentunya kesesuaian dengan lingkungan kerja sebagai penunjang yang paling berperan.

"Kita adalah sesosok pribadi unik dengan kekekurangan dan kelebihan masing-masing. Menjadi sosok ideal sebagaimana dambaan banyak orang belum tentu menjadi opsi terbaik. Karena 'default' kita sebagai pribadi itulah yang sebenarnya perlu digali lebih jauh, diakomodasi, dan diberikan kesempatan untuk unjuk gigi."

Tipe "Pirlo"

Membicarakan perihal pekerja profesional dengan karakter khasnya lantas membuat saya teringat akan sosok pesepakbola profesional yang dikenal sebagai salah satu pemain paling jenius pada masanya, Andrea Pirlo. Sosok pemain yang mendapatkan julukan The Architec karena kemampuan luar biasanya dalam mengkreasi permainan telah terbukti memberikan kontribusi besar kepada klub-klub papan atas dunia khususnya AC Milan dan Juventus. 

Padahal, pilar utama timnas Italia saat menjuarai World Cup 2006 ini sebelumnya sudah melanglang buana ke klub besar lain yaitu Inter Milan. Namun potensi besarnya baru benar-benar terlihat saat ia membela panji I Rossoneri (AC Milan) dan Il Bianconeri (Juventus). Dan Andrea PIrlo sendiri mengakui bahwa dirinya baru benar-benar menemukan kemampuan terbaik saat berada di AC Milan dibawah komando pelatih Carlo Anceloti. Sebelum-sebelumnya ia hanyalah sosok pemain yang disebut berbakat tapi masih belum bisa membuktikan kualitas dirinya di lapangan.

Carlo Anceloti selaku pelatih paling berjasa terhadap karir Andrea Pirlo melihat potensi besar sang pemain dan menilai bahwa ada sesuatu hal yang perlu diperbaiki dalam memanfaatkan gaya permainan Pirlo pada tim yang ia latih. Pirlo adalah sosok pemain cerdas nan kreatif namun tidak jago dalam adu duel dengan pemain lawan yang menghadapinya dengan kekuatan fisik.

Pirlo adalah representasi otak yang jauh dari istilah permainan keras dan tekel brutal. Selama Pirlo tidak dijauhkan dari berbagai "ancaman" permainan fisik lawan maka ia tidak akan beraksi secara maksimal. Hal itulah yang disadari Anceloti sehingga ia pun merombak sistem permainan AC Milan dengan menempatkan satu sosok pendamping bernama Gennaro Gattuso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun